DISKUSI VIDEO
MODUL AL-QURAN KB 4
Ilmu Pengetahuan (Teknologi) dan Ulul Albab
Agama Islam dengan kitab sucinya Al Qur’an memuat
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat lengkap.
“Kita
sebagai umat Islam keliru jika agama Islam tidak membahas teknologi. Bagaimana
proses penciptaan alam semesta, sistem tata surya, hingga penciptaan manusia
bahkan cara pengendalian seluruh alam baik yang lahir maupun ghaib, semua
disebutkan dalam Al Qur’an. Hanya saja sebelum kita mempelajari teknologi,
terlebih dahulu harus dibekali dengan ilmu tauhid atau keesaan Allah. Sehingga
nantinya semakin menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akan bertambah pula
iman kita kepada Allah SWT.
Dijelaskan
bahwa, yang harus dipahami pertama adalah urutan keilmuan yang harus
dipelajari. Yakni, sebagaimana wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang
pertama adalah membaca dengan nama Tuhan Sang Pencipta. Membaca di sini
bukanlah dalam arti sempit, yakni hanya sebatas melafalkan tulisan berupa
huruf-huruf. Membaca dalam arti sesungguhnya adalah menggunakan seluruh
kemampuan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup dalam
kehidupannya.
Hal
tersebut dijelaskan pada keadaan riil Nabi Muhammad saw yang buta huruf dan
kitab AL-Qur’an juga belum ada. Sehingga membacanya umat Islam tidaklah
sesempit makna membaca yang sekarang pada umumnya. Karenanya umat Islam
diharapkan terus mengkaji segala sesuatu melaui penglihatan, pendengaran,
perasaan dan fikiran terhadap segala situasi yang dialaminya.
Tentunya,
membaca atau belajarnya umat Islam harus pada guru, ustad ataupun kiyai yang
sudah memahami ilmu ketauhidan yang baik. Cara ini agar tidak terjadi pemahaman
yang keliru terhadap agama Islam. Karena kriteria keberhasilan umat Islam
adalah dilihat dari akhlaknya. Kelembutan pribadi sebagai tolak ukur utama di
samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pungkasnya.
DETAIL PERCAKAPAN DALAM VIDEO : LEBIH DULU ADAM ATAU MANUSIA PURBA?
(QURAISH SHIHAB).
Dalam beberapa ajaran agama, salah
satunya Islam menerangkan bahwa Nabi Adam dikenal sebagai manusia pertama di
dunia. Namun dalam sejarah, manusia pertama adalah manusia purba. Ini
menimbulkan pertanyaan, sebenarnya mana yang lebih dahulu ada di Bumi, Nabi
Adam atau manusia purba?
Pada video Youtube Najwa Shihab,
Quraish Shihab mencoba menjawab pertanyaan tersebut. "Dalam AlQuran ada
menceritakan tentang kejadian manusia. Namun juga diceritakan bahwa sebelum
kejadian manusia (Nabi Adam) ini sudah ada makhluk-makhluk lain," ungkap
Quraish Shihab dalam menit ke 7 detik 53 video tersebut. "Tapi tidak
diterangkan apa makhluk-makhluk lain itu. Boleh jadi, makhluk-makhluk lain itu
manusia purba," imbuhnya.
Menurut Quraish, ketika AlQuran
berbicara tentang manusia pertama ini, hanya dinyatakan bahwa diciptakan dari
tanah. Selanjutnya, ada proses akhirnya dihembuskan ruh maka jadilah dia
manusia. "Mungkin itulah manusia modern," kata Quraish. Namun,
Quraish menjelaskan, AlQuran tidak menjelaskan apa yang terjadi setelah tanah
dan sebelum ditiupkan ruh. "Kalau saya bisa beri gambaran seperti ini,
kita punya alfabet A sampai Z. Saya sebut mulanya A, akhirnya Z. Ada gak antara
A dan Z? Banyak," ucapnya. "AlQuran hanya menceritakan A dari tanah
dan menceritakan Z dihembuskan ruh. Boleh jadi ada proses di sini,"
sambung Quraish. Baca juga: Islam yang Saya Temukan berkat Bapak dan
Sains, Seperti Apa Islammu? Sahabat Mustofa Bisri ini juga mengatakan, AlQuran
tidak menjelaskan proses sebelum ditiupkannya ruh. "Karena itu ada
pertanyaan apa benar itu teori Darwin atau New Darwinism. Kita katakan, Islam
tidak membahas itu," tegas Quraish. "Itu bidang ilmu. Kalau ilmu bisa
membuktikannya, maka dia tidak bertentangan dengan AlQuran," tambahnya.
Pria lulusan Al-Azhar ini menyebut, itu karena Alquran hanya berkata dari tanah
ditiupkan ruh. "Jadi tolaklah dia atas nama ilmu atau terimalah dia atas
nama ilmu," ujarnya.
Baca juga: Petunjuk tentang Alien
yang Tersembunyi dalam Surat-surat Al Quran "Jangan libatkan Islam dan
AlQuran di sini. Alquran hanya berkata A dan Z," imbuhnya menegaskan.
Dalam video berdurasi 12 menit itu, Najwa Shihab juga mempertanyakan apakah seseorang
bisa percaya teori Darwin tapi juga meyakini apa yang ada dalam Alquran?
"Banyak dari ulama Islam yang percaya dan membenarkan itu," jawab
Quraish. Dia menerangkan, "Ibnu Kaldun, salah seorang yang menyebut
tentang hal itu bahwa ada proses dari kejadian manusia ini. Sampai mencapai apa
yang diistilahkannya Alamul Qiradah, tapi orang secara tulis menyebut Alamul
Quldra."
Alamul Qiradah
sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh Ibnu Khaldun untuk menggambarkan
alam kera. "Tapi dia (Ibnu Khaldun) tidak atas namakan AlQuran, dia atas
namakan penelitian," kata Quraish. "Kita juga begitu, tidak wajar
menolak teori Darwin atas nama Alquran. Tapi silakan tolak atas nama
pengetahuan. Begitu juga, jangan terima atas nama Alquran, silakan terima atas
nama pengetahuan," Quraish menegaskan.
"Itu bidang ilmu. Kalau ilmu
bisa membuktikannya, maka dia tidak bertentangan dengan AlQuran," tambahnya.
Quraish Shihab menyebut, itu karena Alquran hanya berkata dari tanah ditiupkan
ruh. "Jadi tolaklah dia atas nama ilmu atau terimalah dia atas nama
ilmu," ujarnya. Baca juga: Petunjuk tentang Alien yang Tersembunyi dalam
Surat-surat Al Quran "Jangan libatkan Islam dan AlQuran di sini. Alquran
hanya berkata A dan Z," imbuhnya menegaskan.
Dalam video berdurasi 12 menit
itu, Najwa Shihab juga mempertanyakan apakah seseorang bisa percaya teori
Darwin tapi juga meyakini apa yang ada dalam Alquran? "Banyak dari ulama
Islam yang percaya dan membenarkan itu," jawab Quraish. Dia menerangkan,
"Ibnu Kaldun, salah seorang yang menyebut tentang hal itu bahwa ada proses
dari kejadian manusia ini. Sampai mencapai apa yang diistilahkannya Alamul
Qiradah, tapi orang secara tulis menyebut Alamul Quldra." Alamul Qiradah
sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh Ibnu Khaldun untuk menggambarkan
alam kera. "Tapi dia (Ibnu Khaldun) tidak atas namakan AlQuran, dia atas
namakan penelitian," kata Quraish. "Kita juga begitu, tidak wajar
menolak teori Darwin atas nama Alquran. Tapi silakan tolak atas nama
pengetahuan. Begitu juga, jangan terima atas nama Alquran, silakan terima atas
nama pengetahuan," Quraish menegaskan.
Wallohu a’lam...
A.
Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an
Al Qur’an membicarakan semesta alam;
langit, bumi, hewan, tumbuhan yang semua diciptakan untuk manusia maka manusia
diperintahkan untuk menjaga, mengelola dan memanfaatkannya dengan baik.
Mengenai cara dan tekhnik mengelola atau memanfaatkannya diserahkan kepada
manusia sendiri. Karena itu al Qur’an tidak membicarakan secara spesifik
bagaimana cara mengelola dan alat apa yang digunakannya, demikian itu supaya
manusia berfikir karena sudah diberi potensi akal untuk dikembangkan afala ta’qilun (tidakkah kalian
menggunakan akal), ini artinya manusia diperintah untuk mengembangkan
tekhnologi.
Manusia dapat mengembangkan tekhnologi
apapun dalam rangka mendukung dan menunjang proses kekhalifahannya di muka
bumi. Namun al Qur’an memberikan rambu-rambu atau asas-asas yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk melaksanakannya, agar tidak menyalahi dengan ketentuan-ketentuan
Allah Swt.
Adapun asas-asas tersebut adalah : Asas
tauhid, Asas manfaat, Asas kemudahan, Asas keindahan, dan Asas keadilan;
1.Asas Tauhid
2.Asas manfaat
Al Qur’an sangat menganjurkan agar
segala upaya dan kreasi manusia
dilakukan dengan mempertimbangkan sisi kemanfaatannya. Hal ini sesuai
dengan QS. al Ro’du, 13:17, juga Hadis Dari Abu Hurairah ra.
3. Asas Kemudahan
Allah Swt Yang Maha Pengasih menginginkan
agar manusia dalam menjalankan tugasnya
tidak mengalami kesulitan, karena itu Allah Swt menganjurkan agar manusia dapat
melakukan hal-hal yang dapat memudahkan dan meringankannya. Senada dengan QS.
Al Baqarah, 2: 185 dan QS. An Nisa’, 4: 28.
4.Asas Keindahan
Ayat-ayat al Qur’an banyak sekali
menyampaikan secara tersirat tentang keindahan, misalnya penciptaan manusia yang dengan sebaik-baik
bentuk, penciptaan binatang , penciptaan langit (badi’ussamaawaati), dst.
Keindahan yang dimaksud oleh al Qur’an bukan hanya indah dari segi lahiriyah
yang tampak oleh mata, namun keindahan yang disertai dengan keseimbangan dan
keharmonisan, keindahan yang seimbang antara yang lahir dan yang bathin.
5.Asas Keadilan
B.
Ulul Albab.
Siapakah ulul albab tersebut ? Seseorang
disebut Ulul albab pada QS. Ali Imran : 190-191 tersebut harus memiliki dua
syarat, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya; syarat pertama yaitu dimensi
dzikir (mengingat Allah Swt) dalam kondisi apapun. Syarat kedua yaitu dimensi
kedua adalah bertafakkur (melakukan renungan) terhadap ciptaan Allah Swt yang
tersebar di semesta.
1. Memiliki sikap kritis kalau di rinci
rinci lagi ada tiga cirri utama; yaitu
berdzikir, memikirkan atau mengamati
fenomena alam dan berkreasi. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa berfikir kritis memiliki tiga tuntutan besar:
a. Berdzikir.
Seorang yang berfikir kritis dan
cerdas, ciri pertama adalah selalu berdzikir kepada Allah swt baik siang dan
malam, pada saat berdiri, duduk dan berbaring. Maknanya tiada waktu tanpa
berdzikir, segala waktu diisi dengan dzikir baik dalam shalat maupun di luar
shalat. Berdzikir bukan saja hanya ingat tetapi juga membaca kitab Allah,
memahami isinya, menyebar luaskan dan mengamalkan isi kandungannya. Membelajari
kitab suci dalam rangka memahami , menyebar luaskan dan menerapkan
nilai-nilainya di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam kebutuhan dan
problemanya.
b. Berfikir
Kritis.
Berfikir kritis berarti mengamati, meneliti, menyimpulkan dan
membuktikan kebenarannya. Mengamati ayat-ayat Tuhan di alam raya ini baik dalam diri manusia secara perorangan maupun berkelompok, di samping juga mengamati
fenomena alam. Mereka berfikir tentang
ciptaan langit dan bumi.
2. Berusaha dan berkreasi dapat berarti melakukan upaya-upaya
kreatifitas pada hasilhasil penemuan ilmiah dan teknologi.
Keindahan alam dan keberhasilan sains
dan tekhnologi yang dihasilkan dari proses berfikir dan berdzikir itu
memperkuat keimanan kepada Allah swt dan
dalam meningkatkan kepatuhannya kepada
Sang Pencipta. Pemahaman terhadap penciptaan semesta yang agung disertai dengan
selalu berdzikir menimbulkan sebuah kemampuan pada dirinya untuk melihat sebuah
tanda wujudnya Allah Swt, keagungan-Nya dan kemahabesaran-Nya, sehingga
terlontar dari dirinya ucapan subhaanak ( maha suci Engkau ya Allah). Penjelasan seperti ini tergambar pada ayat
191.
Maka seorang ulul albab mengkhawatirkan
terjadi suatu kezhaliman (pengrusakan) terhadap segala ciptaan Allah Swt dan
tata aturan-Nya yang Maha Indah yang mungkin kezholiman itu dilakukan oleh
dirinya maupun orang lain, di mana kezholiman itu dapat membawa masuk ke dalam
api neraka.
Bagi seorang ulul albab ilmu
pengetahuan apapun yang berhubungan dengan alam semesta ini hakekatnya adalah
ciptaan-ciptaan Allah Swt yang tunduk kepada sitem aturan yang telah
dibuat-Nya. Sehingga semua ilmu itu hakekatnya hanya satu yaitu ilmu Allah Swt,
dan manusia hanya diberi sedikit ilmu dari Allah Swt.
Dapat dipahami juga bahwa Allah Swt
yang maha agung memilki ilmu yang maha luas, di mana untuk mendapatkan pemahaman tentang Allah Swt atau
dengan kata lain memahami tanda ( dalam ayat al qur’an disebut ayat ) diperlukan ilmu Allah, karena itu
belajar suatu ilmu adalah untuk lebih mengetahui tentang Allah Swt dan agar mampu lebih banyak melakukan kemaslahatan
dan kemanfaatan dalam kehdupan sesuai
petunjuknya, sehingga semakin bertambah ilmu seseorang akan menambah juga
kedekatannya kepada Allah Swt dan kebaikannya dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar