Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Sabtu, 19 November 2016

MAKALAH SUPERVISI DALAM KONTEKS MANAJEMEN



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Perkembangan pendidikan sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia pada umumnya, manusia sebagai suatu objek dan subjek dalam pendidikan harus memiliki rasa tanggung jawab dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Arus globalisasi dan informasi memberikan pengaruh yang cukup besar pada tatanan kehidupan, sehingga pada kenyataanya dapat menyentuh pada dunia pendidikan, perkembangan tersebut tidak dapat dibendung lagi oleh manusia karena hal itu merupakan hukum kausalitas, dengan demikian dunia pendidikan harus mampu menjawab semua tantangan dan permasalahan yang ada, seiring dengan tuntutan global.
Proses pendidikan bukan hanya interaksi dan pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik semata, namun idealisme dan tujuan pendidikan selalu mengakar dimana pendidikan harus mampu menjawab semua problematika kehidupan yang cukup krusial dalam realitas kehidupan. Peningkatan mutu dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk selalu ditingkatkan, sehingga dunia pendidikan tetap eksis sebagai humanisme bagi kemaslahatan manusia untuk memberikan problem solving bagi permasalahan yang dihadapi oleh manusia.
Dengan demikian maka pendidikan perlu di rekonstruksi ulang pada semua system di dalamnya, tidak menutup kemungkinan pendidikan harus lebih ketat untuk melakukan evalusi pada semua elemen didalamnya, menggontrol pada teknik kerja yang kemudian dalam dunia pendidikan dikenal dengan supervisi pendidikan.
Supervisi memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan dan pegembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi, dewasa ini telah dipelajari secara ilmiah. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk organisasi tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervisi. Istilah supervisi dahulu banyak digunakan untuk kegiatan yang serupa dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilaian. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupakan bagian dari proses administrasi.[1] Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program.
Pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan. Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional.
Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan Islam sebagaimana konsentrasi pembahasan pada mata kuliah ini dan juga pembahasan yang dikupas didalamnya, sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Dan dengan adanya mata kuliah supervisi pendidikan Islam pada institusi yang bergerak dalan bidang pendidikan akan lebih menunjang para mahasiswa untuk mengetahui bagaimana mengawasi atau mensupervisi pada pendidikan yang baik.
Untuk itu pengetahuan supervisi sangat diperlukan bagi calon-calon pendidik agar semua rangkaian kegiatan  di dalam kelas bisa mencapai tujuan yang baik. Terlebih sebagai kepala sekolah dan calon pengawas sekolah yang harus benar-benar memahami dan mengerti agar dapat memanajemen sistem yang ada didalam sekolah dengan baik sehingga visi misi sekolah bisa diwujudkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kita sebagai calon pengawas sekolah selayaknya mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar supervisi pendidikan dan tinjauan secara historis dalam konteks manajemen.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa konsep dasar supervisi pendidikan?
2.    Bagaimana tinjauan supervisi secara historis?
3.    Bagaimana supervisi dalam konteks manajemen?

C.  Tujuan Pembahasan
1.    Mengetahui konsep dasar supervisi pendidikan.
2.    Memahami tinjauan supervisi secara historis.
3.    Memahami supervisi dalam konteks manajemen.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
1.    Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi berasal dari kata “super” artinya lebih atau atas, dan “vision” artinya melihat atau meninjau. Secara etimologis supervisi artinya melihat atau meninjau yang dilakukan oleh atasan terhadap pelaksanaan bawahannya.[2] Dengan pengertian itulah maka supervisi dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Secara umum, istilah supervisi berarti mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan. Konsep supervisi didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang juga bertindak sebagai stimulator, pembimbing, dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka upaya perbaikan.[3]
Menurut Suryo Subrota, supervisi atau pengawasan mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.[4]
Menurut Daryanto, supervisi merupakan suatu usaha menstimulasi, mengoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru sekolah baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.[5]
Menurut Sergiovani dalam Made Pidarta yang dikutip oleh Mukhtar dan Iskandar, supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang tergantung secara langsung kepada para personalia yang lain untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.[6]
Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.[7]
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru lebih menekankan pada pembinaan guru, yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
2.    Ruang Lingkup Supervisi
Ruang lingkup supervisi Pendidikan merupakan seluruh aspek kemampuan yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan suatu sekolah.[8] Menurut Sarwoto (1985)  secara teoritis ada dua aspek, yaitu:
a.    Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan, kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerjasama, dan watak;
b.    Aspek kegiatannya, seperti cara kerja (cara mengajar), metode pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
Pada hakikatnya ruang lingkup supervisi suatu sekolah meliputi :
a.    Supervisi di bidang kurikulum
b.    Supervisi di bidang kesiswaan
c.    Supervisi di bidang kepegawaian
d.   Supervisi di bidang sarana dan prasarana
e.    Supervisi di bidang keuangan
f.     Supervisi di bidang humas
g.    Supervisi di bidang ketatausahaan.
3.    Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan, yaitu:[9]
a.    Meningkatkan mutu kinerja guru
1)   Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.
2)   Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
3)   Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
4)   Mengingkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
5)   Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
6)   Menyediakan sebuah sistem yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
7)   Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
b.    Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.
c.    Meningkatkan keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan peserta didik.
d.   Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya peserta didik dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
e.    Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menujukkan keberhasilan lulusan.
4.    Prinsip Supervisi Pendidikan
Menurut Tahelele dan Indrafachrudi sebagaimana dikutip oleh Jerry H. Makawimbang, prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut:[10]
a.    Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
b.    Supervisi harus kreatif dan konstruktif.
c.    Supervisi harus scientific dan efektif.
d.   Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru.
e.    Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
f.     Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mnegadakan self evaluation.
5.    Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi utama supervisi pendidikan di tujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Ada bermacam-macam tanggapan tentang supervisi pendidikan sesuai dengan definisi yang telah dikemukakan:[11]
a.    Franseth Jane maupun Ayer mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan.
b.    Burton dan Bruckner, fungsi utama supervisi modern adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik.
c.    Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru.
d.   Kimball Wiles bahwa fungsi dasar supervisi adalah memperbaiki situasi beljar-mengajar di sekolah dapat di perbaiki bila supervisor atau pemimpin pendidikan memiliki ketrampilan.
e.    Swearingen,  Ia mengungkapkan terdapat 8 (delapan) hal yang menjadi fungsi supervisi pendidikan yakni:
1)   Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2)   Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3)   Memperluas pengalaman guru-guru
4)   Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
5)   Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
6)   Menganalisis situasi belajar-mengajar
7)   Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf
8)   Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam meremuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.

6.     Sasaran Supervisi Pendidikan
Objek kajian supervisi ialah perbaikan situasi belajar mengajar. Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut adalah  peningkatan kemampuan profesional guru, diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi :
1)   Supervisi Akademik, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
2)   Supervisi Administrasi/Manajerial, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
3)   Supervisi Lembaga, Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudskan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.

B.       Tinjauan Historis Supervisi Pendidikan
1.    Supervisi pada masa-masa awal
Proses pendidikan di dunia ini sudah lama berlangsung. Sebenarnya pendidikan itu sudah ada sejak manusia itu ada. Pada zaman Yunani kuno sistem pendidikan yang sifatnya sistematis seperti sekarang belum ada, yang ada ialah pendidikan yang bersifat individual. Nampaknya inisiatif untuk belajar timbul dari individu-individu yang ingin mengetahui sesuatu.
Pendidikan mendapat perhatian yang sangat penting pada zaman Sparta. Pemerintah pada waktu itu sudah menyadari akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan bertugas mengembangkan, mempertahankan, dan melindungi Negara. Menyadari akan pentingnya pendidikan timbullah supervisor yang disebut Paidonomous. Pada zaman Athena pendidikan lebih maju dan lebih dihargai dari pada zaman-zaman sebelumnya. Perhatian dicurahkan pada pengembangan profesi dan spesialis.
Pada zaman pertengahan disamping sekolah Grammar dan Sekolah Catechimus (agama) didirikan pula Sekolah Membaca dan menulis tingkat dasar. Pada zaman ini supervisi diberikan kepada sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan dan guru-guru sebagai pelaksanaan pendidikan. Ada dua macam supervisi pada zaman pertengahan, yaitu supervisi dari pihak negara dan supervisi dari pihak agama.[12]
Pada abad-17 mula-mula banyak pengusaha kota yang menolak kehadiran supervisor. Perkembangan selanjutnya ialah hanya kepala-kepala sekolah yang sudah senior/professional saja yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan supervisi. Tetapi dengan besarnya pendirian sekolah-sekolah baru pada abad ke-19, para supervisor dan kepala sekolah yang senior/professional ini tidak dapat melakukan tugas terhadap begitu banyak sekolah. Akhirnya supervisi diserahkan kepada kepala-kepala sekolah namun tugas utama mereka tetap mengurusi ketatausahaan dan menegakan disiplin, sedangkan supervisi adalah sebagai tugas terakhir.
2.    Supervisi pada abad ke-18
Supervisi pada abad ke-18 dilakukan oleh panitia kantor atau panitia sekolah atau anggota-anggota badan pendidikan. Mereka ini diangkat karena kemahiran-kemahiranya akan metode-metode mengajar. Pada waktu-waktu tertentu mereka datang berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar. Mereka melakukan inspeksi ke sekolah-sekolah, karena itu muncul istilah inspektur bagi mereka. Tugas mereka adalah untuk megetahui sampai di mana kepandaian guru-guru itu mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang dibuat oleh para guru.[13]
Tugas supervisor adalah mengontrol sekolah apakah sekolah itu sudah melaksanakan aturan dan standar itu atau belum. Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan bagaimana memperbaiki diri.
Kontrol pendidikan seperti ini juga dirasakan di Indonesia di abad itu. Para guru umumnya merasa takut bila didatangi supervisor yang lebih dikenal sebagai kontroler. Mereka sering datang tiba-tiba, dengan tidak memberitahukan terlebih dahulu. Kontrol seperti ini dapat membuat sekolah berdisiplin tinggi, tetapi kreativitas guru-guru atau sekolah cenderung mati.
3.    Supervisi pada abad ke-19
Pada abad ke-19 kedudukan Pengawas sekolah sudah meningkat. Mereka secara resmi dikatakan supervisor sekolah. Mereka pada umumnya adalah para pegawai kantor pengawas pendidikan, yang di Indonesia dapat disamakan dengan Kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, baik di tingkat Provinsi, Kabupaten maupun Kecamatan. Hal ini disebabkan karena mereka kini sudah berkembang menjadi orang-orang professional. Dengan demikian supervisi pada abad ke-19 sudah bersifat professional.
Tugas para supervisor pada abad ini tidak lagi hanya mengontrol dan mencatat kesalahan guru, tidak lagi bersifat otokrasi, melainkan berangsur-angsur memperhatikan individualitas guru, kewajiban supervisor semakin meluas. Kini tugas mereka adalah memperbaiki proses pendidikan, menunjukkan kepada guru bagaimana mengajar dengan baik, membimbing guru serta memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat dan berdiskusi. Guru-guru yang memiliki kemampuan kurang dan guru-guru yang baru selesai study dibantu lewat penataran. Dalam hal ini supervisor bertindak sebagai penyelenggara, sedangkan menatar dilakukan oleh orang-orang yang lebih ahli (spesialis-spesialis).
Supervisi pada abad ke-19 sudah dipandang penting bagi kemajuan pengajaran. Oleh sebab itu supervisor lebih diatas tingkatannya dari kepalah sekolah. Kedudukan supervisor lebih ditonjolkan karena kewajibannya dipandang lebih utama dari pada kewajiban kepala sekolah yaitu memperbaiki, mempertahankan, dan mengawasi proses pendidikan. Namun demikian keduanya baik supervisor ataupun kepala sekolah melaksanakan fungsi supervisi. Tetapi supervisi dari kepala sekolah tidak begitu lancar disebabkan oleh tugas-tugas ketatausahaan sekolah. Pada abad ini supervisor-supervisor spesialis sudah mulai dikembangkan seperti ahli dalam bidang kurikulum, ahli dalam administrasi, ahli dalam keuangan dan sebagainya. Teknik-teknik supervisi juga mulai dikembangkan dan ditingkatkan, termasuk teknik pembinaan guru yang bersifat manusiawi.
4.    Supervisi Ilmiah
Revolusi teknologi dan revolusi industri yang terjadi pada abad 18 dan 19 membuat perubahan pada dunia produksi, perdagangan, manajemen, dan juga di dunia pendidikan. Pada tahun 1911 Fredrick Tylor yang di pandang sebagai bapak manajemen ilmiah menerbitkan buku yang berjudul “Principle Of Scientific Management” prinsip-prinsip manajemen tersebut adalah:[14]
a.    Setiap elemen kerja para petugas harus dilakukan secara ilmiah
b.    Seleksi dan latihan petugas harus dilakukan secara ilmiah
c.    Kerja sama manajemen dengan pekerja mengikuti metode ilmiah
d.   Ada kesamaan antara manajer dan pekerja.
Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami bahwa manajemen ilmiah menghendaki tiap pekerja mengerjakan sesuatu yag sudah ditentukan dengan jelas dan dengan cara yang sudah dipahami secara jelas pula. Sejalan dengan prinsip manajemen ilmiah tersebut di atas Max Weber mengembangkan struktur organisasi yang dia sebut birokrasi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a.    Spesialisasi
b.    Orientasi Imperonal
c.    Hirarki Otoritas
d.   Peraturan-peraturan
e.    Orientasi prestasi kerja.
Organisasi pendidikan pada waktu itu diwarnai oleh prinsip-prinsip tersebut. Sekolah-sekolah membuat peraturan-peraturan yang ketat, tugas-tugas dibuat secara mendetail dan sejelas mungkin, komunikasi diatur menurut garis yang sudah di tentukan, kontrol diadakan terhadap cara bekerja dengan prestasi, kerja menurut kriteria tertentu dan hubungan atasan dengan bawahan menjadi fomal. Supervisi sebagai sub system pendidikan sudah tentu mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Dalam hal ini tugas supervisi dikhususkan pada pembinaan guru-guru. Supervisor berpegang pada tujuan sekolah, koordinasi, metode belajar, kualifikasi guru dengan segala aktivitasnya yang sudah ditentukan kualitasnya secara jelas. Sebelum muncul manajemen ilmiah tidak ada ketentuan yang pasti atau patokan yang bisa dipakai pegangan oleh para supervisor. Kini mereka mengontrol segala aktivitas yang dilakukan oleh guru-guru, mencocokan dengan jadwal kerja, metode mengajar, kepribadian dengan peraturan yang sudah digariskan. Mencocokan prestasi kerja atau hasil belajar para siswa dengan standar prestasi yang sudah di sediakan. Serta memberi insentif kepada guru-guru yang berprestasi.
5.    Supervisi pada zaman sekarang
Supervisi zaman sekarang atau supervisi  modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik, yang dilakukan dengan metode intelegensi praktis yang bersifat demokratis. Supervisi dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara menyamakan prinsip-prinsip yang dipakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip materi dengan baik secara vertical maupun secara horizontal.
Karakteristik supervisi modern dikatakan sebagai berikut:
a.    Pertama, dinamis ialah supervisi yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya. Suatu supervisi yang tidak hanya mengamati, mengontrol, mengeritik dan menilai saja tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Supervisi seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar mengajar memberi hasil yang baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitoring guru-guru agar tidak sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan membimbing.
b.    Kedua, demokratis mencerminkan dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan memegang peranan kepemimpinan. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya memperbaiki kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar guru-guru sedikit mungkin berbuat salah. Hal ini dilakukan dengan bermacam-macam cara sesuai problem yang dihadapi, itulah sebabnya mengapa supervisor itu perlu aktif, kreatif dan berinisiatif. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, supervisor perlu mengerti atau memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian yang unik. Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinanya. Pemahaman terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam aksinya mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan tersendiri sesuai keunikan mereka masing-masing. Supervisi secara demokratis tersebut di atas tidak mudah dipraktekkan. Dalam pertemuan-pertemuan pendidikan antara atasan sebagai supervisor dengan bawahan di Indonesia sangat langkah dijumpai proses demokrasi. Pada umumnya kelompok masih didominasi oleh pemimpin.
c.    Ketiga, komprehensif ialah supervisi yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas yang mencangkup beberapa sekolah untuk wilayah tertentu. Bentuk dan isi supervisi untuk tingkat-tingkat sekolah itu tidak boleh berbeda-beda. Kesamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum tersebut. Cukup sulit bagi siswa kalau ia sudah biasa belajar dengan cara bervariasi beralih ke cara yang monoton misalnya. Itulah sebabnya perlu diusahakan kesamaan metode belajar mengajar dari tingkat sekolah yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi.
6.    Kecenderungan supervisi pada masa mendatang
Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang, yakni meninjau supervisi dari sudut professional guru, dan dari sudut politik negara. Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara.
Kecenderungan-kecenderungan supervisi yang baru dan mungkin akan terus berkembang pada masa akan datang dalam membina para guru disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya akan berubah dengan cepat pula.
Untuk mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru. Supervisi tersebut lebih mememusatkan dari pada pengembangan profesi dan bakat guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan daripada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang baru kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang semakin keras.

C.      Supervisi dalam Konteks Manajemen Pendidikan
Kegiatan supervisi dalam pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara global yang objek sasarannya adalah guru, keberadaan guru dalam lembaga pendidikan menempatkan posisi sentral dalam meningkatkan mutu pendidikan ke depan. Namun, keberadaan guru dilembaga pendidikan dipandang perlu untuk meningkatkan keprofesionalismenya, sehingga tujuan dari pada pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik. Keberadaan supervisi dalam pelaksanaanya bukan mengkritik keberadaan guru, dan mencari kesalahan guru. Namun lebih dari itu keberadaan supervisi adalah untuk menilai program kerja, memeriksa dan mengawasi terhadap jalanya pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Dalam konteks manajemen pendidikan, supervisi menghendaki adanya pengontrolan yang bersifat kontinyu sehingga manajemen dengan unsur-unsurnya (man/manusia, money/uang, material/material, machine/mesin, method/metode, market/pasar) dapat terkontrol dan diawasi dengan baik. Dan pengawasan terhadap sistem manajemen dalam pendidikan akan mempengaruhi terhadap peningkatan mutu di lembaga pendidikan.
Manajemen pendidikan di Indonesia masih langka dan tabu karena beberapa tanggapan bahwa pendidikan bukan produk yang diperjualbelikan. Padahal dalam sejarah yang panjang pemasaran sebuah lembaga pendidikan telah diakui dan dikembangkan. Menurut Motik ada tiga evolusi (perkembangan yang lambat) pemasaran yang dihubungkan dengan penerimaan siswa.
1.    Pemasaran tidak diperlukan; adanya anggapan bahwa lembaga pendidikan adalah badan sosial sehingga tidak memerlukan pemasaran, dan nyatanya malah sebaliknya.
2.    Pemasaran adalah segmentasi (cara perkembangbiakan suatu organisasi) dari riset pemasaran; perlunya manajemen yang baik pada penerimaan siswa untuk mempromosikan/memasarkan lembaga, sehingga darinya pula orangtua dapat memutuskan/menyeleksi lembaga yang relevan.
3.    Perencanaan strategis; adanya kesadaran lembaga pindidikan mengenai bagaimana perubahan eksternal telah mengubah citra, posisi, program yang mencakup kemampuan menarik siswa dan pelayanan, mengingat turunnya minat siswa bukan hanya pada banyaknya persaingan, namun juga ekonomi, demografi, cepat dapat pekerjaan dan lain-lain.
Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi empat tahap yaitu: (1) penelitian, (2) perencanaan, (3) pelaksanaa, (4) dan penilaian. Pelaksanaan proses manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi tanggung jawab pimpinan lembaga kependidikan. Sebagai manajer, pimpinan sekolah harus merencanakan, mengorganisasikan, memimpin/mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, pengaruh positif yang diinginkan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah tergugahnya minat masyarakat untuk membantu dan mendukung program-program sekolah yang telah ditetapkan bersama, sehingga peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai.
Dari hal tersebut, maka keberadaan supervisi dalam pendidikan adalah untuk mengontrol terhadap program yang telah ditata /manajemen dalam suatu sistem di lembaga pendidikan pada saat sekarang. Dengan adanya pengontrolan dan pengawasan oleh supervisor, maka tenaga pendidik atau teknisi lebih bertanggung jawab, sehingga peningkatan mutu dalam pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Supervisi pendidikan berarti mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain degan maksud untuk mengadakan perbaikan. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Ruang lingkup supervisi, tujuan supervisi pendidikan, prinsip Supervisi Pendidikan, fungsi utama supervisi pendidikan, sasaran supervisi.
2.    Tinjauan supervisi secara historis: Supervisi masa awal, masa abad 18, abad 19, supervisi ilmiah, supervisi zaman sekarang (modern) dan kecenderungan supervisi masa depan.
3.     Dalam konteks manajemen pendidikan, supervisi menghendaki adanya pengontrolan yang bersifat kontinyu sehingga manajemen dengan unsur-unsurnya (man/manusia, money/uang, material/material, machine/mesin, method/metode, market/pasar) dapat terkontrol dan diawasi dengan baik. Dan pengawasan terhadap sistem manajemen dalam pendidikan akan mempengaruhi terhadap peningkatan mutu di lembaga pendidikan.

B.  Kritik dan Saran
Dalam makalah ini tentunya banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam segi penulisan dan pemilihan kata-kata. Maka pemakalah sebagai manusia biasa meminta kepada para pembaca agar tidak segan-segan memberikan kritik dan saran yang tentunya bisa menambah kemajuan pemakalah dalam hal menuntut ilmu pengetahuan demi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia. Semoga makalah ini menambah wawasan para pembaca dan juga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR RUJUKAN

Daryanto,  Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998

Makawimbang, H. Jerry, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011

Mukhtar dan Iskandar,  Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2009

Sahertian, A. Piet, Dasar-Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000

Subrota,  Suryo, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

http:// Chenly Waworuntu.Blogspot.com/2011/04/01/Pola-Supervisi-Pendidikan- Sejarah-Perkembangan-Supervisi.htm,




[1] Mukhtar dan Iskandar,  Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 39
[2] Mukhtar dan Iskandar,  Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 43
[3] Mukhtar dan Iskandar,  Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm. 40
[4] Suryo Subrota, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 125
[5] Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 110
[6] Mukhtar dan Iskandar,  Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009),  hlm. 42
[7] Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
[8] Mukhtar dan Iskandar,  Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009),  hlm. 46

[9] Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 75-76.
[10] Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 77
[11] Piet A. Sahertian, Dasar-Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 21.
[14] http:// Chenly Waworuntu.Blogspot.com/2011/04/01/Pola-Supervisi-Pendidikan- Sejarah-Perkembangan-Supervisi.htm, diakses 28 Februari 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar