DISKUSI SLIDE
CIRI-CIRI MUNAFIK DIANTARANYA :
1. Di Dalam Hati Golongan Munafik
Terdapat Penyakit
Golongan munafik sejatinya sama sekali tidak memiliki keberanian mental
untuk menunjukkan wujud asli mereka di hadapan orang mukmin. Mereka juga tidak
memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemurnian keimanan mereka, jika mereka
bersikukuh mengaku beriman. Mereka tidak akan pernah mau terang-terangan jika
mereka sebenarnya sangat mengingkari kebenaran.
Mengapa bisa demikian? Sebab dalam hati golongan munafik terdapat penyakit.
Sejatinnya hati mereka sakit sehingga mereka menyimpang dari jalan iman.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan
mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)
2. Golongan Munafik adalah Perusak yang
Mengaku Pembawa Perbaikan
Di antara ciri munafik adalah selalu mengaku-aku sebagai pembawa perbaikan,
padahal sebenarnya mereka itulah golongan yang selalu melakukan aktivitas
perusakan di muka bumi ini. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk
menghancurleburkan tiap gagasan-gagasan kebaikan.
Dan anehnya, setelah mereka menyelesaikan program-program penghancuran
tersebut, dengan bangga dan tanpa merasa bersalah mereka mendeklarasikan diri
sebagai golongan yang membawa perubahan yang menebar kebaikan.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ
مُصْلِحُونَ
“Dan bila dikatakan kepada
mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab:
‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’.” (QS. Al-Baqarah: 11)
Fenomena pihak-pihak yang secara lantang mengaku-aku sebagai sang pembawa
perbaikan, mengaku-aku sebagai pahlawan revolusi perbaikan masyarakat, sebagai
tokoh pembangunan negara, negara pengatur perdamaian dunia, dan semisalnya,
padahal secara nyata dan fakta mereka yang mengaku-aku ini sebenarnya adalah
pihak perusak yang harus mempertanggungjawabkan kerusakan akibat perbuatan
mereka di hadapan umat.
Allah ‘azza wajalla dengan sangat tegas membongkar karakter munafik mereka
ini dengan argumentasi final; merekalah sebenarnya sang perusak tatanan
kehidupan manusia dan alam ini! Merekalah golongan yang sebenarnya sedang
memerangi proyek perbaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman!
Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 12)
3. Golongan Munafik Adalah Golongan
Orang-orang Dungu Level Ilusi
Salah satu ciri karakter orang dungu adalah merasa lebih tinggi levelnya
dari orang lain. Mereka lebih suka mengaku diri sebagai golongan yang memiliki
keimanan dan keikhlasan yang kuat. Padahal sejatinya itu hanyalah ilusi dan
klaim belaka. Karena sejatinya mereka adalah orang-orang dungu yang gemar
melakukan penyimpangan. Itulah mengapa mereka termasuk dalam golongan munafik.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا
آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا
يَعْلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman’. Mereka
menjawab: ‘Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi
mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah: 13)
4. Golongan Munafik Adalah Manipulator
dan Ahli Konspirasi
Golongan munafik memang dikenal sebagai manusia yang paling licik dalam
membuat siasat. Segala bentuk sifat kekejian, pengecut, busuk, dan kotor
melekat pada diri mereka. Mereka memasang wajah palsu sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menguntungkan.
Jika mereka sedang berada di tengah kerumunan orang beriman, mereka
mengenakan topeng keimanan hingga tampak samar perbedaan antara kemunafikan
mereka dengan umat beriman. Mereka baru akan membuka topeng wajah ketika berada
di tengah kerumunan orang-orang kafir dan setan-setan berwujud manusia yang
notabene adalah kawan perjuangan mereka.
Allah ‘azza wajalla berfiman,
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ
شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila
mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya
kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (QS. Al-Baqarah: 14)
Akan tetapi, Allah ‘azza wajalla menghadapi mereka dengan ancaman
mengerikan yang dapat mengguncang eksistensi mereka sehingga mereka menjadi
kehilangan arah dan terpukul. Jalan yang telah mereka pilih sejatinya adalah
jalan yang menambah parah kesesatan dan permusuhan mereka terhadap umat
beriman.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ
تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Mereka itulah orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16)
Bukankah mereka ini adalah segolongan manusia yang menyukai jalan
kemunafikan yang mereka tempuh? Bukankah sebenarnya keimanan telah berada di
depan mata mereka? Bukankah petunjuk Allah ‘azza wajalla telah nyata di
sekeliling mereka?
Namun, karena mereka lebih memilih jalan kemunafikan, maka mereka merasakan
sensasi kesesatan jalan yang mereka pilih sendiri.
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا
حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ
“Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.” (QS. Al-Baqarah: 17)
Dan akhirnya, mereka menanggung hukuman berupa guncangan hati, kesesatan
pikiran, dan kebingungan jalan hidup.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ
يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ
وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
“Atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka
menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab
takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 19)
Mereka pun akhirnya juga harus menanggung kegelapan dan kebutaan
penglihatan dan bashirah.
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا
فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ
بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20)
5. Golongan Munafik Paling Hobi
Berkhianat
Golongan munafik di permukaan telah membuat janji dengan Allah ‘azza
wajalla untuk melaksanakan berbagai amal kebaikan, berkomitmen untuk
melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, namun karena para pengkhianat janji
itu hatinya hampa, akalnya kosong, dan setan-setan telah berhasil menjajah diri
mereka, akhirnya dengan begitu mudahnya mereka berkhianat terhadap perjanjian
yang tela mereka buat dengan Allah ‘azza wajalla.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ
لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan di antara mereka ada orang
yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan
sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah
kami termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. At-Taubah: 75)
فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ
“Maka setelah Allah memberikan
kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan
berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran).” (QS. At-Taubah: 76)
فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا
أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكَذِبُونَ
“Maka Allah menimbulkan
kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena
mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan
kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah:
77)
6. Golongan Munafik Selalu Loyal Kepada
Orang Kafir dan Benci Kepada Orang Mukmin
Golongan munafik di mana pun mereka berada pasti menganggap kemuliaan,
kejayaan, dan kemajuan peradaban itu ada pada orang-orang kafir, sehingga
loyalitas mereka persembahkan untuk orang-orang kafir tersebut.
Sementara rasa benci orang-orang munafik tersebut terhadap orang-orang
beriman tak berkurang sedikit pun meskipun mereka berada di tengah-tengah
mereka.
Mata mereka akan lebih terasa sejuk ketika mendapat informasi tentang
kemajuan ekonomi, teknologi, dan peradaban bangsa-bangsa kafir. Akan tetapi
mereka akan merasa sangat sedih dan kecewa manakala kemajuan-kemajuan tersebut
berada di tangan kaum mukminin.
Kecintaan orang-orang golongan munafik terhadap orang-orang kafir mereka
letakkan jauh di atas dan selalu dijunjung tinggi. Sementara itu, mereka sama
sekali tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang beriman.
Orang-orang munafik lebih senang bergaul dengan orang-orang kafir,
sementara keberadaan mereka di tengah kaum muslimin hanyalah sebuah kedok palsu
yang tampak dari luar di mana mereka memiliki kepentingan busuk untuk
mengacaukan barisan kaum muslimin.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“(yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa’: 139)
7. Golongan Munafik Senantiasa Merapat
ke Barisan Orang Mukmin ketika Kemenangan di Tangan Mereka
Salah satu karakter orang munafik adalah main enaknya sendiri. Ketika
kemenangan jatuh ke tangan kaum beriman, orang-orang munafik ini merapat kepada
mereka untuk mengharap bagian ghanimah.
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ
قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا
أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ۚ فَاللَّهُ
يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ
لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu
(peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika
terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: ‘Bukankah kami (turut
berperang) beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela
kamu dari orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu
di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada
orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141)
8. Golongan Munafik Merasa Bahagia Jika
Umat Beriman Ditimpa Musibah dan Ujian
Merupakan karakter dan sifat orang
munafik adalah selalu merasa bahagia ketika umat beriman ditimpa musibah dan
ujian. Sebaliknya, kesedihan dan duka cita mereka tertumpah ketika orang-orang
beriman dan para mujahid fi sabilillahmendapat
kebahagiaan dan kemenangan.
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ
يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ
شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu memperoleh kebaikan,
niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka
bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka
sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)
9. Golongan Munafik Adalah Para
Penyandang Gelar Murjifun
Al-Irjaf adalah aktivitas menebar berita heboh,
bombastis, tapi kontennya dusta, yang tujuannya untuk menciptakan sebuah
kegaduhan dan kepanikan. Orang yang suka melakukan perbuatan itu disebut
dengan Murjif, jamaknya Murjifun.
Tipikal Murjif seperti itu terdapat pada diri golongan
munafik. Mereka gemar menebar berita heboh dan bombastis namun kontennya dusta.
Tujuan mereka adalah memecah belah barisan kaum muslimin, membuat gaduh,
memunculkan kepanikan, adu domba, dan fitnah, sehingga umat beriman kehilangan
persatuan, jati diri, dan kekuatan mereka.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا
وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا
“Dan (ingatlah) ketika
orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:
‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya’.” (QS. Al-Ahzab: 12)
10. Golongan Munafik Adalah Orang-orang
Pengecut
Orang-orang munafik akan tampak sifat kemunafikannya ketika mereka berada
dalam situasi yang mencekam seperti ketika sedang terjadi pertempuran dengan
musuh, ketika ditimpa musibah, ujian, dan cobaan yang begitu berat.
Mereka akan menjadi golongan yang pertama kali lari darinya, mereka akan
menjadi orang yang pertama kali tampak rasa ketakutannya, dan mereka akan
terlihat sebagai orang-orang yang mundur ke belakang dari medan pertempuran
dengan musuh.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوتِلُوا لَا
يَنْصُرُونَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا
يُنْصَرُونَ
“Sesungguhnya jika mereka
diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan
sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya;
sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke
belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan.” (QS. Al-Hasyr: 12)
11. Golongan Munafik Akan Selalu Menolak
Berhukum dengan Hukum Allah ‘azza wajalla
Ciri-ciri dan sifat orang munafik
yang paling tampak nyata adalah penolakan mereka terhadap berhukum dengan hukum
Allah ‘azza wajalla. Mereka akan selalu melakukan pencegahan dengan berbagai
macam cara dan modus jika ada syariat Allah ‘azza
wajalla yang akan diterapkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam
bermasyarakat dan berbangsa.
Sebaliknya, orang-orang munafik ini justru akan merasa sangat senang jika
hukum Thagut diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan mencari-cari
argumentasi untuk membenarkan dan menguatkan legalitas pemberlakuan hukum
selain dari hukum Allah ‘azza wajalla tersebut.
Mereka akan menempuh berbagai upaya untuk menghancurkan narasi penegakan
syariat dan hukum Allah ‘azza wajalla demi menjaga eksistensi hukum buatan
manusia tersebut. Hati nurani mereka benar-benar telah dikunci mati oleh Allah
‘azza wajalla dari cahaya kemuliaan Islam. Isinya hanya benci dan permusuhan
terhadap syariat Allah ‘azza wajalla.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى
الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ
يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً
“Apakah kamu tidak memperhatikan
orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan
kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim
kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thagut itu. Dan
setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa: 60)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى
الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُوداً
“Apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan
kepada hukum Rasul’, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi
(manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS.
An-Nisa: 61)
Berikut ini Membongkar Identitas Golongan Munafik, Menyatukan Kembali
Barisan Umat Muslim
Keberadaan orang-orang munafik dalam tubuh umat Islam bak duri dalam
daging. Ulah mereka akan selalu memberikan efek negatif bagi umat; barisan umat
terpecah belah, narasi al-Haq dan al-Batil tercampur aduk, umat menjadi
bingung, dan mental umat jatuh.
Oleh sebab itu, para ulama, da’i, dan penyeru umat harus terus berusaha
membongkar identitas oknum-oknum munafik yang bersarang di dalam tubuh umat
ini. Sebagai langkah untuk menyatukan kembali barisan umat yang telah terlalu
lama tercerai-berai.
Kondisi yang menimpa umat saat ini merupakan satu indikasi bahwa
orang-orang munafik yang menyelinap ke dalam tubuh kaum muslimin tidak diam.
Mereka terus bekerja menciptakan kekacauan.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ
ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai Nabi, perangilah
orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap
mereka. Tempat mereka adalah Jahanam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. At-Tahrim: 9)
Ketika mereka terus bergerak menghancurkan umat dengan strategi liciknya
dari dalam tubuh kaum muslimin, maka perintah Allah ‘azza wajalla tegas;
membongkar identitas mereka, membongkar strategi-strategi kemunafikan mereka,
perangi mereka, dan mengeluarkan mereka dari barisan kaum muslimin. Para ulama
dan pemimpin umat harus segera bahu-membahu dan merapatkan barisan untuk
menyelesaikan amanah umat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar