BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan pendidikan sejalan dengan perkembangan kehidupan
manusia pada umumnya, manusia sebagai suatu objek dan subjek dalam pendidikan
harus memiliki rasa tanggung jawab dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan. Arus globalisasi dan informasi memberikan pengaruh yang cukup besar
pada tatanan kehidupan, sehingga pada kenyataanya dapat menyentuh pada dunia
pendidikan, perkembangan tersebut tidak dapat dibendung lagi oleh manusia karena
hal itu merupakan hukum kausalitas, dengan demikian dunia pendidikan harus
mampu menjawab semua tantangan dan permasalahan yang ada, seiring dengan
tuntutan global.
Proses pendidikan bukan hanya interaksi dan pentransferan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik semata, namun idealisme dan tujuan pendidikan
selalu mengakar dimana pendidikan harus mampu menjawab semua problematika
kehidupan yang cukup krusial dalam realitas kehidupan. Peningkatan mutu dalam
pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk selalu ditingkatkan,
sehingga dunia pendidikan tetap eksis sebagai humanisme bagi kemaslahatan
manusia untuk memberikan problem solving bagi permasalahan yang dihadapi oleh
manusia.
Dengan demikian maka pendidikan perlu di rekonstruksi ulang pada
semua system di dalamnya, tidak menutup kemungkinan pendidikan harus lebih
ketat untuk melakukan evalusi pada semua elemen didalamnya, menggontrol pada
teknik kerja yang kemudian dalam dunia pendidikan dikenal dengan supervisi
pendidikan.
Supervisi memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan dan
pegembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi, dewasa ini telah
dipelajari secara ilmiah. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk
organisasi tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervisi.
Istilah supervisi dahulu banyak digunakan untuk kegiatan yang serupa dengan
inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilaian. Dalam konteks sekolah sebagai
sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupakan bagian dari proses
administrasi.[1] Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua
program.
Pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang
dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di
departemen pendidikan. Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan
cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan
tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional.
Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang
baik pada perkembangan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan Islam
sebagaimana konsentrasi pembahasan pada mata kuliah ini dan juga pembahasan
yang dikupas didalamnya, sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik
yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Dan dengan adanya mata kuliah
supervisi pendidikan Islam pada institusi yang bergerak dalan bidang pendidikan
akan lebih menunjang para mahasiswa untuk mengetahui bagaimana mengawasi atau
mensupervisi pada pendidikan yang baik.
Untuk itu pengetahuan supervisi sangat diperlukan bagi calon-calon
pendidik agar semua rangkaian kegiatan
di dalam kelas bisa mencapai tujuan yang baik. Terlebih sebagai kepala
sekolah dan calon pengawas sekolah yang harus benar-benar memahami dan mengerti
agar dapat memanajemen sistem yang ada didalam sekolah dengan baik sehingga
visi misi sekolah bisa diwujudkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kita sebagai calon
pengawas sekolah selayaknya mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar
supervisi pendidikan dan tinjauan secara historis dalam konteks manajemen.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
konsep dasar supervisi pendidikan?
2.
Bagaimana
tinjauan supervisi secara historis?
3.
Bagaimana
supervisi dalam konteks manajemen?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Mengetahui
konsep dasar supervisi pendidikan.
2.
Memahami
tinjauan supervisi secara historis.
3.
Memahami
supervisi dalam konteks manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Supervisi Pendidikan
1.
Pengertian
Supervisi Pendidikan
Supervisi berasal dari kata “super” artinya lebih atau atas,
dan “vision” artinya melihat atau meninjau. Secara etimologis supervisi
artinya melihat atau meninjau yang dilakukan oleh atasan terhadap pelaksanaan
bawahannya.[2]
Dengan pengertian itulah maka supervisi dikatakan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di
atas lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Secara umum, istilah supervisi berarti mengamati, mengawasi atau
membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan
maksud untuk mengadakan perbaikan. Konsep supervisi didasarkan atas keyakinan
bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang
berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang juga bertindak sebagai
stimulator, pembimbing, dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka upaya
perbaikan.[3]
Menurut Suryo Subrota, supervisi atau pengawasan mempunyai
pengertian yang luas. Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh
staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik.[4]
Menurut Daryanto, supervisi merupakan suatu usaha menstimulasi,
mengoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru sekolah baik
secara individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif
dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka
mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.[5]
Menurut Sergiovani dalam Made Pidarta yang dikutip oleh Mukhtar dan
Iskandar, supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah
yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang tergantung
secara langsung kepada para personalia yang lain untuk menolong mereka
menyelesaikan tujuan sekolah itu.[6]
Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.[7]
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat
dirumuskan sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas
sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru lebih menekankan
pada pembinaan guru, yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
2.
Ruang
Lingkup Supervisi
Ruang lingkup supervisi Pendidikan merupakan seluruh aspek
kemampuan yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan suatu sekolah.[8] Menurut Sarwoto (1985)
secara teoritis ada dua aspek, yaitu:
a.
Aspek
manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral kerja,
kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan, kecakapan kerja,
kemampuan dalam bekerjasama, dan watak;
b.
Aspek
kegiatannya, seperti cara kerja (cara mengajar), metode pendekatan terhadap
siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
Pada hakikatnya ruang lingkup supervisi suatu sekolah meliputi :
a.
Supervisi
di bidang kurikulum
b.
Supervisi
di bidang kesiswaan
c.
Supervisi
di bidang kepegawaian
d.
Supervisi
di bidang sarana dan prasarana
e.
Supervisi
di bidang keuangan
f.
Supervisi
di bidang humas
g.
Supervisi
di bidang ketatausahaan.
3.
Tujuan
Supervisi Pendidikan
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan
kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar. Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan kongkrit dari
supervisi pendidikan, yaitu:[9]
a.
Meningkatkan
mutu kinerja guru
1)
Membantu
guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai
tujuan tersebut.
2)
Membantu
guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan
siswanya.
3)
Membentuk
moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif,
bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan
lainnya.
4)
Mengingkatkan
kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar peserta
didik.
5)
Meningkatkan
kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat
pengajaran.
6)
Menyediakan
sebuah sistem yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam
pengajaran.
7)
Sebagai
salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
b.
Meningkatkan
keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.
c.
Meningkatkan
keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan peserta
didik.
d.
Meningkatkan
kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana
kerja yang optimal yang selanjutnya peserta didik dapat mencapai prestasi
belajar sebagaimana yang diharapkan.
e.
Meningkatkan
kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram
serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menujukkan
keberhasilan lulusan.
4.
Prinsip
Supervisi Pendidikan
Menurut Tahelele dan Indrafachrudi sebagaimana dikutip oleh Jerry
H. Makawimbang, prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut:[10]
a.
Supervisi
harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
b.
Supervisi
harus kreatif dan konstruktif.
c.
Supervisi
harus scientific dan efektif.
d.
Supervisi
harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru.
e.
Supervisi
harus berdasarkan kenyataan.
f.
Supervisi
harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mnegadakan self
evaluation.
5.
Fungsi
Supervisi Pendidikan
Fungsi utama supervisi pendidikan di tujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pengajaran. Ada bermacam-macam tanggapan tentang supervisi pendidikan sesuai
dengan definisi yang telah dikemukakan:[11]
a. Franseth Jane maupun Ayer mengemukakan
bahwa fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada
sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan.
b. Burton dan Bruckner, fungsi utama supervisi
modern adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran peserta didik.
c. Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama
supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordinasi,
menstimulasi dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru.
d. Kimball Wiles bahwa fungsi dasar supervisi
adalah memperbaiki situasi beljar-mengajar di sekolah dapat di perbaiki bila
supervisor atau pemimpin pendidikan memiliki ketrampilan.
e. Swearingen,
Ia mengungkapkan terdapat 8 (delapan) hal yang menjadi fungsi supervisi
pendidikan yakni:
1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang
kreatif
5) Memberi fasilitas dan penilaian yang
terus-menerus
6) Menganalisis situasi belajar-mengajar
7) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan
kepada setiap anggota staf
8) Memberi wawasan yang lebih luas dan
terintegrasi dalam meremuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru.
6.
Sasaran Supervisi Pendidikan
Objek kajian supervisi ialah perbaikan
situasi belajar mengajar. Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan
supervisi tersebut adalah peningkatan kemampuan profesional guru,
diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti
meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. Sasaran Supervisi Ditinjau dari
objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi :
1) Supervisi Akademik, Menitikberatkan pengamatan supervisor
pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam
lingkungan kegiatan pembelajaran
pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
2)
Supervisi Administrasi/Manajerial, Menitikberatkan pengamatan supervisor
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananya pembelajaran.
3)
Supervisi Lembaga, Menyebarkan objek pengamatan supervisor
pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudskan untuk meningkatkan
nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS
(Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan
lain-lain.
B.
Tinjauan
Historis Supervisi Pendidikan
1.
Supervisi
pada masa-masa awal
Proses pendidikan di dunia ini sudah lama berlangsung. Sebenarnya
pendidikan itu sudah ada sejak manusia itu ada. Pada zaman Yunani kuno sistem
pendidikan yang sifatnya sistematis seperti sekarang belum ada, yang ada ialah
pendidikan yang bersifat individual. Nampaknya inisiatif untuk belajar timbul
dari individu-individu yang ingin mengetahui sesuatu.
Pendidikan mendapat perhatian yang sangat penting pada zaman
Sparta. Pemerintah pada waktu itu sudah menyadari akan pentingnya pendidikan
bagi kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan bertugas mengembangkan,
mempertahankan, dan melindungi Negara. Menyadari akan pentingnya pendidikan
timbullah supervisor yang disebut Paidonomous. Pada zaman Athena
pendidikan lebih maju dan lebih dihargai dari pada zaman-zaman sebelumnya.
Perhatian dicurahkan pada pengembangan profesi dan spesialis.
Pada zaman pertengahan disamping sekolah Grammar dan Sekolah
Catechimus (agama) didirikan pula Sekolah Membaca dan menulis tingkat
dasar. Pada zaman ini supervisi diberikan kepada sekolah-sekolah sebagai
lembaga pendidikan dan guru-guru sebagai pelaksanaan pendidikan. Ada dua macam
supervisi pada zaman pertengahan, yaitu supervisi dari pihak negara dan
supervisi dari pihak agama.[12]
Pada abad-17 mula-mula banyak pengusaha kota yang menolak kehadiran
supervisor. Perkembangan selanjutnya ialah hanya kepala-kepala sekolah yang
sudah senior/professional saja yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan
supervisi. Tetapi dengan besarnya pendirian sekolah-sekolah baru pada abad
ke-19, para supervisor dan kepala sekolah yang senior/professional ini tidak
dapat melakukan tugas terhadap begitu banyak sekolah. Akhirnya supervisi
diserahkan kepada kepala-kepala sekolah namun tugas utama mereka tetap
mengurusi ketatausahaan dan menegakan disiplin, sedangkan supervisi adalah
sebagai tugas terakhir.
2.
Supervisi
pada abad ke-18
Supervisi pada abad ke-18 dilakukan oleh panitia kantor atau
panitia sekolah atau anggota-anggota badan pendidikan. Mereka ini diangkat
karena kemahiran-kemahiranya akan metode-metode mengajar. Pada waktu-waktu
tertentu mereka datang berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar.
Mereka melakukan inspeksi ke sekolah-sekolah, karena itu muncul istilah
inspektur bagi mereka. Tugas mereka adalah untuk megetahui sampai di mana kepandaian
guru-guru itu mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang dibuat
oleh para guru.[13]
Tugas supervisor adalah mengontrol sekolah apakah sekolah itu sudah
melaksanakan aturan dan standar itu atau belum. Bila ternyata guru melakukan
kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan
bagaimana memperbaiki diri.
Kontrol pendidikan seperti ini juga dirasakan di Indonesia di abad
itu. Para guru umumnya merasa takut bila didatangi supervisor yang lebih
dikenal sebagai kontroler. Mereka sering datang tiba-tiba, dengan tidak memberitahukan
terlebih dahulu. Kontrol seperti ini dapat membuat sekolah berdisiplin tinggi,
tetapi kreativitas guru-guru atau sekolah cenderung mati.
3.
Supervisi
pada abad ke-19
Pada abad ke-19 kedudukan Pengawas sekolah sudah meningkat. Mereka
secara resmi dikatakan supervisor sekolah. Mereka pada umumnya adalah para
pegawai kantor pengawas pendidikan, yang di Indonesia dapat disamakan dengan
Kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, baik di tingkat
Provinsi, Kabupaten maupun Kecamatan. Hal ini disebabkan karena mereka kini
sudah berkembang menjadi orang-orang professional. Dengan demikian supervisi
pada abad ke-19 sudah bersifat professional.
Tugas para supervisor pada abad ini tidak lagi hanya mengontrol dan
mencatat kesalahan guru, tidak lagi bersifat otokrasi, melainkan
berangsur-angsur memperhatikan individualitas guru, kewajiban supervisor
semakin meluas. Kini tugas mereka adalah memperbaiki proses pendidikan,
menunjukkan kepada guru bagaimana mengajar dengan baik, membimbing guru serta memberikan
kesempatan mengeluarkan pendapat dan berdiskusi. Guru-guru yang memiliki
kemampuan kurang dan guru-guru yang baru selesai study dibantu lewat penataran.
Dalam hal ini supervisor bertindak sebagai penyelenggara, sedangkan menatar
dilakukan oleh orang-orang yang lebih ahli (spesialis-spesialis).
Supervisi pada abad ke-19 sudah dipandang penting bagi kemajuan
pengajaran. Oleh sebab itu supervisor lebih diatas tingkatannya dari kepalah
sekolah. Kedudukan supervisor lebih ditonjolkan karena kewajibannya dipandang
lebih utama dari pada kewajiban kepala sekolah yaitu memperbaiki,
mempertahankan, dan mengawasi proses pendidikan. Namun demikian keduanya baik
supervisor ataupun kepala sekolah melaksanakan fungsi supervisi. Tetapi
supervisi dari kepala sekolah tidak begitu lancar disebabkan oleh tugas-tugas
ketatausahaan sekolah. Pada abad ini supervisor-supervisor spesialis sudah
mulai dikembangkan seperti ahli dalam bidang kurikulum, ahli dalam
administrasi, ahli dalam keuangan dan sebagainya. Teknik-teknik supervisi juga
mulai dikembangkan dan ditingkatkan, termasuk teknik pembinaan guru yang
bersifat manusiawi.
4.
Supervisi
Ilmiah
Revolusi teknologi dan revolusi industri yang terjadi pada abad 18
dan 19 membuat perubahan pada dunia produksi, perdagangan, manajemen, dan juga
di dunia pendidikan. Pada tahun 1911 Fredrick Tylor yang di pandang sebagai
bapak manajemen ilmiah menerbitkan buku yang berjudul “Principle Of
Scientific Management” prinsip-prinsip manajemen tersebut adalah:[14]
a.
Setiap
elemen kerja para petugas harus dilakukan secara ilmiah
b.
Seleksi
dan latihan petugas harus dilakukan secara ilmiah
c.
Kerja
sama manajemen dengan pekerja mengikuti metode ilmiah
d.
Ada
kesamaan antara manajer dan pekerja.
Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami bahwa manajemen ilmiah
menghendaki tiap pekerja mengerjakan sesuatu yag sudah ditentukan dengan jelas
dan dengan cara yang sudah dipahami secara jelas pula. Sejalan dengan prinsip
manajemen ilmiah tersebut di atas Max Weber mengembangkan struktur organisasi
yang dia sebut birokrasi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Spesialisasi
b.
Orientasi
Imperonal
c.
Hirarki
Otoritas
d.
Peraturan-peraturan
e.
Orientasi
prestasi kerja.
Organisasi pendidikan pada waktu itu diwarnai oleh prinsip-prinsip
tersebut. Sekolah-sekolah membuat peraturan-peraturan yang ketat, tugas-tugas
dibuat secara mendetail dan sejelas mungkin, komunikasi diatur menurut garis
yang sudah di tentukan, kontrol diadakan terhadap cara bekerja dengan prestasi,
kerja menurut kriteria tertentu dan hubungan atasan dengan bawahan menjadi
fomal. Supervisi sebagai sub system pendidikan sudah tentu mengikuti
prinsip-prinsip tersebut. Dalam hal ini tugas supervisi dikhususkan pada
pembinaan guru-guru. Supervisor berpegang pada tujuan sekolah, koordinasi,
metode belajar, kualifikasi guru dengan segala aktivitasnya yang sudah
ditentukan kualitasnya secara jelas. Sebelum muncul manajemen ilmiah tidak ada
ketentuan yang pasti atau patokan yang bisa dipakai pegangan oleh para
supervisor. Kini mereka mengontrol segala aktivitas yang dilakukan oleh
guru-guru, mencocokan dengan jadwal kerja, metode mengajar, kepribadian dengan
peraturan yang sudah digariskan. Mencocokan prestasi kerja atau hasil belajar
para siswa dengan standar prestasi yang sudah di sediakan. Serta memberi
insentif kepada guru-guru yang berprestasi.
5.
Supervisi
pada zaman sekarang
Supervisi zaman sekarang atau
supervisi modern adalah supervisi yang
memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati
kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Penghargaan dan
pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai
pendidik, yang dilakukan dengan metode intelegensi praktis yang bersifat
demokratis. Supervisi dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara
menyamakan prinsip-prinsip yang dipakai dalam proses belajar mengajar dan
prinsip-prinsip materi dengan baik secara vertical maupun secara horizontal.
Karakteristik supervisi modern dikatakan
sebagai berikut:
a.
Pertama,
dinamis ialah supervisi yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam
melaksanakan fungsinya. Suatu supervisi yang tidak hanya mengamati, mengontrol,
mengeritik dan menilai saja tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Supervisi
seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar mengajar memberi hasil yang
baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitoring guru-guru
agar tidak sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan,
memberi saran dan membimbing.
b.
Kedua,
demokratis mencerminkan dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan
memegang peranan kepemimpinan. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru,
tidak pula hanya memperbaiki kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan
preventif agar guru-guru sedikit mungkin berbuat salah. Hal ini dilakukan
dengan bermacam-macam cara sesuai problem yang dihadapi, itulah sebabnya
mengapa supervisor itu perlu aktif, kreatif dan berinisiatif. Untuk mempermudah
pelaksanaan tugas, supervisor perlu mengerti atau memahami kepribadian setiap
guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian yang unik.
Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinanya. Pemahaman
terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam aksinya
mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru
membutuhkan teknik pembinaan tersendiri sesuai keunikan mereka masing-masing.
Supervisi secara demokratis tersebut di atas tidak mudah dipraktekkan. Dalam
pertemuan-pertemuan pendidikan antara atasan sebagai supervisor dengan bawahan
di Indonesia sangat langkah dijumpai proses demokrasi. Pada umumnya kelompok
masih didominasi oleh pemimpin.
c.
Ketiga,
komprehensif ialah supervisi yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai
dengan sekolah menengah tingkat atas yang mencangkup beberapa sekolah untuk
wilayah tertentu. Bentuk dan isi supervisi untuk tingkat-tingkat sekolah itu
tidak boleh berbeda-beda. Kesamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas
kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat
atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum
tersebut. Cukup sulit bagi siswa kalau ia sudah biasa belajar dengan cara
bervariasi beralih ke cara yang monoton misalnya. Itulah sebabnya perlu diusahakan
kesamaan metode belajar mengajar dari tingkat sekolah yang paling rendah sampai
tingkat yang paling tinggi.
6.
Kecenderungan
supervisi pada masa mendatang
Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada
masa yang akan datang, yakni meninjau supervisi dari sudut professional guru,
dan dari sudut politik negara. Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi
terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan
itu bertitik pusat pada politik negara.
Kecenderungan-kecenderungan
supervisi yang baru dan mungkin akan terus berkembang pada masa akan datang
dalam membina para guru disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang
begitu pesat. Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya
akan berubah dengan cepat pula.
Untuk mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru.
Supervisi tersebut lebih mememusatkan dari pada pengembangan profesi dan bakat
guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan daripada
memberi konsultasi langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin
diri sendiri, tidak bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada
sumber-sumber pendidikan yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan
pengertian program sekolah yang baru kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan
para siswa menghadapi kehidupan yang semakin keras.
C.
Supervisi dalam Konteks Manajemen Pendidikan
Kegiatan supervisi dalam pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan secara global yang objek sasarannya adalah guru, keberadaan guru
dalam lembaga pendidikan menempatkan posisi sentral dalam meningkatkan mutu
pendidikan ke depan. Namun, keberadaan guru dilembaga pendidikan dipandang
perlu untuk meningkatkan keprofesionalismenya, sehingga tujuan dari pada
pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik. Keberadaan supervisi dalam
pelaksanaanya bukan mengkritik keberadaan guru, dan mencari kesalahan guru.
Namun lebih dari itu keberadaan supervisi adalah untuk menilai program kerja,
memeriksa dan mengawasi terhadap jalanya pendidikan sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan baik.
Dalam konteks manajemen pendidikan, supervisi menghendaki adanya pengontrolan
yang bersifat kontinyu sehingga manajemen dengan unsur-unsurnya (man/manusia,
money/uang, material/material, machine/mesin, method/metode,
market/pasar) dapat terkontrol dan diawasi dengan baik. Dan pengawasan terhadap
sistem manajemen dalam pendidikan akan mempengaruhi terhadap peningkatan mutu
di lembaga pendidikan.
Manajemen pendidikan di Indonesia masih langka dan tabu karena
beberapa tanggapan bahwa pendidikan bukan produk yang diperjualbelikan. Padahal
dalam sejarah yang panjang pemasaran sebuah lembaga pendidikan telah diakui dan
dikembangkan. Menurut Motik ada tiga evolusi (perkembangan yang lambat)
pemasaran yang dihubungkan dengan penerimaan siswa.
1.
Pemasaran
tidak diperlukan; adanya anggapan bahwa lembaga pendidikan adalah badan sosial
sehingga tidak memerlukan pemasaran, dan nyatanya malah sebaliknya.
2.
Pemasaran
adalah segmentasi (cara perkembangbiakan suatu organisasi) dari riset
pemasaran; perlunya manajemen yang baik pada penerimaan siswa untuk
mempromosikan/memasarkan lembaga, sehingga darinya pula orangtua dapat
memutuskan/menyeleksi lembaga yang relevan.
3.
Perencanaan
strategis; adanya kesadaran lembaga pindidikan mengenai bagaimana perubahan
eksternal telah mengubah citra, posisi, program yang mencakup kemampuan menarik
siswa dan pelayanan, mengingat turunnya minat siswa bukan hanya pada banyaknya
persaingan, namun juga ekonomi, demografi, cepat dapat pekerjaan dan lain-lain.
Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi
empat tahap yaitu: (1) penelitian, (2) perencanaan, (3) pelaksanaa, (4) dan
penilaian. Pelaksanaan proses manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
menjadi tanggung jawab pimpinan lembaga kependidikan. Sebagai manajer, pimpinan
sekolah harus merencanakan, mengorganisasikan, memimpin/mengarahkan, dan
mengawasi pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, pengaruh positif yang diinginkan
dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah tergugahnya minat masyarakat
untuk membantu dan mendukung program-program sekolah yang telah ditetapkan
bersama, sehingga peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai.
Dari hal tersebut, maka keberadaan supervisi dalam pendidikan
adalah untuk mengontrol terhadap program yang telah ditata /manajemen dalam
suatu sistem di lembaga pendidikan pada saat sekarang. Dengan adanya
pengontrolan dan pengawasan oleh supervisor, maka tenaga pendidik atau teknisi
lebih bertanggung jawab, sehingga peningkatan mutu dalam pendidikan dapat
tercapai secara efektif dan efesien.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Supervisi
pendidikan berarti mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain degan maksud untuk mengadakan
perbaikan. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut serangkaian usaha pemberian
bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh
supervisor guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Ruang
lingkup supervisi, tujuan supervisi pendidikan, prinsip Supervisi Pendidikan,
fungsi utama supervisi pendidikan, sasaran supervisi.
2.
Tinjauan
supervisi secara historis: Supervisi masa awal, masa abad 18, abad 19,
supervisi ilmiah, supervisi zaman sekarang (modern) dan kecenderungan supervisi
masa depan.
3.
Dalam konteks manajemen pendidikan, supervisi
menghendaki adanya pengontrolan yang bersifat kontinyu sehingga manajemen
dengan unsur-unsurnya (man/manusia, money/uang, material/material,
machine/mesin, method/metode, market/pasar) dapat terkontrol dan diawasi dengan
baik. Dan pengawasan terhadap sistem manajemen dalam pendidikan akan
mempengaruhi terhadap peningkatan mutu di lembaga pendidikan.
B.
Kritik
dan Saran
Dalam makalah ini tentunya banyak kesalahan dan kekurangan, baik
dalam segi penulisan dan pemilihan kata-kata. Maka pemakalah sebagai manusia
biasa meminta kepada para pembaca agar tidak segan-segan memberikan kritik dan
saran yang tentunya bisa menambah kemajuan pemakalah dalam hal menuntut ilmu
pengetahuan demi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia. Semoga makalah ini
menambah wawasan para pembaca dan juga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR RUJUKAN
Daryanto,
Administrasi Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998
Makawimbang, H. Jerry, Supervisi dan Peningkatan Mutu
Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan,
Jakarta: Gaung Persada, 2009
Sahertian, A. Piet, Dasar-Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan,
Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000
Subrota,
Suryo, Manajemen Pendidikan Di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
http:// Chenly
Waworuntu.Blogspot.com/2011/04/01/Pola-Supervisi-Pendidikan- Sejarah-Perkembangan-Supervisi.htm,
[1] Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 39
[2] Mukhtar dan
Iskandar, Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 43
[3] Mukhtar dan
Iskandar, Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 40
[4] Suryo Subrota,
Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 125
[5] Daryanto, Administrasi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 110
[6] Mukhtar dan
Iskandar, Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 42
[7] Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
[8] Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 46
[9] Jerry H.
Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2011), hlm. 75-76.
[10] Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 77
[11] Piet A. Sahertian, Dasar-Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta
: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 21.
[12] http://kk-blog-02.blogspot.co.id/2011/05/sejarah-dan-perkembangan-supervisi.html,
diakses 28 Februari 2016
[13] http://kk-blog-02.blogspot.co.id/2011/05/sejarah-dan-perkembangan-supervisi.html,
diakses 28 Februari 2016
[14] http:// Chenly
Waworuntu.Blogspot.com/2011/04/01/Pola-Supervisi-Pendidikan-
Sejarah-Perkembangan-Supervisi.htm, diakses 28 Februari 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar