(Tulisan Bq. Mita Fatin - Siswi SMPN 1 PRAYA TIMUR)
Namanya Lalu Janawadi, beliau adalah seoranng guru Sekolah Dasar dan seorang ayah bagi anak-anaknya. Beliau sangat rajin dalam bekerja, entah itu bekerja di sekolah seperti mengajar dan bekerja di sawah atau ladang, beliau sangat tekun dalam bekerja agar bisa menghidupi keluarganya.
Pada suatu hari beliau pergi mengajar dan kebetulan pelajaran hari
itu adalah pelajaran Agama Islam, kebetulan pagi itu guru Agama tidak bisa masuk
karena berhalangan dan meminta tolong pada beliau untuk menyampaikan tugas
kepada murid-muridnya dan meminta tolong agar murid-muridnya di awasi. Kebetulan pelajaran Agama hari itu materinya tentang “Menunaikan Ibadah Haji”.
Melihat materi hari itu beliau pun sangat senang dan mulai membagikan
tugas kepada murid-muridnya dan beliau pun mulai membaca materi itu dan ketika
ia melihat gambar Ka’bah di buku itu tiba-tiba air matanya menetes dengan deras, jiwanya seakan tidak dapat menahan
kerinduan ingin segera pergi ketanah kelahiran nabi. Beliau membaca pengertian haji dan penjelasannya di dalam
buku itu di katakan bahwa “Haji adalah ibadah yang paling mulia dan paling
besar pahalanya di sisi Allah, karena bisa menghapuskan dosa-dosa yang sangat
besar serta banyak”, di dalam buku itu juga di jelaskan bahwa orang yang haji
itu seperti bayi yang baru lahir dan seperti kertas putih tanpa noda.
Setelah membaca buku tersebut beliau mulai bertekat untuk menabung agar
bisa pergi ketanah suci makkah. Dari
hari itu beliau semakin rajin bekerja dan berdo’a di dalam hatinya terpendam serta semangat yang amat besar, semangat yang membara, semangat yang membuatnya tidak merasa lelah, semangat itu mendorongnya menjadi lebih
baik, di dalam hatinya tersirat sebuah kata, yaitu “Aku ingin haji ya Allah”.
Kerja kerasnya selalu ia sertai dengan do’a yang setiap malam dan setiap waktu ia panjatkan, sedikit demi sedikit uangnya mulai terkumpul dan kerinduan pada kota kelahiran nabi semakin besar. Beliau semakin giat bekerja hingga suatu hari tibalah saatnya dia pergi atau berangkat ketanah suci, tanah yang beliau sangat rindukan. Namun, beliau bingung uang yang di tabungnya hanya cukup untuk dua orang saja, beliau bimbang harus berangkat dengan siapa, beliau tidak bisa memilih antara ibu dengan istrinya, hingga terbayang di benaknya ingin menunda keberangkatannya. Tetapi, melihat kondisi ibunya yang sudah tua dan istrinya yang memaksa beliau agar berangkat dengan ibunya sehingga pada akhirnya beliau berangkat dengan ibunya. Beliau pun berangkat ke kota makkah dan sesampainya di kota makkah, beliau sangat senang dan bahagia, tetapi juga menyimpan kesedihan dan keharuan karena istrisnya tidak bisa ikut dengannya. Istrinya yang berada di rumah hanya bisa melihat kota makkah dari TV, istrinya juga menyimpan kerinduan kepada kota kelahiran nabi, ia ingin sekali pergi kesana.
Kerja kerasnya selalu ia sertai dengan do’a yang setiap malam dan setiap waktu ia panjatkan, sedikit demi sedikit uangnya mulai terkumpul dan kerinduan pada kota kelahiran nabi semakin besar. Beliau semakin giat bekerja hingga suatu hari tibalah saatnya dia pergi atau berangkat ketanah suci, tanah yang beliau sangat rindukan. Namun, beliau bingung uang yang di tabungnya hanya cukup untuk dua orang saja, beliau bimbang harus berangkat dengan siapa, beliau tidak bisa memilih antara ibu dengan istrinya, hingga terbayang di benaknya ingin menunda keberangkatannya. Tetapi, melihat kondisi ibunya yang sudah tua dan istrinya yang memaksa beliau agar berangkat dengan ibunya sehingga pada akhirnya beliau berangkat dengan ibunya. Beliau pun berangkat ke kota makkah dan sesampainya di kota makkah, beliau sangat senang dan bahagia, tetapi juga menyimpan kesedihan dan keharuan karena istrisnya tidak bisa ikut dengannya. Istrinya yang berada di rumah hanya bisa melihat kota makkah dari TV, istrinya juga menyimpan kerinduan kepada kota kelahiran nabi, ia ingin sekali pergi kesana.
Namun, ia hanya bisa
berdo’a agar kelak bisa kesana, karena ia harus mengalah demi mertuanya yang
sudah tua. Setelah beberapa hari kemudia yaitu pada hari ke 40 ia mendapat kabar bahwa suami dan
mertuanya akan pulang, ia (istri) pun segera mempersiapkan kendaraan untuk menyabut
kedatangan Suami dan Mertuanya. Beliau (guru) sangat
senang karena besok akan pulang dan tidak sabar ingin kembali ke kota asalnya, tetapi sebelum pulang beliau menyempatkan diri untuk membeli buah tangan atau
oleh-oleh untuk di bagikan nanti di rumah. Keesokan harinya tibalah saatnya beliau terbang untuk
pulang ke kampung halaman dan akhirnya kepulangan mereka di sambut dengan
senyum bahagia dari keluarganya, beliau
pun menceritakan pengalamannya ke anak-anaknya dan membagikan hadian kepeda
mereka. Setelah hari itu keluarga mereka semakin
bahagian dan harmonis.
Hingga suatu hari kebahagiaan itu mulai menghilang dan berubah
menjadi kerisauan, yaitu ketika ibunya mengalami penyakit yang membuatnya tidak
bisa berbicara dengan jelas atau mengalami struk ringan pada pita suara yang
membuatnya tidak bisa berbicara dengan jelas. Ibunya terus menjalani rangkaian pengobatan dan
pengobatan tersebut membuahkan hasil meskipun tidak bisa berbicara dengan jelas
seperti dahulu lagi, beliau pikir
bahwa masalah dan cobaan mulai berakhir, namun ia salah cobaan yang sebenarnya baru di mulai, yaitu ketika ibunya mengalami sakit
parah yang membuat ibunya menghembuskan nafas terahirnya, keluarganya menjadi sangat terpukul dan
merasa sangat kehilangan terutama cucu-cucunya, tetapi bagaimana pun caranya mereka harus belajar
mengiklaskannya dan hanya bisa mendoakannya agar mendapatkan tempat terbaik di
sisi Allah swt.
Setelah beberapa tahun kemudia, karena ketegaran dan keikhlasan serta semangat kerja keras akhirnya beliau mendapatkan hadiah dari Allah untuk pergi kembali ke kota makkah bersama istrinya. Kini mereka tinggal menunggu waktu keberangkatannya dan selalu berdoa agar di berikan umur panjang dan kesehatan.
Setelah beberapa tahun kemudia, karena ketegaran dan keikhlasan serta semangat kerja keras akhirnya beliau mendapatkan hadiah dari Allah untuk pergi kembali ke kota makkah bersama istrinya. Kini mereka tinggal menunggu waktu keberangkatannya dan selalu berdoa agar di berikan umur panjang dan kesehatan.
Kesimpulan dari cerpen di atas adalah bahwa kita harus selalu
berusaha pantang menyearah, karena
di setiap usaha pasti ada kemudahan dan setiap ujian pasti ada hadiah dari
Allah, serta di setiap
usaha harus di sertai dengan doa yang tulus kepada sang pencipta.
Karya siswi saya : Bq.
Mita Fatin (Kelas 9.3 SMPN 1 Praya Timur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar