Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Kamis, 27 Juni 2019

DISKUSI ILMU PENGETAHUAN DAN ULUL ALBAB


DISKUSI VIDEO MODUL AL-QURAN KB 4

Ilmu Pengetahuan (Teknologi) dan Ulul Albab

Agama Islam dengan kitab sucinya Al Qur’an memuat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat lengkap.
“Kita sebagai umat Islam keliru jika agama Islam tidak membahas teknologi. Bagaimana proses penciptaan alam semesta, sistem tata surya, hingga penciptaan manusia bahkan cara pengendalian seluruh alam baik yang lahir maupun ghaib, semua disebutkan dalam Al Qur’an. Hanya saja sebelum kita mempelajari teknologi, terlebih dahulu harus dibekali dengan ilmu tauhid atau keesaan Allah. Sehingga nantinya semakin menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akan bertambah pula iman kita kepada Allah SWT.

Dijelaskan bahwa, yang harus dipahami pertama adalah urutan keilmuan yang harus dipelajari. Yakni, sebagaimana wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang pertama adalah membaca dengan nama Tuhan Sang Pencipta. Membaca di sini bukanlah dalam arti sempit, yakni hanya sebatas melafalkan tulisan berupa huruf-huruf. Membaca dalam arti sesungguhnya adalah menggunakan seluruh kemampuan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup dalam kehidupannya.

Hal tersebut dijelaskan pada keadaan riil Nabi Muhammad saw yang buta huruf dan kitab AL-Qur’an juga belum ada. Sehingga membacanya umat Islam tidaklah sesempit makna membaca yang sekarang pada umumnya. Karenanya umat Islam diharapkan terus mengkaji segala sesuatu melaui penglihatan, pendengaran, perasaan dan fikiran terhadap segala situasi yang dialaminya.

Tentunya, membaca atau belajarnya umat Islam harus pada guru, ustad ataupun kiyai yang sudah memahami ilmu ketauhidan yang baik. Cara ini agar tidak terjadi pemahaman yang keliru terhadap agama Islam. Karena kriteria keberhasilan umat Islam adalah dilihat dari akhlaknya. Kelembutan pribadi sebagai tolak ukur utama di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pungkasnya.

DETAIL PERCAKAPAN DALAM VIDEO : LEBIH DULU ADAM ATAU MANUSIA PURBA? (QURAISH SHIHAB).

Dalam beberapa ajaran agama, salah satunya Islam menerangkan bahwa Nabi Adam dikenal sebagai manusia pertama di dunia. Namun dalam sejarah, manusia pertama adalah manusia purba. Ini menimbulkan pertanyaan, sebenarnya mana yang lebih dahulu ada di Bumi, Nabi Adam atau manusia purba?

Pada video Youtube Najwa Shihab, Quraish Shihab mencoba menjawab pertanyaan tersebut. "Dalam AlQuran ada menceritakan tentang kejadian manusia. Namun juga diceritakan bahwa sebelum kejadian manusia (Nabi Adam) ini sudah ada makhluk-makhluk lain," ungkap Quraish Shihab dalam menit ke 7 detik 53 video tersebut. "Tapi tidak diterangkan apa makhluk-makhluk lain itu. Boleh jadi, makhluk-makhluk lain itu manusia purba," imbuhnya.


Menurut Quraish, ketika AlQuran berbicara tentang manusia pertama ini, hanya dinyatakan bahwa diciptakan dari tanah. Selanjutnya, ada proses akhirnya dihembuskan ruh maka jadilah dia manusia. "Mungkin itulah manusia modern," kata Quraish. Namun, Quraish menjelaskan, AlQuran tidak menjelaskan apa yang terjadi setelah tanah dan sebelum ditiupkan ruh. "Kalau saya bisa beri gambaran seperti ini, kita punya alfabet A sampai Z. Saya sebut mulanya A, akhirnya Z. Ada gak antara A dan Z? Banyak," ucapnya. "AlQuran hanya menceritakan A dari tanah dan menceritakan Z dihembuskan ruh. Boleh jadi ada proses di sini," sambung Quraish. Baca juga: Islam yang Saya Temukan berkat Bapak dan Sains, Seperti Apa Islammu? Sahabat Mustofa Bisri ini juga mengatakan, AlQuran tidak menjelaskan proses sebelum ditiupkannya ruh. "Karena itu ada pertanyaan apa benar itu teori Darwin atau New Darwinism. Kita katakan, Islam tidak membahas itu," tegas Quraish. "Itu bidang ilmu. Kalau ilmu bisa membuktikannya, maka dia tidak bertentangan dengan AlQuran," tambahnya. Pria lulusan Al-Azhar ini menyebut, itu karena Alquran hanya berkata dari tanah ditiupkan ruh. "Jadi tolaklah dia atas nama ilmu atau terimalah dia atas nama ilmu," ujarnya.

Baca juga: Petunjuk tentang Alien yang Tersembunyi dalam Surat-surat Al Quran "Jangan libatkan Islam dan AlQuran di sini. Alquran hanya berkata A dan Z," imbuhnya menegaskan. Dalam video berdurasi 12 menit itu, Najwa Shihab juga mempertanyakan apakah seseorang bisa percaya teori Darwin tapi juga meyakini apa yang ada dalam Alquran? "Banyak dari ulama Islam yang percaya dan membenarkan itu," jawab Quraish. Dia menerangkan, "Ibnu Kaldun, salah seorang yang menyebut tentang hal itu bahwa ada proses dari kejadian manusia ini. Sampai mencapai apa yang diistilahkannya Alamul Qiradah, tapi orang secara tulis menyebut Alamul Quldra."

Alamul Qiradah sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh Ibnu Khaldun untuk menggambarkan alam kera. "Tapi dia (Ibnu Khaldun) tidak atas namakan AlQuran, dia atas namakan penelitian," kata Quraish. "Kita juga begitu, tidak wajar menolak teori Darwin atas nama Alquran. Tapi silakan tolak atas nama pengetahuan. Begitu juga, jangan terima atas nama Alquran, silakan terima atas nama pengetahuan," Quraish menegaskan.

"Itu bidang ilmu. Kalau ilmu bisa membuktikannya, maka dia tidak bertentangan dengan AlQuran," tambahnya. Quraish Shihab menyebut, itu karena Alquran hanya berkata dari tanah ditiupkan ruh. "Jadi tolaklah dia atas nama ilmu atau terimalah dia atas nama ilmu," ujarnya. Baca juga: Petunjuk tentang Alien yang Tersembunyi dalam Surat-surat Al Quran "Jangan libatkan Islam dan AlQuran di sini. Alquran hanya berkata A dan Z," imbuhnya menegaskan.

Dalam video berdurasi 12 menit itu, Najwa Shihab juga mempertanyakan apakah seseorang bisa percaya teori Darwin tapi juga meyakini apa yang ada dalam Alquran? "Banyak dari ulama Islam yang percaya dan membenarkan itu," jawab Quraish. Dia menerangkan, "Ibnu Kaldun, salah seorang yang menyebut tentang hal itu bahwa ada proses dari kejadian manusia ini. Sampai mencapai apa yang diistilahkannya Alamul Qiradah, tapi orang secara tulis menyebut Alamul Quldra." Alamul Qiradah sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh Ibnu Khaldun untuk menggambarkan alam kera. "Tapi dia (Ibnu Khaldun) tidak atas namakan AlQuran, dia atas namakan penelitian," kata Quraish. "Kita juga begitu, tidak wajar menolak teori Darwin atas nama Alquran. Tapi silakan tolak atas nama pengetahuan. Begitu juga, jangan terima atas nama Alquran, silakan terima atas nama pengetahuan," Quraish menegaskan.
Wallohu a’lam...

    A.                Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an

Al Qur’an membicarakan semesta alam; langit, bumi, hewan, tumbuhan yang semua diciptakan untuk manusia maka manusia diperintahkan untuk menjaga, mengelola dan memanfaatkannya dengan baik. Mengenai cara dan tekhnik mengelola atau memanfaatkannya diserahkan kepada manusia sendiri. Karena itu al Qur’an tidak membicarakan secara spesifik bagaimana cara mengelola dan alat apa yang digunakannya, demikian itu supaya manusia berfikir karena sudah diberi potensi akal untuk dikembangkan afala ta’qilun (tidakkah kalian menggunakan akal), ini artinya manusia diperintah untuk mengembangkan tekhnologi.

Manusia dapat mengembangkan tekhnologi apapun dalam rangka mendukung dan menunjang proses kekhalifahannya di muka bumi. Namun al Qur’an memberikan rambu-rambu atau asas-asas yang dapat dijadikan sebagai petunjuk melaksanakannya, agar tidak menyalahi dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt.

Adapun asas-asas tersebut adalah : Asas tauhid, Asas manfaat, Asas kemudahan, Asas keindahan, dan Asas keadilan; 

   1.Asas Tauhid 

  Di dalam al Qur’an tidaklah diperkenankan segala apapun berdampak kepada penyekutuan terhadap Allah Swt dan sehala apaun yang dilakukan semata-mata karena mengabdi kepada Allah Swt secara tulus. Hal ini sesuai dengan QS. An Nisa: 48. dan Al-Bayyinah : 5.

   2.Asas manfaat

Al Qur’an sangat menganjurkan agar segala upaya dan kreasi manusia  dilakukan dengan mempertimbangkan sisi kemanfaatannya. Hal ini sesuai dengan QS. al Ro’du, 13:17, juga Hadis Dari Abu Hurairah ra.

   3. Asas Kemudahan

Allah Swt Yang Maha Pengasih menginginkan agar manusia  dalam menjalankan tugasnya tidak mengalami kesulitan, karena itu Allah Swt menganjurkan agar manusia dapat melakukan hal-hal yang dapat memudahkan dan meringankannya. Senada dengan QS. Al Baqarah, 2: 185 dan QS. An Nisa’, 4: 28.

   4.Asas Keindahan

Ayat-ayat al Qur’an banyak sekali menyampaikan secara tersirat tentang keindahan, misalnya  penciptaan manusia yang dengan sebaik-baik bentuk, penciptaan binatang , penciptaan langit (badi’ussamaawaati), dst. Keindahan yang dimaksud oleh al Qur’an bukan hanya indah dari segi lahiriyah yang tampak oleh mata, namun keindahan yang disertai dengan keseimbangan dan keharmonisan, keindahan yang seimbang antara yang lahir  dan yang bathin.

   5.Asas Keadilan 

  Allah Swt memerintahkan secara tegas diperbagai ayat al Qur’an agar keadilan selalu ditegakkan diperbagai aspek kehidupan, termasuk bidang tekhnologi. Penggunaan tekhnologi hendaknya juga dalam rangka penegakan keadilan. Firman Allah SWT dalam Q.S An-Nisa: 135

    B.                Ulul Albab. 

Siapakah ulul albab tersebut ? Seseorang disebut Ulul albab pada QS. Ali Imran : 190-191 tersebut harus memiliki dua syarat, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya; syarat pertama yaitu dimensi dzikir (mengingat Allah Swt) dalam kondisi apapun. Syarat kedua yaitu dimensi kedua adalah bertafakkur (melakukan renungan) terhadap ciptaan Allah Swt yang tersebar di semesta. 

Dan pada seorang ululalbab memahami bahwa segala apa yang Allah ciptakakan memberikan manfaat yang besar terhadap kehidupan dan tidak ada yang sia-sia.  Dalam konteks saat ini seorang ulul albab memiliki sifat dan sikap  seperti kritis, mau berusaha dan  berkreasi untuk kemanfaatan, kemaslahatan dan kelestarian kehidupan. Sifat dan sikap tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

   1.  Memiliki sikap kritis kalau di rinci rinci lagi ada tiga cirri utama; yaitu    berdzikir, memikirkan atau mengamati  fenomena alam dan berkreasi. Dari uraian tersebut  dapat dipahami bahwa  berfikir kritis  memiliki tiga tuntutan besar:

   a. Berdzikir.

Seorang yang berfikir kritis dan cerdas, ciri pertama adalah selalu berdzikir kepada Allah swt baik siang dan malam, pada saat berdiri, duduk dan berbaring. Maknanya tiada waktu tanpa berdzikir, segala waktu diisi dengan dzikir baik dalam shalat maupun di luar shalat. Berdzikir bukan saja hanya ingat tetapi juga membaca kitab Allah, memahami isinya, menyebar luaskan dan mengamalkan isi kandungannya. Membelajari kitab suci dalam rangka memahami , menyebar luaskan dan menerapkan nilai-nilainya di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam kebutuhan dan problemanya.

   b. Berfikir Kritis.

Berfikir kritis berarti  mengamati, meneliti, menyimpulkan dan membuktikan kebenarannya. Mengamati ayat-ayat Tuhan  di alam raya ini baik dalam diri manusia  secara perorangan  maupun berkelompok, di samping juga mengamati fenomena alam. Mereka  berfikir tentang ciptaan langit dan bumi.

  2.  Berusaha dan  berkreasi dapat berarti melakukan upaya-upaya kreatifitas pada hasilhasil penemuan ilmiah dan teknologi.

Keindahan alam dan keberhasilan sains dan tekhnologi yang dihasilkan dari proses berfikir dan berdzikir itu memperkuat keimanan kepada  Allah swt dan dalam  meningkatkan kepatuhannya kepada Sang Pencipta. Pemahaman terhadap penciptaan semesta yang agung disertai dengan selalu berdzikir menimbulkan sebuah kemampuan pada dirinya untuk melihat sebuah tanda wujudnya Allah Swt, keagungan-Nya dan kemahabesaran-Nya, sehingga terlontar dari dirinya ucapan subhaanak ( maha suci Engkau ya Allah).  Penjelasan seperti ini tergambar pada ayat 191.

Maka seorang ulul albab mengkhawatirkan terjadi suatu kezhaliman (pengrusakan) terhadap segala ciptaan Allah Swt dan tata aturan-Nya yang Maha Indah yang mungkin kezholiman itu dilakukan oleh dirinya maupun orang lain, di mana kezholiman itu dapat membawa masuk ke dalam api neraka.

Bagi seorang ulul albab ilmu pengetahuan apapun yang berhubungan dengan alam semesta ini hakekatnya adalah ciptaan-ciptaan Allah Swt yang tunduk kepada sitem aturan yang telah dibuat-Nya. Sehingga semua ilmu itu hakekatnya hanya satu yaitu ilmu Allah Swt, dan manusia hanya diberi sedikit ilmu dari Allah Swt.

Dapat dipahami juga bahwa Allah Swt yang maha agung memilki ilmu yang maha luas, di mana untuk  mendapatkan pemahaman tentang Allah Swt atau dengan kata lain memahami tanda ( dalam ayat al qur’an disebut  ayat ) diperlukan ilmu Allah, karena itu belajar suatu ilmu adalah untuk lebih mengetahui tentang Allah Swt  dan agar mampu lebih banyak melakukan kemaslahatan dan kemanfaatan  dalam kehdupan sesuai petunjuknya, sehingga semakin bertambah ilmu seseorang akan menambah juga kedekatannya kepada Allah Swt dan kebaikannya dalam kehidupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar