RESUME
MODUL HADIS
KB
1
1.
Perintah Mencari Ilmu dalam Hadis
Hadis
pertama yang akan kita pelajari adalah hadis-hadis tentang kewajiban mencari
ilmu. Diantara hadis-hadis tersebut adalah:
ٍر
َّثَنَا َكثِي ُر ْب ُن ِشْن ِظي َما َن َحد ْي ُص ْب ُن ُسلَ َحفْ َّثَنَا ٍر َحد
ما َّ ُم ْب ُن َع َّثَنَا ِه َشا َحد ِرين ِن ِسي مِد ْب َّ ْن ُم َح ََّّللا َع ُ
ى َّ ِن َماِل ٍك قَا َل قَا َل َر ُسو ُل ََّّللاِ َصل ِس ْب نَ َ َع ْن أ َعلَى ُك
لِ ِري َضةٌ ِم فَ ْ ِعل ْ ُب ال َطلَ َ م َّ َو َسل ْي ِه َع بن ماجه( لَ ُم ْسِلٍم
)رواه ا
Artinya:
Hisyam bin Ammar bercerita kepada kami, Hafash bin Sulaiman bercerita kepada
kami, Katsir bin Syindzir bercerita kepada kami, dari Muhammad bin Sirin, dari
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw bersabda: ‘mencari ilmu itu wajib atas
setiap orang Muslim” (diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Hadis
yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sahabat
terdekat Rasulullah ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di
Sunan Ibn 3 Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah)
yang paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi).
Selain
Anas bin Malik, sahabat Rasulullah yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu
Said al-Khudri sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya
Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis
ini, maka hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah,
buku-buku maupun tulisan popular serta seminar dan ceramahceramah.
Namun
demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if (lemah,
tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada pada
rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh Yahya
bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Jadi penilaian
bahwa hadis ini lemah adalah didasarkan pada kelemahan diri seorang perawinya.
Untuk mengingatkan lagi pengetahuan anda tentang syarat-syarat kesahihan hadis
dan faktor-faktor penyebab kedlaifan (kelemahan) hadis, perhatikan penjelasan
mengenai hadis shahih berikut.
Kata
shahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata al-saqîm = orang
yang sakit, seolah-olah dimaksudkan Hadits shahih adalah Hadits yang sehat dan
benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Adapun menurut istilah Hadits shahih
adalah:
َو َما ُه ِة َّ ِعل ْ َوال ْوِذ َو َخًَل ِم َن
ال ُّشذُ ِل ِه ْ ًطا َكاِمًًل َع ْن ِمث ِ ِط َضْب ْد ِل ال َّضاب عَ ْ ِل ال ِنَقْ
َص َل َسنَدُهُ ب اتَّ
Hadits
yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhâbith
(kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan (syadz),
dan cacat (`illat). Dari definisi di atas dapat disimpulkan, Hadits shahih
mempunyai 5 kriteria, yaitu:
a.
Persambungan sanad (bertemu langsung antar perawi sampai kepada Rasul)
b.
Para periwayat bersifat adil (konsisten dalam beragama). Pengertian adil adalah
orang yang konsisten (istiqamah) dalam beragama, baik akhlaknya, tidak fasik
dan tidak melakukan cacat muruah.
c.
Para periwayat bersifat dhâbith (memiliki daya ingat hapalan yang sempurna)
d.
Tidak ada kejanggalan (syâdz). Maksud Syâdz di sini adalah periwayatan orang
tsiqah (terpercaya yakni adil dan dhâbith) bertentangan dengan periwayatan
orang yang lebih tsiqah.
e.
Tidak terjadi `illat (cacat tersembunyi). Arti `illah di sini adalah suatu
sebab tersembunyi yang membuat cacat keabsahan suatu Hadis padahal lahirnya
selamat dari cacat tersebut.
Apabila
sebuah hadis tidak memenuhi salah satu saja dari lima persyaratan hadis shahih
tersebut maka hadis tersebut dinilai dlaif (lemah). Hadis yang diriwayatkan
oleh Ibn Majah dinilai sebagai Hadis Dlaif karena salah satu persyaratan saja,
yaitu bahwa Hafash bin Sulaiman sebagai salah satu perawi yang ada pada
rangkaian sanad dinilai tidak tsiqah (tidak terpercaya, mungkin karena
hafalannya yang lemah atau karena akhlaknya yang kurang baik dan dinilai pula
matruk (ditinggalkan).
Akan
tetapi secara logika, boleh jadi seorang perawi hadis dinilai kurang kuat
hafalannya, tetapi tentu tidak bisa disimpulkan semua ucapannya salah. Terbukti
bahwa hadis tersebut diriwayatkan pula melalui beberapa jalur sanad yang shahih
yang tidak ada nama Hafash bin Sulaiman di dalamnya.
Meskipun
hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matn-nya sejalan
dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan,
antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya,
hadis ini mengandung ajaran untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik
yang disebut fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung ajaran fadla’ilul a’mal
ini, meskipun kualitasnya dla’if, menurut para ulama hadis boleh dijadikan
dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin
Hanbal.
Perintah
mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga sejak
awal perkembangan peradaban Islam aktifitas belajar dan mengajar sangat
intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah ke berbagai tepat
seperti Yaman, Syam, dan Mesir untuk memberikan pengajaran.
Setelah
itu, di masa tabiin banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah ilmiyah yakni
perjalanan untuk mencari ilmu. Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan
pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari belajar kepada
sedikit guru. Karena itu mereka tidak segan-segan melakukan perjalanan jauh
untuk belajar pada guru di kota-kota yang 5 mereka tuju.
Dengan
aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak hanya
dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi kebebasan
kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain
murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan berpindah dari satu kota
ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar.
Dengan
demikian aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society
(masyarakat belajar). Kesediaan melakukan perjalanan jauh sekalipun untuk
mencari ilmu tidak terlepas dari dorongan Rasulullah saw dalam sebuah hadis:
َم ل ل ِعْ ْ بُوا ا ُ ْطل عن أنس بن مالك قال قال
رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: ا ِ صين )مسند البزار( ِال ْو ب َولَ
Artinya:
Dari Anas bin Malik, dia berkata Rasulullah saw bersabda: “Carilah ilmu walau
sampai ke negeri Cina” Hadis ini mengisyaratkan bahwa mencari ilmu itu harus
dilakukan walaupun untuk memperolehnya seseorang harus melakukan perjalanan
jauh. Sebab siapa yang tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan
menjalani sisa hidupnya dalam kebodohan, dan siapa yang bersabar dalam mencari
ilmu maka dia akan meraih kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Perintah
untuk mencari ilmu sampai ke negeri China mengisyaratkan pula perintah untuk
bersikap terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya kebenaran tersebut.
Orang-orang bijak sering memberikan nasehat yang berbunyi خذ الحكمة من أي وعاء خرجت
“Ambillah hikmah (pengetahuan/pelajaran) dari manapun datangnya”.
Begitu
juga nasehat lain yang berbunyi: الحكمة ضالة المؤمن أنى وجدها فليلتقطها “Hikmah
adalah sesuatu yang hilang dari seorang mukmin, maka di manapun dia
menemukannya hendaklah dia mengambilnya” 6 Selain berimplikasi pada aktifitas
mencari ilmu secara individual, hadis Rasulullah tentang kewajiban belajar ini
mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam baik yang formal maupun
informal.
Perbedaan
antara formal dan informal dalam pendidikan Islam di masa klasik terlihat pada
hubungannya dengan Negara. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan
yang didirikan oleh Negara untuk mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar
menguasai pengetahuan agama dan berperan dalam agama, atau menjadi tenaga
birokrasi, atau pegawai pemerintahan.
Lembaga-lembaga
pendidikan formal ini dibiayai oleh negara dan dibantu oleh orang-orang kaya
melalui wakaf yang mereka berikan. Pengelolaan administrasi berada di tangan
penguasa. Sedangkan lembaga pendidikan informal tidak dikelola oleh Negara.
Adapun bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam di masa klasik adalah:
1.
Maktab/Kuttab yang merupakan lembaga pedidikan dasar
2.
Halaqah, yang merupakan pendidikan tingkat lanjut setingkat dengan college.
3.
Majlis, yakni kegiatan transmisi keilmuan dari berbagi disiplin ilmu
4.
Masjid Jami atau univesitas, seperti Masjid Jami al-Azhar di Cairo, Masjid
alManshur di Baghdad, dan Masjid Umayyah di Damaskus.
5.
Khan yaitu asrama pelajar atau tempat belajar secara privat.
6.
Ribath yaitu tempat kegiatan kaum sufi
7.
Rumah-rumah ulama
8.
Perpustakaan
9.
Observatorium seperti Baitul Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di Baghdad dan
Darul Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir.
Selain
itu ada observatorium Dinasti Hamadan yang dikelola oleh Ibn Sina dan
observatorium Umar Khayyam.
2.
Fungsi Ilmu di Masyarakat
Ilmu
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu
manusia menciptakan kebudayaan, lembaga-lembaga sosial dan membangun peradaban.
Dengan ilmu, manusia mengatur tata kehidupan dan pola interaksi sesama manusia.
Hadis berikut menjelaskan sebagian fungsi ilmu:
7 ن ِم ْن َّ ِ إ َ م َّ َو َسل ْي ِه ََّّللاُ َعلَ
ى َّ هُ قَا َل قَا َل َر ُسو ُل ََّّللاِ َصل َّ ن َ ِن َماِل ٍك أ ِس ْب نَ َ َع
ْن أ ْن َ سا َع ِة أ ْش َرا ِط ال َّ َ َوتُ ْش َر َب أ َج ْه ُل َويَفْ ُشَو ال زِ
نَا ْ ْظ َهَر ال َويَ ُم ْ ِعل ْ َع ال يُ ْرفَ َخ ْمر .... )رواه الترمذي( ْ ال
Artinya:
Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya
diantara tanda-tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu, merebaknya kebodohan,
menyebarnya perzinaan, dan semakin banyak orang minum khamar …. (diriwayatkan
oleh Turmudzi)
Hadis
yang dinilai shahih oleh Imam al-Turmudzi ini menjelaskan bahwa kiamat,
kehancuran alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi penduan kehidupan
manusia. Sebaliknya, hilangnya ilmu merupakan salah satu syarat akan datangnya
hari kehancuran tersebut. Sebab hilangnya ilmu itu akan merembet pada kebodohan
manusia, dan kebodohan manusia itu akan menyebabkan mereka melakukan
pelanggaran dan pengrusakan.
Dalam
hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhary dikatakan bahwa hilangnya ilmu akan
menyebabkan terjadinya banyak pembunuhan. Semua tindakan negative itu akan
mengantarkan pada bencana yang lebih besar yaitu kehancuran alam semesta, atau
yang disebut kiamat. Hadis lain yang menggambarkan fungsi ilmu dalam kehidupan
adalah:
عَا ِص قَا َل: َسِم ْع ُت َر ُسو َل هللاِ صلى هللا
ْ ِن ال ِن َع ْمِرو ْب حديث َعْبِد هللاِ ْب َول ِك ْن ِعبَاِد ْ ِز ُعهُ ِم َن ال
ْنتَ اْنتِ َزا ًعا، يَ َ م ْ ِعل ْ ِ ُض ال ب ن هللا الَ يَقْ َّ ِ عليه وسلم يَقُول:
إ َّا ُس ُر ُءو ًسا َخذَ الن َّ ًما، ات ِق َعاِل ْم يُْب ِذَا لَ ى إ َّ َما ِء َحت
عُلَ ْ ِقْب ِض ال ب َ م ْ ِعل ْ ِ ُض ال ب يَقْ وا )أخرجه البخاري( ُّ َضل َ َوأ وا
ُّ َضل ٍم، فَ ْ ِر ِعل ْوا بغَ ْي تَ فْ َ ُوا، فَأ ُسئِل هاالً، فَ َّ ُج
Artinya:
Hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, dia berkata saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: “sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan cara 8
merampasnya dari dada manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan cara
mewafatkan para ulama. Sehingga bila tidak ada lagi orang alim, manusia akan
mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Jika mereka ditanya mereka
akan member fatwa tanpa dasar ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan”.
(diriwayatkan oleh al-Bukhary)
Jadi
menurut hadis ini, ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan, dan
menghindarkan komunitas manusia dari kepemimpinan orang-orang yang bodoh yang
akan menjerumuskan mereka ke jalan yang salah. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa fungsi ilmu secara umum adalah menghindarkan manusia dari
kebodohan, pelanggaran dan kesalahan-kesalahan yang lain. Fungsi ilmu tentu
tidak hanya secara masal, akan tetapi fungsi ilmu dapat dilihat secara
individual, yaitu mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan ilmu yang
bermanfaat bagi orang lain. Hal itu disebutkan dalam hadis:
ِي ب َ َع ا َل ْن أ قَ َ م َّ َو َسل ْي ِه ََّّللاُ
َعلَ ى َّ ن َر ُسو َل ََّّللاِ َصل َّ َ ََّّللاُ َعْنهُ أ َر ِض َي َرةَ ُه َرْي
ِ ِه ُع ب ٍم يُْنتَفَ ْ ْو ِعل َ ِريَ ٍة أ ٍة َجا ال ِم ْن ثَ ًَل ٍث َصدَقَ َّ ِ
ُهُ إ اْنقَ َط َع َع َمل َ َما َت اْب ُن آدَم ِذَا إ ْد ُعو لَه )رواه مسلم والترمذي
يَ ٍد َصاِلحٍ ْو َولَ أ والنسائي وغيرهم( َ
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda “Jika anak Adam
(manusia) mati, maka terputuslah (pahala) amalnya, kecuali dari tiga hal yaitu
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakannya.
(diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi, Nasai dll) Jadi salah satu fungsi ilmu
adalah mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan ilmu tersebut, dan
dimanfaatkan oleh orang yang belajar darinya.
3.
Keistimewaan Orang Berilmu
Selain
berperan penting dan memberikan manfaat yang positif dalam kehidupan manusia,
ilmu juga menempatkan para ulama pada kedudukan istimewa diantara manusia dan makhluk-makhluk
Allah yang lain.
َو ْي ِه ََّّللاُ َعلَ ى َّ ِي َسِم ْع ُت َر ُسو
َل ََّّللاِ َصل ِن َّ ْردَا ِء قَا َل إ ِي الد ب َ يَقُو ُل َع ْن أ َ م َّ َسل ن
َّ ِ َوإ ِة َّ َجن ْ ا ِم ْن ُط ُر ِق ال ِ ِه َطِريقً َك ََّّللاُ ب َسلَ ًما ْ ُب
فِي ِه ِعل ُ ْطل ا يَ َك َطِريقً َم ْن َسلَ َم ْن يَ ْستَ ْغِف ُر لَهُ لَ َ عَاِلم
ْ ن ال َّ ِ َوإ ِم ْ ِعل ْ ِر ًضا ِل َطاِل ِب ال َها ْجنِ َحتَ َ َض ُع أ تَ لَ َمًَلئِ
َكةَ ْ ال ن فَ ْض َل َمَوا ِت َو َم ْن فِي َّ س ِ فِي ال َّ َما ِء َوإ ْ ِحيتَا
ُن فِي َجْو ِف ال ْ ْر ِض َوال ْْلَ ا ن َّ ِ َكَوا ِك ِب َوإ ْ ِر ال ْدِر َعلَى
َسائِ بَ ْ ال ْيلَةَ َمِر لَ قَ ْ ِد َكفَ ْض ِل ال ِ عَاب ْ ِم َعلَى ال عَاِل ْ
ال َوَال ِد ْر َو ِ رثُوا ِدينَا ًرا ْم يُ َء لَ ِيَا ْنب ْْلَ ن ا َّ ِ ِيَا ِء
َوإ ْنب ْْلَ ا َء َو َرثَةُ َما عُلَ ْ َم َه ا ًم ال ا ِن وإ َوافِر )رواه ابوداود(
ِ َح ظٍ َخذَ ب َ َخذَهُ أ َ َم ْن أ فَ َ م ْ ِعل ْ رثُوا ال َّ َو
Artinya:
Dari Abu Darda ra, dia berkata: “sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: ‘Siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah
menyertainya berjalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat merendahkan
sayap-sayap mereka karena ridha terhadap pencari ilmu. Dan sesungguhnya orang
yang berilmu dimohonkan ampunan oleh makhluk-makhluk penghuni langit dan bumi
bahkan oleh ikan di dalam air. Sungguh keutamaan seorang alim ahli ilmu)
dibanding dengan seorang abid (ahli ibadah) adalah seperti cahaya bulan purnama
disbanding cahaya bintang-bintang.
Sesungguhnya
para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu, siapa
mendapatkannya akan memperoleh keberuntungan yang besar. (diriwayatkan oleh Abu
Dawud) Jadi, setidaknya ada lima keistimewaan orang berilmu yaitu:
1.
Diiringi perjalannya oleh Allah menuju surga 10 Surga adalah kehidupan yang
diidentikkan dengan keindahan, kesenangan, kenikmatan, kedamaian,
kesejahteraan, kenyamanan dan sebagainya. Orang yang sedang berusaha dengan
sungguh-sungguh mencari ilmu dan bersabar serta tabah menghadapi segala
kesulitan yang ada, akan dibantu oleh Allah sehingga dia berhasil menikmati
buah ilmu itu di dunia maupun akhirat. Bangsa-bangsa yang makmur dan sejahtera
adalah bangsa-bangsa yang hidup dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
2.
Diridhoi oleh para malaikat Malaikat selalu memberikan ilham, inspirasi dan
bimbingan ke arah yang positif kepada manusia, sebaliknya syaitan selalu
membisikan hal-hal jahat dan negative. Dengan ridho dari malaikat, pencari ilmu
yang sungguh-sungguh akan cenderung kepada hal-hal yang positif.
3.
Didoakan oleh makhluk-makhluk yang ada di udara maupun di darat serta yang ada
di dalam air. Sering muncul berita di media massa bahwa sekelompok ilmuwan
mengemukakan ide untuk melindungi jenis-jenis binatang dan berbagai macam
tanaman dari kepunahan. Maka lahirlah undang-undang dan peraturan-peraturan
untuk konservasi alam. Ilmuwan pula yang terus mengingatkan bahaya pencemaran
udara terhadap lapisan ozon yang pada jangka panjang akan berakibat buruk pada
kehidupan bumi. Begitu juga para ilmuwan yang menyelamatkan ikan-ikan besar
yang tersesat sehingga terdampar dan sekarat di pantai, lalu para ilmuwan
itulah yang berinisiatif membawa mereka kembali ke tengah lautan. Pemikiran
untuk menyelamatkan binatang tumbuhan, atau air dan udara tidak lahir dari
pengusaha, pedagang atau pemburu yang hanya memikirkan bagaimana mengambil
keuntungan dan kesenangan dari semua itu.
4.
Dinilai lebih utama dibanding ahli ibadah Argument yang paling rasional untuk
pernyataan ini adalah bahwa manfaat dari ilmu yang dimiliki seorang alim
dirasakan bukan hanya oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh orang banyak.
Sedangkan manfaat ibadah seseorang lebih dirasakan oleh dirinya sendiri,
meskipun dapat pula member inspirasi pada orang lain.
5.
Dinyatakan sebagai pewaris para nabi 11 Keberlangsungan ajaran para nabi dijaga
oleh para ulama yang secara turun temurun dari generasi ke generasi mengajarkan
konsep-konsep akidah, tata cara beribadah, prinsip-prinsip akhlak, dan
aturan-aturan bermuamalah yang telah disampaikan para nabi. Karena itulah
mereka disebut pewaris nabi. Dan hal itu merupakan kehormatan yang besar. Orang
yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai tanaman yang
berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam penampung air yang
sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia, binatang ternak dan
untuk menyirami tanaman.
Singkat
kata orang yang berilmu manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak
hanya untuk dirinya, tapi juga berguna bagi orang lain, masyarakat dan
lingkungannya. Karena pentingnya ilmu itu, firman Allah yang pertama kali
diturunkan kepada utusan-Nya adalah perintah membaca. Membaca adalah salah satu
metode untuk memperoleh dan mempelajari ilmu. Membaca tidak terbatas pada
tulisan yang ada di dalam buku, akan tetapi membaca juga mengamati fenomena
sosial dan gejala-gejala alam.
Sebagaimana
disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, misalnya surat al-Baqarah ayat 164:
“sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada pergantian malam dan siang,
pada kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia,
dan pada apa yang diturunkan oleh Allah dari langit berupa air (hujan) lalu
dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di bumi itu
bermacammacam binatang, dan pada perkisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi orang-orang yang berpikir”.
Oleh
karena itu pada surat Yunus ayat 101 Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk
melakukan pengamatan (observasi) terhadap gejala-gejala alam tersebut.
Ayat-ayat tersebut memberikan pemahaman kepada kita untuk senantiasa belajar,
dan menganalisa segala persoalan yang ada di sekitar kita. Dan sekaligus
membuka mata kita bahwa belajar itu tidak hanya dengan cara bergelut dengan
buku dan di bangku sekolah, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan cara
menganalisa fenomena-fenomena (gejala-gejala) yang ada di lingkungan kita.
4.
Ilmu Pengetahuan Sebagai Basis Kemajuan
Kebenaran
al-Quran dan hadits adalah kebenaran pasti dan niscaya yang tidak bisa ditawar.
Kebenaran itulah yang kemudian menjadi spirit ummat Islam untuk menggali ilmu
pengetahuan. Mereka adalah ummat yang haus dan tamak dengan ilmu. Mereka
menjadi ummat pembelajar. Penggalian ilmu pengetahuan menjadi tradisi ummat
Islam, baik ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu profan, bahkan filsafat. Mereka
rela menjual segala harta bendanya untuk mendanai rihlah (pengembaraannya)
menuntut ilmu. Bahkan di antara ulama ada yang rela tidak menikah karena
khusyuk belajar dan berkarya.
Kebangkitan
peradaban Islam akhirnya tidak bisa terbendung. Ia lahir dan mencuak menjadi
peradaban baru yang meneguasai tiga benua; Asia, Afrika, dan sebagian benua
Eropa. Ummat Islam telah menikmati kejayaannya pada saat Eropa masih berkutat
dengan keterbelakangan dan kebodohannya. Karya-karya ummat Islam diberbagai
bidang ilmu pengetahuan tumbuh subur. Pada tahun 800M pabrik kertas pertama
berhasil didirikan di Baghdad. Perpustakaan pun bermunculan di hampir seluruh
negeri Arab (Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan
cuma bisa mengangon kambing. Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At
Tousi memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah.
Di
Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu perpustakaan
yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles
yang bijaksana hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di
Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang
matematika dan 18.000 tentang filsafat. Pada masa awal Islam dibangun
badan-badan pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama
didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Abdul Malik dari Bani
Umayah. Kemudian didirikan observatorium-observatorium berikutnya; Baitul
Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di Baghdad dan Darul Hikmah yang dibangun
oleh al-Hakim di Mesir. Selain itu ada observatorium Dinasti Hamadan yang
dikelola oleh Ibn Sina dan observatorium Umar Khayyam Para ilmuwan Islam
seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk
menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku.
Bayangkan
bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem 13
“Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin bisa
menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi
bagaimana dengan angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi? Selain itu Al
Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithma dan juga Aljabar (Algebra). Omar
Khayam menciptakan teori tentang angka-angka “irrational” serta menulis suatu
buku sistematik tentang Mu’adalah (equation).
Di
dalam ilmu kedokteran, ilmuwan Muslim juga mencapai kemajuan. Dalam bidang ini
dunia mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya al-Qanun fi al-Thibbi
diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187),
yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multi disiplin. Dia bukan hanya dokter,
tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga
mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat.
Maka
tidaklah heran jika produser film Robin Hood the Prince of Thieves menyisipkan
adegan keterkejutan Robin Hood dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor.
Sayangnya kejayaan ummat Islam di abad pertengahan itu hanyalah masa lalu.
Ummat Islam hanya bisa mengenang dan membaca sejarahnya. Hanya bisa berbangga
dengan kejayaan pendahulunya. Tetapi belum mampu berbicara banyak dalam pentas
dunia. Bahkan ketika ummat Islam mengabaikan perintah Allah yang saru ini
(ilmu) ummat Islam terperosok dalam jurang keterbelakangan, dan tidak mampu
bangkit dari ketertinggalannya.
Ummat
Islam semakin jauh dari ajaran agamanya, semakin jauh dari al-Quran dan hadits
Nabi, semakin jauh dari pengamalan para salaf al-saleh, mereka tidak memahami
bahwa menuntut ilmu dan menjadi orang berilmu adalah perintah Allah dan
perintah Nabi, sebagaimana halnya perintah shalat, sedekah dan yang lainnya.
Maka tidak ada alasan lagi bagi kita semuanya kecuali menggiatkan diri dengan
belajar dan menuntut ilmu. Menjadikan masyarakat Islam sebagai masyarakat
pencinta ilmu dan pembelajar adalah agenda izzah dan proyek kesalehan besar
yang harus ditunaikan. Karena kebangkitan ummat akan terwujud dengan
kebangkitan ilmu pengetahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar