Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Jumat, 31 Mei 2019

MAKALAH KURIKULUM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Permasalahan utama pendidikan Indonesia dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang, jenis, dan satuan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan Islam. Pada era reformasi pendidikan Islam menghadapi dua masalah, yaitu: Tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas pendidikan Islam, dan tidak relevannya pendidikan Islam dengan tuntutan kebutuhan pembangunan masyarakat.
 Berbagai data menunjukkan bahwa pendidikan pada beberapa tahun terakhir masih belum menunjukkan perubahan yang menggembirakan meskipun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa sekolah/madrasah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan. Beberapa siswa dari kota-kota besar di Indonesia berhasil meraih medali Olimpiade Sains Internasional.
Lahmuddin Lubis dalam Bafhadal (2003)[1], mengklasifikasikan penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ke dalam tiga bentuk. Pertama, pendekatan yang digunakan lebih terfokus kepada input-output dan sangat kurang perhatian pada proses. Kedua, pendidikan dilakukan secara birokratik sentralistik; dalam hal tertentu sentralistik masih perlu tetapi pada era otonomi daerah, pendekatan desentralistik lebih dominan. Ketiga, peran warga sekolah, khususnya guru, masyarakat dan orangtua siswa/mahasiswa sangat kurang.
Mutu menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Kita semua mengakui, saat ini memang ada masalah dalam sistem pendidikan. Lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat. Masalah ini berakibat bagi masyarakat. Para peserta didik yang tidak siap jadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif itu, akhirnya hanya jadi beban masyarakat. Para peserta didik yang seperti itu adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus pada mutu. Terkait dengan uraian di atas, perlu diberikan batasan definisi terhadap pendidikan. Pendidikan sendiri dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai suatu lembaga yang menawarkan program pembelajaran. Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan usaha memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap potensi setiap individu anak yang sedang mengalami  perkembangan untuk mencapai kedewasaan yang optimal.
Dalam konteks ini pendidikan dapat berlangsung seumur hidup dalam berbagai situasi, baik dengan keteladanan, pembiasaan, bimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan, hukuman, pujian, dan lain-lain. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan  dapat berlangsung di rumah tangga dan lembaga masyarakat (pendidikan luar sekolah) dan pendidikan yang berlangsung di sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.

B.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa Yang Dimaksud Dengan Manajemen Mutu Terpadu?
2.      Apakah Manajemen Kurikulum Itu?
3.      Apa Yang Dimaksud Dengan Manajemen Pembelajaran?
4.      Bagaimana Mengimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum Dan Pembelajaran?

C.    TujuanPenulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1.      Mengetahui Pengertian Dari Manajemen Mutu Terpadu.
2.      Mengetahui Pengertian Manajemen Kurikulum.
3.      Mengetahui Manajemen Pembelajaran.
4.      Menjelaskan Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum Dan Pembelajaran?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      MANAJEMEN MUTU TERPADU
1.      Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
 Manajemen mutu terpadu adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya[2]. Manajemen mutu terpadu merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui pertumbuhan partisipasi karyawan.
Manajemen mutu terpadu merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreatifitas di antara karyawan. Setiap gugus juga bertindak sebagai mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dalam memantau kesempatan, bersifat proaktif, tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul dan tidak menghentikan kegiatannya kalau suatu persoalan telah ditemukan dan dipecahkan[3].
Manajemen mutu terpadu diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari suatu perusahaan ke dalam falsafat holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktifitas, dan pengertian, serta kepuasan pelanggan. Manajemen mutu terpadu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai setrategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Kemudian dalam bidang pendidikan ada pendapat yang menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu memungkinkan memberi peluang untuk perbaikan mutu sekolah menuju sekolah efektif. Sekolah efektif  adalah sekolah yang berhasil mencapai tujuannya. Sekolah efektif pada intinya adalah pembelajaran yang efektif.
Ada dua sistem pendekatan dalam memahami manajemen mutu terpadu dalam menuju sekolah efektif. Pertama adalah pendekatan sistem yaitu suatu sistem pendekatan yang mempercepat perbaikkan dan berkelanjutan yang berhubungan langsung dengan peserta didik. Kedua adalah pendekatan sistem langsung dan terlibat aktif dalam pengambilan keputusan dan manjemen sekolah.[4]
2.      Unsur Utama Manajemen Mutu Terpadu
Berdasarkan pada beberapa pengertian manajemen mutu terpadu tersebut, maka dapat dijelaskan beberapa karakteristik atau unsur utama manajemen mutu terpadu sebagai berikut di bawah ini.
a.       Berfokus pada yang dilayani. Karakteristik ini pada mulanya menekankan bahwa bagi organisasi non profit keberhasilan akan terlihat dari organisasi tersebut dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam memberikan pelayanan umum dan melaksa-nakan pembangunan yang dapt diukur dengan mengacu pada suatu standar tertentu yang telah ditetapkan. Tolak ukur itu ternyata tidak seluruhnya benar.
Dalam kenyataannya standar tertentu itu mungkin cocok untuk satu lingkungan msyarakat, namun tidak cocok untuk lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya dalam pelaksanan wajib belajar, di masyarakat elite yang cukup terdidik terutama di perkotaan, pelayanan cukup dilakukan di sekolah, karena anggota masyarakat selalu berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan memilih sekolah yang kualitasnya sesuai dengan keinginan dan harapannya. Berbeda dengan daerah pedesaan yang terpencil dan terasing termasuk desa tertinggal di perkotaan, pemberian pelayanan umum harus dilakukan dengan mendatangi anggota masyarakat agar menyekolahkan anak-anaknya.
b.      Obsesi pada kualitas. Dalam orgnisasi yang menerapkan manajemen mutu terpadu, pelanggan internal dan ekternal yang menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level harus berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan persepektif ”bagai-mana kita dapat melakukannya dengan lebih baik.
Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip good enough is never good enough. Karakteristik ini harus diwujudkan oleh pemimpin atau manajer dalam semua fungsi manajemen mulai dari aktif dalam merumuskan perencanaan yang berorientasi pada kualitas, kemudian aktif pula membagi pembidangan kerja dan mengatur penempatan personel agar pelaksanaan pekerjaan mampu menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
c.       Pendekatan ilmiah. Pendekatn ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan manajemen mutu terpadu, terutama untuk merancang pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang dirancang tersebut. Misalnya dalam mengolah data dilakukan penghitungan dengan statistik, demikian pula dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan media dan sarana bertehnologi tinggi.
d.      Komitmen jangka panjang. Manajemen mutu terpadu merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan manajemen mutu terpadu dapat berjalan dengan sukses.
Dalam organisasi pendidikan manajemen mutu terpadu konsep peningkatan kualitas melalui kreativitas, inisiatif dan inovasi dalam pembelajaran sangat penting dalam jangka panjang. Dengan demikian komitmen jangka panjang adalah merupakan karakter yang harus diimplementasikan dalam lingkungan organisasi pendidikan atau sekolah.
e.       Kerjasama tim. Pemberdayaan sumberdaya manusia dapat dilakukan  melalui penggunaan dan pengembangan cara bekerja dalam kelompok, agar antar personal dengan personal yang lainnya bekerja dengan cara saling menunjang, saling isi mengisi atau saling melengkapi kekurangan atau kelemahan-kelemahan masing-masing. Dengan bekerja di dalam tim kerja secara efektif, berarti produktifitas dan kualitas kerja dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan cara dan hasil kerja individual.
f.       Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memnafaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secar terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat makin meningkat.
g.      Pendidikan dan pelatihan. Dalam organisasi yang menerapkan manajemen mutu terpadu pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keteram-pilan teknis dan keahlian profesionalnya.
h.      Kebebasan yang terkendali. Dalam manajemen mutu terpadu keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat.
i.        Kesatuan Tujuan. Supaya manajemen mutu terpadu dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki  kesatuan tujuan. Dengan demikian,  setiap usaha dapat diarahkan kepada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
j.        Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan manjemen mutu terpadu. Keterlibtan karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama akan memungkinkan meningkatkan hasil. Kedua keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
Dikaitkan dalam dunia pendidika, maka sisini Sekolah diibaratkan sebagai perusahaan yang memiliki pelanggan primer, sekunder, dan tertier. Pelanggan primer sekolah adalah adalah siswa, pelanggar sekunder adalah orang tua, dan pelanggar tertier adalah pemerintah dan masyarakat (Usman. 2006).[5] Kebutuhan pelanggan harus dipuaskan dari segala aspek, termasuk juga harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu  aktivitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan oleh suatu peruasahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan

B.     MANAJEMEN KURIKULUM
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya.[6] Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum[7] adalah sebagai berikut:
a.    Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen kurikulum.
b.    Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
c.    Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
d.   Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
e.    Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.
Setelah mengutarakan  peranan kurikulum dalam pendidikan berikutnya fungsi-fungsi dari manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1)      Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang terencana.
2)      Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
3)      Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
4)      Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.[8]

C.    MANAJEMEN PEMBELAJARAN
Manajemen dalam konteks pendidikan menurut Mulyasa[9] adalah proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok itu mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pengkoordinasian, dan pengawasan sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, sedangkan pembelajaran dipandang sebagai proses kegiatan menggerakkan orang-orang untuk belajar.[10] Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, TV, film, slide, internet, e-learning.
Pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, bagaimana, seberapa dan seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan apa berkaitan dengan isi/ materi pembelajaran. Pertanyaan siapa berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran. Bagaimana kualifikasi, kompetensi dan perilaku seorang guru yang baik. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individunya secara optimal. Pertanyaan mengapa berkaitan dengan penyebab atau alasan dilakukannya proses pembelajaran. Bagaimana proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik. Bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa di masa kini dan masa depan. Bagaimana strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih baik. Pertanyaan seberapa baik berkaitan dengan penilaian proses pembelajaran, yaitu seberapa jauh siswa belajar dan guru mengajar.
Kegiatan ini meliputi teknik penilaian untuk menilai kompetensi siswa. Seberapa mampu guru merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan mendapatkan umpan baliknya yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 1) variasi aktivitas belajar cenderung kurang menyeluruh dan hanya didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang guru; 2) aktivitas pendidikan yang diperoleh siswa terbatas; 3) aktivitas siswa kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa depan.
Pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Komponen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: 1) Siswa, 2) Guru, 3) Tujuan, 4) Materi, 5) Metode, 6) Sarana/Alat, 7) Evaluasi, dan 8) Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan[11]. Kedelapan komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses belajar-mengajar. Misalnya pengajaran tidak dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa bahan ajar.
Merujuk beberapa definisi dan pemikiran tentang konsep manajemen dan pembelajaran di atas, maka manajemen pembelajaran dalam arti luas adalah seluruh usaha/ kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain untuk membuat sesuatu yang akan dikerjakan oleh orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pengkoordinasian.

D.    IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
1.      Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum
Untuk dapat menjadi suatu organisasi atau sekolah yang efektif dalam penerapannya dalam kurikulum, maka di dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu tersebut diperlukan suatu strategi yang jelas dan mantap.
Sallis dalam Sagala (2010)[12] menjelaskan bahwa diperlukan adanya setrategi yang langkah-langkah mencakup: (1) misi yang jelas dan spesifik, (2) perhatian yang jelas terhadap pemakai jasa, (3) suatu strategi untuk mencapai misinya, (4) keterlibatan seluruh pemakai jasa baik internal maupun ekternal di dalam pengembangan strategi, (5) pengembangan kekuatan atau pemberdayaan seluruh staf dengan cara menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam meningkatkan kontribusi maksimal kepada lembaganya melalui perkembangan kelompok kerja efektif, dan (6) penerapan dan evaluasi terhadap efektifitas kelembagaan dilihat dari tujuan yang telah disepakati dengan pemakai jasa.
 Lebih jauh Sallis juga menjelaskan bahwa untuk dapat berhasilnya implementasi manajemen mutu terpadu tersebut harus mulai dari atas atau pimpinan, yang etrgambar dari perilaku adan tindakan pemimpin sebagai berikut: (1) menyenang-kan pelanggan melalui peretmuan, diskusi, daftar pertanyaan, dan sebagainya, (2) membentu fasilitator yang akan memasyarakatakan program dan mengarahkan kelompok pengarah dalam pengembangan program peningkatan mutu, (3) membentuk kelompok pengarah peningakatan mutu yang mendorong dan menunjang proses peningakatan mutu, (4) menunjuk koordinator peningakatan mutu yang membantu dan mengarahkan tim kerja dalam menemukan pemecahan masalah, (5) menyelengarakan seminar manajemen untuk mengevaluasi kemajuan, (6) menganalisis dan mendiagnosis situasi yang sedang berkembang, (7) menggunakan atau mencoba model-model yang telah diterapkan oleh lembaga lain, (8) menggunakan konsultan dari luar walaupun tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sebagaimana pada perusahaan, (9) meningkatkan latihan yang mengarah pada mutu yang diutamakan dalam perubahan budaya. (10) menyebarluaskan pengertian mutu kepada seluruh individu dalam lembaga pendidikan agar semua terlibat dalam proses peningakatan buaya, (11) mengukur biaya dari mutu, termasuk menghitung kerugian yang diakibatkan oleh penurunan jumlah siswa baru, drop out, reputasi yang menurun, kehilangan kesempatan, dan sebagainya, (12) menerapkan alat dan teknik melalui pengembangan kelompok kerja efektif, dan (13) mengevaluasi program pada setiap periode tertentu agar program pada setiap periode tertentu sebagaimana direnca-nakan tidak mengalami kegagalan.
Manajemen mutu terpadu sebagai konsep manajemen modern adalah berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada baik yang didorong oleh kekuatan ekternal maupun internal sekolah. Sebagai organisasi modern, lembaga pendidikan sekolah, universitas, akademi, institut harus mengetahui dan memahami pentingnya mengupayakan lulusan pendidikan yang bermutu.
 Pendidikan harus benar-benar menyadari perlunya untuk mengejar mutu dan mengusahakannya terhadap murid murid. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mutu kurikulum pendidikan, sperti pemeliharaan gedung, guru-guru, nilai moral tinggi, hasil ujian yang unggul, dukungan orang tua, bisnis dan masyarakat, penerapan teknologi, kekuatan kepemimpinan, pemeliharaan dan perhatian terhadap pelajar, dan pada intinya ialah kurikulum yang tepat sekaligus bermutu tinggi.  
Manajemen mutu terpadu dalam kurikulum pendidikan merupakan bentuk pengendalian mutu yang disempurnakan. Filosofy dari manjemen mutu terpadu ini adalah terciptanya budaya kerja dari seluruh personel yang terlibat dalam pengadaan dan penyajian jasa pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan sikap untuk memenuhi dan memuaskan harapan pelanggan (peserta didik).
Dalam rangka memenuhi harapan pelanggan pendidikan ini, pengelola sekolah secara bertahap dan terus menerus memperbaiki kualitas lulusannya dengan didukung oleh kurikulum yang bermutu serta kepemimpinan yang kuat dari fihak pimpinan serta pembagian tanggungjawab untuk mencapai mutu.
2.      Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pembelajaran
Pembelajaran hendaknya menghasilkan pendidikan memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan manajemen yang baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Simon Bloom menggunakan taksonomi tujuan pendidikan yang didasarkan pada aspek psikologis. Rumusan tujuan tersebut menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.[13]
Manajemen pembelajaran yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana seorang guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar. Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.[14] Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini terlihat dari
perhatian sebagian guru (pendidik) yang menjadikan siswa sebagai objek, bukan sebagai subjek dalam belajar. Menyadari kenyataan ini, para ahli berupaya untuk merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki anak didik. Strategi yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning). Metode inilah yang sekarang dilakukan pada pembelajaran modern.
Sekolah yang efektif selalu responsif dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan yang kompleks. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah masalah layanan pembelajaran. Layanan pembelajaran diarahkan pada penyampaian materi pelajaran. Guru harus betul-betul penyampaian materi. Karena hal ini menimbulkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari siswa atau kewibawaan guru. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru hendaknya dapat menjadi teladan bagi masyarakat luas, lebih khusus bagi para anak didiknya.
Jadi, dari semua uraian diatas manajemen pembelajaran yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana seorang guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar. Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kemudian Usman (2006)[15] menjelaskan bahwa dalam implementasi manajemen mutu terpadu tersebut agar dapat terlaksana secara efektif maka ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh manajer atau pimpinan terutama organisasi dalam bidang pendidikan. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah:
1)   Kepuasan pelanggan.
2)   Respek terhadap setiap orang
3)   Manajemen berdasarkan fakta
4)   Perbaikan secara terus menerus.
                                    Mutu tidak hanya bermakna sebagai kesesuaian dengan spesifiksi tertentu saja, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan adalah pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan ekternal sekolah. Pelanggan eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk komite sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru, dan staf tata usaha.
Kemudian dalam rangka menjaga mutu sekolah, maka setiap personel dipandang memiliki potensi, sebagai aset organisasi, karena itu setiap orang diperlakukan dengan baik diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Manajemen sekolah sekolah supaya berdasarkan pada fakta dalam arti bahwa setiap keputusan supaya didasari pada fakta, bukan pada perasaan, atau ingatan semata. Dalam proses harus dilakukan perbaikan  terus menerus secara berkesinambungan  mulai dari perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan, dan dalam melakukan tindakan korektif. 




BAB III
KESIMPULAN

Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) merupakan sebuah model yang pragmatis yang berfokus pada layanan pelanggan.  Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan dikembangkan guna mencapai keluaranlulusan atau  (output) bahkan outcome yang memuaskan pelanggan pendidikan. Prinsip-prinsip kunci dalam manajemen mutu terpadu pendidikan adalah kepemimpinan, metode dan perangkat ilmiah, pemecahan masalah melalui kerjasama tim, iklim organisasi, dan pendidikan serta latihan.
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan sebelumnya.
Manajemen pembelajaran dalam arti luas adalah seluruh usaha/ kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pengkoordinasian.
Manajemen mutu terpadu dalam kurikulum pendidikan dan pembelajaran merupakan bentuk pengendalian mutu yang disempurnakan. Filosofy dari manjemen mutu terpadu ini adalah terciptanya budaya kerja dari seluruh personel yang terlibat dalam pengadaan dan penyajian jasa pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan sikap untuk memenuhi dan memuaskan harapan pelanggan (peserta didik). Dalam rangka memenuhi harapan pelanggan pendidikan ini, pengelola sekolah secara bertahap dan terus menerus memperbaiki kualitas lulusannya dengan didukung oleh kurikulum yang bermutu.
DAFTAR PUSTAKA


Bafadhal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Nawawi, H. Manajemen strategik organisasi non profit bidang pemerintahan dengan ilustrasi di bidang pendikan. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2003.

Oemar, Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2007

Rivai,V., Sylviana M. Education management, analisis teori dan praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009

Sagala, H. S. Manajemen Strategi Dalam peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabet. 2010

Surniati dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. 2008

Suyanto. Manajemen Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media Pustaka. 2009

Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, 2002.

Usman, H. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.










LAMPIRAN:

Laporan Hasil Presentasi

Tugas Makalah MK    : Pengembangan Kurikulum PAI
Presentator                  : MANSUR ( Kelas B)
Moderator (MC)         : SANUSI ( Kelas B)

Materi Presentasi :
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Dalam Kurikulum dan Pembelajaran
Materi Pembahasan :
1.      Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
2.      Definisi Manajemen Kurikulum
3.      Pengertian Manajemen Pembelajaran
4.      Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Kurikulum dan Pembelajaran
Penanya 1 : Nama : Sulistiyawati (Kelas B)
Apakah kaitan MMT dengan problem anak sekolah yang begitu nakal akhir-akhir ini.
Penanya 2 : Nama : Ummu Junainah (Kelas B)
Tolong pemakalah jelaskan isi makalah di halaman kelima (5) karena saya belum mengerti.


Penanya 3 : Ngatiyem( Kelas B)
Sebagai calon pengawas, apakah ada hubungannya antara MMT dengan kepengawasan.
Penanya 4 : Pak Repan (Kelas B)
Pandangan pemakalah, apakah K-13 Perlu di lanjut atau tidak, jika dikaitkan dengan MMT.
Jawaban :
1.    Kaitan MMT dengan Problem siswa ada karena yang diinginkan MMTa ada kemjuan yang berkelanjutan dari sebuah sekolah sehingga menghasilkan oufut ang sesuai dengan yang direncanakan dst.
2.    Dalam makalah halaman 5 sudah sangat jelas bahwa yang diinginkan oleh MMT itu adalah hasil yang maksimal dst.
3.    Pengawas merupakah salah satu komponen yang harus terlibat dalam dalam pengembangan MMT baik dalam kurikulum maupun Pembelajaran dst.
4.    Pandangan pemakalah mengenai K-13 itu harus dilanjutkan lebih-lebih jika dihubungkan dengan MMT itu sendiri dst.

Batu, 25 November 2015
Notulen



[1] Bafadhal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 02
[2] Nawawi, H. Manajemen strategik organisasi non profit bidang pemerintahan dengan ilustrasi di bidang pendikan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2003), hlm 35
[3] Rivai,V., Sylviana M. Education management, analisis teori dan praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 76

[4] Syafaruddin. Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, konsep,strategi, dan aplikasi. (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 23

[5] Usman, H. Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 48
[6] Oemar Hamalik.  Manajemen Pengembangan Kurikulu,. (Bandung: remaja Rosda Karya, 2007), hlm .173.
[7]Oemar Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: remaja Rosda Karya, 2007), Hlm .175.

[8] Oemar Hamalik.  Manajemen Pengembangan Kurikulum. (Bandung: remaja Rosda Karya, 2007), hlm .175.
[9] Mulyasa, E. Manajmen berbasis sekolah. (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 56
[10] Mulyasa, E. Manajmen berbasis sekolah. (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 77

[11] Mulyasa, E. Manajmen berbasis sekolah. (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. 2002), hlm. 85
[12] Sagala. H.S. Manajmen strategik dalam peningakatan mutu pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 97

[13] Sumiati dan Asra. Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), hlm. 12
[14] Suyanto, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Mas Media Pustaka, 2009), hlm. 6
[15] Usman, H. Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).Hlm. 47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar