BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permasalahan utama pendidikan Indonesia dewasa
ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang, jenis, dan satuan
pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan Islam. Pada era reformasi pendidikan
Islam menghadapi dua masalah, yaitu: Tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia
terhadap kualitas pendidikan Islam, dan tidak relevannya pendidikan Islam
dengan tuntutan kebutuhan pembangunan masyarakat.
Berbagai
data menunjukkan bahwa pendidikan pada beberapa tahun terakhir masih belum
menunjukkan perubahan yang menggembirakan meskipun tidak dapat dipungkiri
terdapat beberapa sekolah/madrasah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang
cukup menggembirakan. Beberapa siswa dari kota-kota besar di Indonesia berhasil
meraih medali Olimpiade Sains Internasional.
Lahmuddin Lubis dalam Bafhadal (2003)[1],
mengklasifikasikan penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ke
dalam tiga bentuk. Pertama, pendekatan yang digunakan lebih terfokus
kepada input-output dan sangat kurang perhatian pada proses. Kedua,
pendidikan dilakukan secara birokratik sentralistik; dalam hal tertentu
sentralistik masih perlu tetapi pada era otonomi daerah, pendekatan
desentralistik lebih dominan. Ketiga, peran warga sekolah, khususnya
guru, masyarakat dan orangtua siswa/mahasiswa sangat kurang.
Mutu menjadi hal yang sangat penting dalam
pendidikan. Kita semua mengakui, saat ini memang ada masalah dalam sistem
pendidikan. Lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi tidak siap memenuhi
kebutuhan masyarakat. Masalah ini berakibat bagi masyarakat. Para peserta didik
yang tidak siap jadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif itu,
akhirnya hanya jadi beban masyarakat. Para peserta didik yang seperti itu
adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus pada mutu. Terkait dengan uraian di atas, perlu diberikan
batasan definisi terhadap pendidikan. Pendidikan sendiri dapat dilihat sebagai
suatu proses dan sebagai suatu lembaga yang menawarkan program
pembelajaran. Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan usaha memberikan
bimbingan dan pembinaan terhadap potensi setiap individu anak yang sedang
mengalami perkembangan untuk mencapai
kedewasaan yang optimal.
Dalam konteks ini pendidikan
dapat berlangsung seumur hidup dalam berbagai situasi, baik dengan keteladanan,
pembiasaan, bimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan, hukuman, pujian,
dan lain-lain. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan dapat berlangsung di rumah tangga dan lembaga
masyarakat (pendidikan luar sekolah) dan pendidikan yang berlangsung di sekolah
sebagai organisasi pendidikan formal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Apa Yang Dimaksud Dengan Manajemen Mutu Terpadu?
2.
Apakah Manajemen Kurikulum Itu?
3.
Apa Yang Dimaksud Dengan Manajemen Pembelajaran?
4.
Bagaimana Mengimplementasikan
Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum Dan Pembelajaran?
C. TujuanPenulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1.
Mengetahui Pengertian Dari Manajemen Mutu Terpadu.
2.
Mengetahui Pengertian Manajemen Kurikulum.
3.
Mengetahui Manajemen Pembelajaran.
4.
Menjelaskan
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum Dan Pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MANAJEMEN MUTU TERPADU
1.
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen mutu terpadu adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya[2]. Manajemen mutu terpadu merupakan suatu
pendekatan pengendalian mutu melalui pertumbuhan partisipasi karyawan.
Manajemen
mutu terpadu merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk
mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreatifitas
di antara karyawan. Setiap gugus juga bertindak sebagai mekanisme pemantau yang
membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dalam
memantau kesempatan, bersifat proaktif, tidak menunggu bergerak kalau persoalan
timbul dan tidak menghentikan kegiatannya kalau suatu persoalan telah ditemukan
dan dipecahkan[3].
Manajemen
mutu terpadu diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari suatu perusahaan ke
dalam falsafat holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktifitas, dan pengertian, serta kepuasan pelanggan. Manajemen mutu terpadu
merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai setrategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi.
Kemudian
dalam bidang pendidikan ada pendapat yang menyatakan bahwa manajemen mutu
terpadu memungkinkan memberi peluang
untuk perbaikan mutu sekolah menuju sekolah efektif. Sekolah efektif adalah sekolah yang berhasil mencapai
tujuannya. Sekolah efektif pada intinya adalah pembelajaran yang efektif.
Ada dua
sistem pendekatan dalam memahami manajemen mutu terpadu dalam menuju sekolah
efektif. Pertama adalah pendekatan sistem yaitu suatu sistem pendekatan yang
mempercepat perbaikkan dan berkelanjutan yang berhubungan langsung dengan
peserta didik. Kedua adalah pendekatan sistem langsung dan terlibat aktif dalam
pengambilan keputusan dan manjemen sekolah.[4]
2.
Unsur Utama Manajemen Mutu Terpadu
Berdasarkan
pada beberapa pengertian manajemen mutu terpadu tersebut, maka dapat dijelaskan
beberapa karakteristik atau unsur utama manajemen mutu terpadu sebagai berikut
di bawah ini.
a. Berfokus pada yang dilayani. Karakteristik
ini pada mulanya menekankan bahwa bagi organisasi non profit keberhasilan akan
terlihat dari organisasi tersebut dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam memberikan
pelayanan umum dan melaksa-nakan pembangunan yang dapt diukur dengan mengacu
pada suatu standar tertentu yang telah ditetapkan. Tolak ukur itu ternyata
tidak seluruhnya benar.
Dalam
kenyataannya standar tertentu itu mungkin cocok untuk satu lingkungan
msyarakat, namun tidak cocok untuk lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya
dalam pelaksanan wajib belajar, di masyarakat elite yang cukup terdidik
terutama di perkotaan, pelayanan cukup dilakukan di sekolah, karena anggota
masyarakat selalu berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan memilih
sekolah yang kualitasnya sesuai dengan keinginan dan harapannya. Berbeda dengan
daerah pedesaan yang terpencil dan terasing termasuk desa tertinggal di
perkotaan, pemberian pelayanan umum harus dilakukan dengan mendatangi anggota
masyarakat agar menyekolahkan anak-anaknya.
b.
Obsesi pada
kualitas. Dalam orgnisasi yang menerapkan manajemen mutu terpadu, pelanggan
internal dan ekternal yang menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang
telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level harus
berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan persepektif
”bagai-mana kita dapat melakukannya dengan lebih baik.
Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka
berlaku prinsip good enough is never good
enough. Karakteristik ini harus
diwujudkan oleh pemimpin atau manajer dalam semua fungsi manajemen mulai dari
aktif dalam merumuskan perencanaan yang berorientasi pada kualitas, kemudian
aktif pula membagi pembidangan kerja dan mengatur penempatan personel agar
pelaksanaan pekerjaan mampu menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
c.
Pendekatan ilmiah. Pendekatn ilmiah sangat diperlukan
dalam penerapan manajemen mutu terpadu, terutama untuk merancang pekerjaan dan
dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dirancang tersebut. Misalnya dalam mengolah data dilakukan
penghitungan dengan statistik, demikian pula dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan menggunakan media dan sarana bertehnologi tinggi.
d. Komitmen
jangka panjang. Manajemen mutu
terpadu merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka
panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan
manajemen mutu terpadu dapat berjalan dengan sukses.
Dalam
organisasi pendidikan manajemen mutu terpadu konsep peningkatan kualitas
melalui kreativitas, inisiatif dan inovasi dalam pembelajaran sangat penting
dalam jangka panjang. Dengan demikian komitmen jangka panjang adalah merupakan
karakter yang harus diimplementasikan dalam lingkungan organisasi pendidikan
atau sekolah.
e. Kerjasama tim. Pemberdayaan sumberdaya manusia dapat
dilakukan melalui penggunaan dan
pengembangan cara bekerja dalam kelompok, agar antar personal dengan personal
yang lainnya bekerja dengan cara saling menunjang, saling isi mengisi atau
saling melengkapi kekurangan atau kelemahan-kelemahan masing-masing. Dengan
bekerja di dalam tim kerja secara efektif, berarti produktifitas dan kualitas
kerja dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan cara dan hasil
kerja individual.
f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memnafaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang
ada perlu diperbaiki secar terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat
makin meningkat.
g. Pendidikan dan pelatihan. Dalam organisasi
yang menerapkan manajemen mutu terpadu pendidikan dan pelatihan merupakan
faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang
tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang
dalam perusahaan dapat meningkatkan keteram-pilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
h. Kebebasan yang terkendali. Dalam manajemen
mutu terpadu keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab karyawan
terhadap keputusan yang telah dibuat.
i.
Kesatuan
Tujuan. Supaya manajemen mutu terpadu dapat diterapkan dengan baik, maka
perusahaan harus memiliki kesatuan
tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan kepada tujuan
yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya
mengenai upah dan kondisi kerja.
j.
Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
merupakan hal yang penting dalam penerapan manjemen mutu terpadu. Keterlibtan
karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama akan memungkinkan meningkatkan
hasil. Kedua keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa memiliki dan
tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya.
Dikaitkan
dalam dunia pendidika, maka sisini Sekolah diibaratkan sebagai perusahaan yang memiliki
pelanggan primer, sekunder, dan tertier. Pelanggan primer sekolah adalah adalah
siswa, pelanggar sekunder adalah orang tua, dan pelanggar tertier adalah pemerintah
dan masyarakat (Usman. 2006).[5]
Kebutuhan pelanggan harus dipuaskan dari segala aspek, termasuk juga harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu
aktivitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas
yang dihasilkan oleh suatu peruasahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam
rangka peningkatan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi nilai yang
diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan
B. MANAJEMEN KURIKULUM
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik
untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses
manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau
lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya.[6]
Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan efisien
dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah
ditentukan sebelumnya.
2. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
manajemen kurikulum[7] adalah
sebagai berikut:
a.
Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam
pelaksanaan kurikulum harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus
menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen kurikulum.
b.
Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus
berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek
didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
c.
Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum
dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terkait.
d.
Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum
harus dapat mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar
kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan
sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
e.
Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang
sudah ditetapkan.
Setelah mengutarakan
peranan kurikulum dalam pendidikan berikutnya fungsi-fungsi dari
manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1)
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya
kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan
dengan pengelolaan yang terencana.
2)
Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik
untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang
dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
3)
Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas
siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan
kurikulum.
4)
Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu
pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan
melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar
disesuaikan dengan kebutuhan setempat.[8]
C. MANAJEMEN PEMBELAJARAN
Manajemen
dalam konteks pendidikan menurut Mulyasa[9]
adalah proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok
itu mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pengkoordinasian, dan
pengawasan sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.
Pembelajaran
merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar. Belajar merupakan
perubahan tingkah laku, sedangkan pembelajaran dipandang sebagai proses
kegiatan menggerakkan orang-orang untuk belajar.[10]
Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung
pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang
diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, TV, film, slide,
internet, e-learning.
Pembelajaran
pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, bagaimana, seberapa dan
seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan apa berkaitan dengan isi/ materi
pembelajaran. Pertanyaan siapa berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subjek
dari kegiatan pembelajaran. Bagaimana kualifikasi, kompetensi dan perilaku
seorang guru yang baik. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar.
Bagaimana guru membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan
potensi individunya secara optimal. Pertanyaan mengapa berkaitan dengan
penyebab atau alasan dilakukannya proses pembelajaran. Bagaimana proses
pembelajaran untuk semua mata pelajaran harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana
berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik. Bagaimana guru
menciptakan proses pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa di masa
kini dan masa depan. Bagaimana strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk belajar lebih baik. Pertanyaan seberapa baik berkaitan
dengan penilaian proses pembelajaran, yaitu seberapa jauh siswa belajar dan
guru mengajar.
Kegiatan
ini meliputi teknik penilaian untuk menilai kompetensi siswa. Seberapa mampu guru
merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan
mendapatkan umpan baliknya yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 1) variasi aktivitas belajar cenderung
kurang menyeluruh dan hanya didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan, dan
latar belakang guru; 2) aktivitas pendidikan yang diperoleh siswa terbatas; 3)
aktivitas siswa kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa depan.
Pembelajaran
merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling
mendukung. Komponen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran.
Pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen
yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran
sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: 1) Siswa, 2) Guru,
3) Tujuan, 4) Materi, 5) Metode, 6) Sarana/Alat, 7) Evaluasi, dan 8)
Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri
sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama
untuk mencapai tujuan[11].
Kedelapan komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat
mengakibatkan tersendatnya proses belajar-mengajar. Misalnya pengajaran tidak
dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa
bahan ajar.
Merujuk
beberapa definisi dan pemikiran tentang konsep manajemen dan pembelajaran di
atas, maka manajemen pembelajaran dalam arti luas adalah seluruh usaha/
kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain
untuk membuat sesuatu yang akan dikerjakan oleh orang lain berupa peningkatan
minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang belajar), dengan
memperluas cakupan aktivitas melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/
pengkoordinasian.
D.
IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
1.
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum
Untuk dapat
menjadi suatu organisasi atau sekolah yang efektif dalam penerapannya dalam
kurikulum, maka di dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu tersebut
diperlukan suatu strategi yang jelas dan mantap.
Sallis dalam
Sagala (2010)[12]
menjelaskan bahwa diperlukan adanya setrategi yang langkah-langkah mencakup:
(1) misi yang jelas dan spesifik, (2) perhatian yang jelas terhadap pemakai
jasa, (3) suatu strategi untuk mencapai misinya, (4) keterlibatan seluruh
pemakai jasa baik internal maupun ekternal di dalam pengembangan strategi, (5)
pengembangan kekuatan atau pemberdayaan seluruh staf dengan cara menghilangkan
kendala dan membantu mereka dalam meningkatkan kontribusi maksimal kepada
lembaganya melalui perkembangan kelompok kerja efektif, dan (6) penerapan dan
evaluasi terhadap efektifitas kelembagaan dilihat dari tujuan yang telah
disepakati dengan pemakai jasa.
Lebih jauh Sallis juga menjelaskan bahwa untuk
dapat berhasilnya implementasi manajemen mutu terpadu tersebut harus mulai dari
atas atau pimpinan, yang etrgambar dari perilaku adan tindakan pemimpin sebagai
berikut: (1) menyenang-kan pelanggan melalui peretmuan, diskusi, daftar
pertanyaan, dan sebagainya, (2) membentu fasilitator yang akan memasyarakatakan
program dan mengarahkan kelompok pengarah dalam pengembangan program
peningkatan mutu, (3) membentuk kelompok pengarah peningakatan mutu yang
mendorong dan menunjang proses peningakatan mutu, (4) menunjuk koordinator
peningakatan mutu yang membantu dan mengarahkan tim kerja dalam menemukan
pemecahan masalah, (5) menyelengarakan seminar manajemen untuk mengevaluasi
kemajuan, (6) menganalisis dan mendiagnosis situasi yang sedang berkembang, (7)
menggunakan atau mencoba model-model yang telah diterapkan oleh lembaga lain,
(8) menggunakan konsultan dari luar walaupun tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya sebagaimana pada perusahaan, (9) meningkatkan latihan yang mengarah
pada mutu yang diutamakan dalam perubahan budaya. (10) menyebarluaskan
pengertian mutu kepada seluruh individu dalam lembaga pendidikan agar semua
terlibat dalam proses peningakatan buaya, (11) mengukur biaya dari mutu,
termasuk menghitung kerugian yang diakibatkan oleh penurunan jumlah siswa baru,
drop out, reputasi yang menurun, kehilangan kesempatan, dan sebagainya, (12)
menerapkan alat dan teknik melalui pengembangan kelompok kerja efektif, dan
(13) mengevaluasi program pada setiap periode tertentu agar program pada setiap
periode tertentu sebagaimana direnca-nakan tidak mengalami kegagalan.
Manajemen
mutu terpadu sebagai konsep manajemen modern adalah berusaha untuk memberikan
respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada baik yang didorong oleh
kekuatan ekternal maupun internal sekolah. Sebagai organisasi modern, lembaga
pendidikan sekolah, universitas, akademi, institut harus mengetahui dan
memahami pentingnya mengupayakan lulusan pendidikan yang bermutu.
Pendidikan harus benar-benar menyadari
perlunya untuk mengejar mutu dan mengusahakannya terhadap murid murid. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi mutu kurikulum pendidikan, sperti pemeliharaan
gedung, guru-guru, nilai moral tinggi, hasil ujian yang unggul, dukungan orang
tua, bisnis dan masyarakat, penerapan teknologi, kekuatan kepemimpinan, pemeliharaan
dan perhatian terhadap pelajar, dan pada intinya ialah kurikulum yang tepat
sekaligus bermutu tinggi.
Manajemen
mutu terpadu dalam kurikulum pendidikan merupakan bentuk pengendalian mutu yang
disempurnakan. Filosofy dari manjemen mutu terpadu ini adalah terciptanya
budaya kerja dari seluruh personel yang terlibat dalam pengadaan dan penyajian
jasa pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan sikap untuk memenuhi dan
memuaskan harapan pelanggan (peserta didik).
Dalam rangka
memenuhi harapan pelanggan pendidikan ini, pengelola sekolah secara bertahap
dan terus menerus memperbaiki kualitas lulusannya dengan didukung oleh
kurikulum yang bermutu serta kepemimpinan yang kuat dari fihak pimpinan serta
pembagian tanggungjawab untuk mencapai mutu.
2. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Pembelajaran
Pembelajaran
hendaknya menghasilkan pendidikan memperhatikan kondisi individu anak karena
merekalah yang akan belajar. Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas,
diperlukan manajemen yang baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan
pendidikan. Simon Bloom menggunakan taksonomi tujuan pendidikan yang didasarkan
pada aspek psikologis. Rumusan tujuan tersebut menyangkut tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.[13]
Manajemen
pembelajaran yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana seorang
guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan
suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar. Itu semua sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.[14]
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke
dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembelajaran
yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada
keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini terlihat dari
perhatian sebagian guru (pendidik)
yang menjadikan siswa sebagai objek, bukan sebagai subjek dalam belajar.
Menyadari kenyataan ini, para ahli berupaya untuk merumuskan strategi yang
dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki anak didik. Strategi yang
ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning). Metode inilah yang
sekarang dilakukan pada pembelajaran modern.
Sekolah
yang efektif selalu responsif dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan yang
kompleks. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah masalah layanan
pembelajaran. Layanan pembelajaran diarahkan pada penyampaian materi pelajaran.
Guru harus betul-betul penyampaian materi. Karena hal ini menimbulkan tingkat
kepercayaan yang tinggi dari siswa atau kewibawaan guru. Sebagai seorang
pendidik yang profesional, guru hendaknya dapat menjadi teladan bagi masyarakat
luas, lebih khusus bagi para anak didiknya.
Jadi,
dari semua uraian diatas manajemen pembelajaran yang baik menentukan baik
buruknya pembelajaran, bagaimana seorang guru menggunakan metode yang tepat,
penyediaan alat belajar yang cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses
belajar mengajar. Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke
dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kemudian Usman (2006)[15]
menjelaskan bahwa dalam implementasi manajemen mutu terpadu tersebut agar dapat
terlaksana secara efektif maka ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh
manajer atau pimpinan terutama organisasi dalam bidang pendidikan.
Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah:
1) Kepuasan pelanggan.
2) Respek terhadap setiap orang
3) Manajemen berdasarkan fakta
4) Perbaikan secara terus menerus.
Mutu
tidak hanya bermakna sebagai kesesuaian dengan spesifiksi tertentu saja, tetapi
mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan adalah pelayanan jasa.
Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya.
Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan ekternal sekolah. Pelanggan
eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk
komite sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru, dan staf tata
usaha.
Kemudian
dalam rangka menjaga mutu sekolah, maka setiap personel dipandang memiliki
potensi, sebagai aset organisasi, karena itu setiap orang diperlakukan dengan
baik diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan.
Manajemen
sekolah sekolah supaya berdasarkan pada fakta dalam arti bahwa setiap keputusan
supaya didasari pada fakta, bukan pada perasaan, atau ingatan semata. Dalam
proses harus dilakukan perbaikan terus
menerus secara berkesinambungan mulai
dari perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan, dan dalam
melakukan tindakan korektif.
BAB III
KESIMPULAN
Manajemen
mutu terpadu (Total Quality Management) merupakan sebuah model yang
pragmatis yang berfokus pada layanan pelanggan.
Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan dikembangkan guna mencapai
keluaranlulusan atau (output)
bahkan outcome yang memuaskan pelanggan pendidikan. Prinsip-prinsip
kunci dalam manajemen mutu terpadu pendidikan adalah kepemimpinan, metode dan
perangkat ilmiah, pemecahan masalah melalui kerjasama tim, iklim organisasi,
dan pendidikan serta latihan.
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu
ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses manajemen kurikulum
tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal
dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan
metode kerja tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya,
serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan sebelumnya.
Manajemen
pembelajaran dalam arti luas adalah seluruh usaha/ kegiatan kearah pencapaian
tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu
dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian,
kesenangan, dan latar belakang siswa (orang belajar), dengan memperluas cakupan
aktivitas melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/
pengkoordinasian.
Manajemen mutu terpadu dalam
kurikulum pendidikan dan pembelajaran merupakan bentuk pengendalian mutu yang
disempurnakan. Filosofy dari manjemen mutu terpadu ini adalah terciptanya budaya
kerja dari seluruh personel yang terlibat dalam pengadaan dan penyajian jasa
pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan sikap untuk memenuhi dan memuaskan
harapan pelanggan (peserta didik). Dalam rangka memenuhi harapan pelanggan
pendidikan ini, pengelola sekolah secara bertahap dan terus menerus memperbaiki
kualitas lulusannya dengan didukung oleh kurikulum yang bermutu.
DAFTAR
PUSTAKA
Bafadhal, Ibrahim. Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Nawawi, H. Manajemen strategik organisasi non profit
bidang pemerintahan dengan ilustrasi di bidang pendikan. Yogyakarta: Gajah
Mada Universitas Press, 2003.
Oemar, Hamalik. Manajemen
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2007
Rivai,V., Sylviana M. Education management, analisis teori dan
praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009
Sagala, H. S. Manajemen Strategi Dalam peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabet. 2010
Surniati
dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung:
Wacana Prima. 2008
Suyanto. Manajemen Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo: Mas Media Pustaka. 2009
Syafaruddin. Manajemen
Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo, 2002.
Usman, H. Manajemen:
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
LAMPIRAN:
Laporan Hasil Presentasi
Tugas Makalah MK : Pengembangan Kurikulum PAI
Presentator : MANSUR ( Kelas B)
Moderator (MC) : SANUSI ( Kelas B)
Materi Presentasi :
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Dalam
Kurikulum dan Pembelajaran
Materi Pembahasan :
1.
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
2.
Definisi Manajemen Kurikulum
3.
Pengertian Manajemen Pembelajaran
4.
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum dan
Pembelajaran
Penanya 1 : Nama : Sulistiyawati (Kelas
B)
Apakah
kaitan MMT dengan problem anak sekolah yang begitu nakal akhir-akhir ini.
Penanya 2 : Nama : Ummu Junainah (Kelas
B)
Tolong
pemakalah jelaskan isi makalah di halaman kelima (5) karena saya belum
mengerti.
Penanya 3 : Ngatiyem( Kelas B)
Sebagai
calon pengawas, apakah ada hubungannya antara MMT dengan kepengawasan.
Penanya 4 : Pak Repan (Kelas B)
Pandangan
pemakalah, apakah K-13 Perlu di lanjut atau tidak, jika dikaitkan dengan MMT.
Jawaban :
1.
Kaitan MMT dengan Problem siswa ada karena yang
diinginkan MMTa ada kemjuan yang berkelanjutan dari sebuah sekolah sehingga
menghasilkan oufut ang sesuai dengan yang direncanakan dst.
2.
Dalam makalah halaman 5 sudah sangat jelas bahwa yang
diinginkan oleh MMT itu adalah hasil yang maksimal dst.
3.
Pengawas merupakah salah satu komponen yang harus
terlibat dalam dalam pengembangan MMT baik dalam kurikulum maupun Pembelajaran
dst.
4.
Pandangan pemakalah mengenai K-13 itu harus dilanjutkan
lebih-lebih jika dihubungkan dengan MMT itu sendiri dst.
Batu, 25
November 2015
[1]
Bafadhal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari
Sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 02
[2] Nawawi, H.
Manajemen strategik organisasi non profit bidang pemerintahan dengan ilustrasi
di bidang pendikan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2003), hlm
35
[3] Rivai,V., Sylviana M. Education
management, analisis teori dan praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm. 76
[4] Syafaruddin. Manajemen
mutu terpadu dalam pendidikan, konsep,strategi, dan aplikasi. (Jakarta: Grasindo,
2002), hlm. 23
[5] Usman, H. Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 48
[12] Sagala. H.S. Manajmen
strategik dalam peningakatan mutu
pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 97
[13] Sumiati dan Asra. Metode
Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), hlm. 12
[14] Suyanto,
Menjelajah Pembelajaran Inovatif,
(Sidoarjo: Mas Media Pustaka, 2009), hlm. 6
[15] Usman, H. Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara,
2006).Hlm. 47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar