Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Minggu, 13 Mei 2018

MAKALAH DASAR DASAR FILSAFAT ILMU


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai bidang pengetahuan yang khas, filsafat sudah barang tentu memiliki hampiran, metode, dan langkah yang tersendiri pula untuk mempelajarinya.Hampiran, metode, dan langkah itu pun beragam sesuai dengan filsuf yang mengemukakannya sehingga tidak ada satu metode khusus dan paling baik berlaku, serta paling membawa hasil bagi bidang pengetahuan ini. Semua cara yang meliputi aneka titik pangkal, problema yang menjadi pusat perhatian. Setiap orang yang akan memulai belajar filsafat dapat memilih dan menggunakan satu atau beberapa cara yang sejalan dan sesuai dengan kemampuan pikirannya. Sampai saat ini masih saja ada orang yang menganggap filsafat sebagai sebuah disiplin yang mengawang, kosong dan jauh dari kehidupan sehari-hari.Mitos-mitos seperti ini berkembang tidak hanya di kalangan orang awam saja, tapi juga di kalangan agamawan, ilmuwan, seniman, dan pembisnis.Mereka menafikan bahwa filsafat merupakan upaya kritis yang membantu kita untuk memahami realitas kehidupan pada umumnya maupun kehidupan subjektif kita secara mendasar dan prinsipal.
Padahal dengan filsafat kita akan mampu memikirkan segala hal secara radikal (mendalam, mendasar sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, teritegral, tidak khusus dan tidak persial). Berbagai pertanyaan dan masalah seputar kehidupan manusia sehari-hari didalamnya tidak dengan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan semu, tetapi dengan mengutarakan problem secara persisi, memberikan argumentasi dan alasannya yang tepat, juga solusinya.Oleh karena itu, keberadaan filsafat menjadi hajat vital bagi hidup manusia. Apalagi apa yang dikajinya tidak sekedar mencerminkan masa di mana kita hidup, tapi juga membimbing untuk berpikir, sementara makhluk lainnya tidak. Manusia berpikir dengan akalnya.Akal memang salah satu keistimewaan yang di anugerahkan Allah kepada manusia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari filsafat?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan filsafat?
3.      Apa yang menjadi lingkup filsafat?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari filsafat
2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan filsafat
3.      Untuk mengetahui lingkup filsafat
                

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Definisi Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat” merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa inggris), yang berasal dari bahasa Yunani philosophia.Kata philosphia adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata, philos dan Sophia.Kata philos berarti cinta (love) atau sahabat, dan Sophia berarti kebijaksanaan (wisdom),kearifan, dan pengetahuan. Sehingga secara etimologis, kata filsafat berarti “love of wisdom” atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat kebijaksanaan, sahabat kearifan, dan sahabat pengetahuan.
Menurut sejarah, istilah philosophia pertama kali digunakan oleh Pythagoras (sekitar abad ke-6 SM).Ketika diajukan pertanyaan kepadanya, “apakah Anda termasuk orang yang bijaksana?”.Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, “Saya hanya seorang philosophos”, “pecinta kebijaksanaan” (lover of wisdom), atau dalam sumber lain, Pythagoras menjawab, “Saya hanya orang mencintai pengetahuan”.Jawaban Pythagoras ini sebagai reaksi terhadap kaum sophis, yakni sekelompok cendekiawan yang menggunakan hujah-hujahnya untuk mengalahkan lawan-lawan debatnya.
Lebih dari itu kaum sophis menjajakan kepandaiannya untuk mengambil untung dari lawan-lawan debatnya atau masyarakat yang diajarinya dengan menarik bayaran tertentu.Di tangan kelompok ini, kata sophis (arif) kehilangan arti aslinya dan kemudian menjadi seseorang yang menggunakan hujah-hujah yang keliru untuk mengalahkan lawan dialognya.Lepas dari siapa yang menyebut pertama kali istilah philosophia atau filsafat, yang jelas pada masa Socrates dan Plato istilah tersebut sudah cukup popular.
Dalam memahami apa sebenarnya filsafat, kita tidak cukup hanya mengetahui asal-usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman mereka masing-masing. Akan tetapi, perlu dikatakan pula bahwa definisi yang diberikan para filsuf tidak selalu sama. Bahkan, dapat dikatakan setiap filsuf memiliki konsep dan definisi sendiri-sendiri yang berbeda dengan filsuf lainnya.Karena itu, ada yang mengatakan bahwa jumlah konsep dan definisi filsafat itu sebanyak jumlah filsuf atau ahli filsafat itu sendiri.
Secara terminologis (istilah), terdapat banyak definisi tentang pengertian filsafat.Beragamnya definisi filsafat menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih sudut pandang (point of view) dalam memikirkan filsafat.Bahkan, perbedaan sudut pandangan ini diusahakan untuk dapat saling melengkapi.Karena setiap sudut pandangan pasti memiliki kekurangan atau kelemahan.
Berikut ini hanya mengambil beberapa definisi dari beberapa filsuf dan ahli filsafat.[1]
1.      Para filsuf pra-Socrates
Para filsuf pra-Socrates mempertanyakan tentang arche, yakni awal mula atau asal-usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa percaya lagi pada jawaban mitos atau legenda.Oleh sebab itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.
2.      Plato
Filsafata adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyeledikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
3.      Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
4.      Rene Descartes
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyeledikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.


5.      Wiliam James
Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
6.      R.F. Beerling
Filsafat adalah mempertanyakan tentang seluruh kenyataan atau tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan.Beerling juga mengatakan bahwa filsafat adalah usaha untuk mencapai akar terdalam kenyataan dunia wujud, juga akar terdalam pengetahuan tentang diri sendiri.
7.      Louis O. Kattsoff
Filsafat merupakan suatu analisis secara hati-hati terhadap penelaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan.
Dari serangkaian definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak persial).
2.      Ruang Lingkup Filsafat
Jan Hendrik Rappar membagi kegunaan filsafat ke dalam dua hal, yakni bagi ilmu pengetahuan dan bagi kehidupan sehari-hari.[2]
1.         Ilmu Pengetahuan
Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat.Para pemikir yang terkenal sebagai filsuf adalah juga ilmuwan.Para filsuf pada masa itu adalah ahli-ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.Bagi mereka, ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu pengetahuan.Berkat ilmu pengetahuanlah manusia dapat meraih kemajuan yang sangat menajubkan dalam segala bidang kehidupan.Teknologi canggih yang semakin mencengangkan dan fantastis adalah salah satu produk dari ilmu pengetahuan.Bahkan pada abad-abad terakhir ini, dalam peradaban dan kebudayaan Barat, ilmu pengetahuan telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi tumpuan harapan banyak orang.
2.         Dalam kehidupan sehari-hari
Meskipun filsafat itu abstrak, bukan berarti ia sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang konkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun dengan kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, filsafat mengiring manusia ke pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. Tak hanya itu, ia pun menuntun manusia ke dalam tindakan dan perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
Kiranya beberapa hal berikut ini dapat menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang menjadi lingkup pengertian filsafat.[3]
a.         Filsafat sebagai kebijaksanaan rasional dari segala sesuatu. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup dan berkehidupannya, manusia selalu saja berhadapan dengan problematika, baik yang menyangkut problematika diri maupun problematika sosial. Dalam menghadapi setiap problema itu, sudah barang tentu diperlukan pemikiran dan sikap yang arif dan bijaksana (wisdom) sesuai dengan pandangan hidup dan pengetahuan yang dimiliki sehingga problematika itu dapat “diselsaikan” secara baik dan memuaskan.
b.         Filsafat sebagai sikap dan pandangan hidup. Karena setiap problematika hidup itu harus diselsaikan dengan cara yang arif dan bijaksana maka sudah barang tentu pula manusia harus memiliki prinsip-prinsip tertentu agar tidak mudah goyah apalagi terombang-ambing oleh gelombang peri kehidupan. Pemikiran yang kritis dan mendalam serta sikap terbuka agaknya menjadi keniscayaan bagi upaya pengendalian diri secara optimal serta bagi tumbuh kembang pribadi yang seimbang dan selaras dengan cita-cita luhurnya yakni manusia paripurna.
c.         Filsafat sebagai kelompok persoalan, yakni beragam persoalan yang mendasar (fundamental), mendalam (radikal), dan hakiki (esensial).
d.        Filsafat sebagai kelompok teori dan sistem pemikiran yang dihasilkan oleh para filsuf. Jika memang demikian halnya, maka sudah barang tentu masing-masing teori dan pemikiran itu pun akan beragam sesuai dengan ciri khas yang dimiliki dan metode yang digunakan oleh masing-masing filsuf, bukan seragam melainkan mungkin bertentangan.
Dari berbagai lingkup pengertian filsafat sebagai mana tersebut di atas maka secara sederhana filsafat dapat mengerti bahawa a) filsafat itu merupakan proses berpikir yang sudah barang tentu bersifat dinamis. Namun demikian b) filsafat itu merupakan produk pemikiran yang bersifat statis. Menurut The Liang Gie memerikan pemahaman bahwa filsafat adalah proses refleksi dari budi manusia yang mencakup enam macam aktivitas akal budi manusia, yaitu: analisis yang mengarah pada kejelasan, lalu kemudian komprehensi yang mengarah pada kecerahan, deskripsi yang mengarah pada keterangan, evaluasi yang mengarah pada upaya pembenaran, interpretasi yang mengarah pada pengertian sejati, dan spekulasi yang mengarah pada penyatu paduan. Enam aktivitas itu bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri-sendiri melainkan kesatuan yang secara integral berinteraksi karena kesemuanya merupakan kemampuan dan perwujudan dari budi manusia yang tunggal.Dengan demikian filsafat merupakan suatu sistem. Penelaahan terhadap sistem pada umumnya menyimpulkan bahwa setiap sistem menerima input (bahan masukan) dan memberi output (hasil) serta melakukan conversion (proses pengubahan input menjadi output). Konsepsi filsafat dengan menggunakan kerangka I-C-O seperti itu dilukiskan oleh The Liang Gie dengan model kerangka sistem filsafat sebagaimana berikut.[4]
Kerangka Sistem Filsafat
Proses reflektif
Dari budi manusia

Pengetahuan
filsafat
INPUT                         CONVERSION                          OUTPUT
Persoalan
                                                                                               
perincian
 
                                          
PERSOALAN:AKTIVITA-AKTIVITA:MACAM-MACAM:
a.       Metafisika             1. Analisis                   i. kearifan hidup
b.      Epistemologis        2. Komprehensi           ii. Pandangan
c.       Metodologis          3. Deskripsi                 iii. Sistem pemikiran
d.      Logis                     4. Evaluasi                   iv. Keyakinan dasar
e.       Etis                        5. Interpretasi              v. kebenaran filsafati
f.       Estetis                   6. Spekulasi
Konsep filsafat dengan menggunakan kerangka I-C-O seperti itu, menurut The Liang Gie, dapat digunakan untuk merumuskan siapa sesungguhnya filsuf, sang pelaku sejati filsafat.
Pola dan sistem berpikir filosofis dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan, manusia, dan alam sekitar menjadi objek pemikiran filsafat pendidikan islam. Oleh karena filsafat pendidikan islam mempunyai sasaran pembahasan tentang hakikat permasalahan pendidikan yang bersumberkan ajaran islam maka pola dan sistem berpikir serta ruang lingkup permasalahan yang dibahas pun harus bertitik tolak dari pandangan islam. Pandangan islam adalah prinsip-prinsip yang telah diletakkan oleh Allah dan Rasulnya dalam kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis yang dikembangkan oleh para mujtahid dari waktu ke waktu.
Ajaran yang penuh motivasi untuk maju dalam ilmu pengetahuan seperti terkandung di dalam sabda Nabi di bawah ini benar-benar menjadi daya penggerak para ahli pikir muslim pada zamannya.[5]
a)      Agama itu adalah akal, barang siapa tidak berakal, maka ia tidak bisa beragama
الدِّيْنُ هُوَ العَقْلُ لاَدِيْنَ لِمَنْ لاَعَقْلُ لَهُ
اُطْلُبُ العِلْمَ وَلَوء بِالصِّيْن
b)      Carilah ilmu pengetahuan walaupun ke negeri Cina
Kata hikmah dari seorang sahabat Rasulullah SAW.di atas bersumberkan dari firman Allah yang menyatakan:
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ وَمَنْ يُؤْتِى الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا
Allah memberi hikmah kepada orang yang dikehendakinya. Dan barang siapa diberi hikmah oleh Allah, maka sungguh dia akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
3.      Sejarah Filsafat
Setiap pemikiran manusia selalu memiliki sejarah sendiri-sendiri, dan biasanya selalu terkait dengan pola kebudayaan yang melingkupinya.Sejarah awal munculnya khazanah pemikiran filsafat tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan kebudayaan dan peradaban Yunani. Pasalnya, di negeri itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Karenanya, tak heran bila banyak pihak mengkaji filsafat berawal dari sejarah peradaban Yunani Kuno, lalu abad pertengahan, modern sampai abad kontemporer seperti saat ini.
Bertrand Russell (1946), dalam bukunya History of Western Philosophy, menengarai munculnya filsafat di Yunani tersebut akibat kemahiran bangsa Yunani dalam merajut dan menyempurnakan peradaban besar lainnya pada saat itu seperti Mesir dan Mesopotamia.[6]
Jauh sebelum filsafat muncul, masyarakat Yunani masih menggantungkan diri pada mitos, legenda, kepercayaan, dan agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mereka. Tetapi, sekitar abad ke-7 SM, di Yunani mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan dibanding masa-masa sebelumnya, yaitu pendekatan filsafat. Sejak saat itulah orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem yang dihadapi, termasuk beragam masalah mengenai alam semesta.[7]
Dari sinilah peradaban Yunani mengalami titik balik peradaban yang cukup menajubkan.Sebab, di zaman ini orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi tentang keadaan alam, dunia, dan lingkungan sekitar dengan tidak lagi menggantungkan diri pada mitos, legenda, kepercayaan, dan agama.Tetapi, mereka mulai menggunakan rasio dan akal sehat dalam rangka untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan.Hemat kata, fungsi logos (akal budi, rasio) telah menggantikan peran mitos, legenda, kepercayaan, dan agama.Begitulah singkat sejarah filsafat muncul dan lahir kemudian berkembang sebagai sebuah khazanah ilmu pengetahuan.[8]
Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu filsafat klasik, abad pertengahan, modern, dan kontemporer. Pembagian tersebut sekaligus menyempurnakan karya agungnya Bertrand Russell, History of western philosophy, yang menyatakan tiga tahap penting sejarah filsafat Barat, yaitu: Tahap filsafat kuno, filsafat katolik, dan filsafat modern.[9]


BAB III
ANALISIS
Berpikir adalah ciri khas manusia.Makhluk-makhluk lain tidak mempunyai kemampuan berpikir. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain. Selain ciri utama sebagai makhluk berpikir (kognisi), manusia juga masih mempunyai potensi lain, yakni perasaan (afeksi), kehendak (konasi), dan tindakan (aksi), atau sering disebut dengan daya cipta, rasa, karsa, dan karya.Dengan potensi-potensi tersebut manusia mampu mencipta, mengelola, dan mengubah lingkungan sekitarnya kea rah yang lebih baik.Karena itu, dengan semua potensi yang dimilikinya, Tuhan memilih manusia sebagai wakilnya di muka bumi (khalifatullah fi al-ardh).
Dengan beragam potensi itulah manusia mempertanyakan, meragukan, dan menjawabnya.Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut makna dan kedudukan Tuhan, manusia, dan alam semesta.Manusia tidak merasa puas hanya memperoleh jawaban yang berasal dari adat-istiadat, tradisi, dongeng-dongeng, mitos-mitos, dan legenda-legenda. Karena jawaban yang disediakan oleh tradisi, mitos, dan legenda itu tidak sesuai dengan aturan berpikir atau bertentangan dengan akal sehat/rasio manusia,
Lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan bermula dari aktivitas berpikir.Karena itu inti berfilsafat adalah berpikir.Namun, tidak semua aktivtas berpikir dapat disebut berfilsafat.Berpikir yang dapat disebut berfilsafat adalah berpikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni berpikir yang bertujuan.Tujuannya adalah memperoleh pengetahuan, yakni pengetahuan yang menyangkut kebenaran. Sehingga dengan berfilsafat manusia dapat sampai kepada kebenaran.



BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Beragamnya definisi filsafat menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih sudut pandang (point of view) dalam memikirkan filsafat. Bahkan, perbedaan sudut pandangan ini diusahakan untuk dapat saling melengkapi. Karena setiap sudut pandangan pasti memiliki kekurangan atau kelemahan. dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak persial).
2.      Setiap pemikiran manusia selalu memiliki sejarah sendiri-sendiri, dan biasanya selalu terkait dengan pola kebudayaan yang melingkupinya. Sejarah awal munculnya khazanah pemikiran filsafat tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan kebudayaan dan peradaban Yunani. Pasalnya, di negeri itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Karenanya, tak heran bila banyak pihak mengkaji filsafat berawal dari sejarah peradaban Yunani Kuno, lalu abad pertengahan, modern sampai abad kontemporer seperti saat ini.
Jauh sebelum filsafat muncul, masyarakat Yunani masih menggantungkan diri pada mitos, legenda, kepercayaan, dan agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mereka. Tetapi, sekitar abad ke-7 SM, di Yunani mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan dibanding masa-masa sebelumnya, yaitu pendekatan filsafat. Sejak saat itulah orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem yang dihadapi, termasuk beragam masalah mengenai alam semesta.
3.      Dari berbagai lingkup pengertian filsafat sebagai mana tersebut di atas maka secara sederhana filsafat dapat mengerti bahwa a) filsafat itu merupakan proses berpikir yang sudah barang tentu bersifat dinamis. Namun demikian b) filsafat itu merupakan produk pemikiran yang bersifat statis. Beberapa hal lagi yang menjadi lingkup filsafat.
a.       Filsafat sebagai kebijaksanaan rasional dari segala sesuatu
b.      Filsafat sebagai sikap dan pandangan hidup
c.       Filsafat sebagai kelompok persoalan
d.      Filsafat sebagai kelompok teori dan sistem pemikiran yang dihasilkan oleh para filsuf.
    
  
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Bernadien, U, Win. 2011. Membuka Gerbang Filsafat. Jember: STAIN Jember Press.
Gie, Liang, T. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Maksum, Ali. 2008. Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Rapar, Hendrik, J. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Russel, Bertrand. 1946. History Of Western Philosophy. London: George Allen And Unwin Ltd.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.



[1]Ali Maksum.Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, (2008, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media). Hlm. 15
[2]Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat. (1996, Yogyakarta: Kanisius). Hlm. 12
[3]Win Usuluddin Bernadien,Membuka Gerbang Filsafat. (2011, Jember: STAIN Jember Press). Hlm. 29
[4]The Liang Gie.Pengantar Filsafat Ilmu.(2000, Yogyakarta:Liberty). Hlm. 32
[5]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. (2009, Jakarta: Bumi Aksara). hlm. 8-10
[6]Bertrand Russel, History Of Western Philosophy. (1946, London: George Allen and Unwin Ltd). Hlm. 3
[7]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. (1990, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya). Hlm 5-18
[8]Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. (2005, Jakarta: PT Bumi Aksara). hlm. 153
[9]Op.cit. hlm. 1-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar