Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Rabu, 09 November 2016

MAKALAH SEJARAH BK



SEJARAH PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.      PENDAHULUAN
  1. Latar belakang         
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat  Yunani Kuno. Mereka menekankan upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan.
Plato dipandang sebagai konselor Yunani Kuno Karena dia menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis,(I Imron Fauzi, 2008).[1]
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukan bahwa manusia didalam kehidupannya selalu menghadpi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian serterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sangup mengtasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal didnya sendiri, mereka akan bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal dirinya, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.[2]
Pada kenyataanya bimbingan dan konseling juga diperlukan, baik oleh masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern.
Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin bahwa, bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.[3]  Bila kita telusuri, bimbingan dan penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dan sebagainya.
Para ahli inilah yang memelopori bergeloranya bimbingan dan penyuluhan sehingga masalah ini bekembang dengan pesatnya. Secara singkat, bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Persons mendirikan suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian vocational guidance, yang meliputi vovational choise, vocational placement, dan vocational training untuk memperoleh efisiensi dalam pekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah vocational guidance  dimasukan dalam kurikulum sekolah.[4] Dengan langkah ini, dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat perhatian yang begitu jauh oleh Frank Persons. Pada tahun 1909, Frans Parsons mengeluarkan buku yang mengupas pemilihan jabatan, dan pemilihan jabatan ini kelak menjadi salah satu aspek yang penting dalam bimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah di Cental High School di Detroit, mulai pula bergerak dalam bidang ini, baik mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun dalam bidang pemilihan jabatan. Pada tahun 1910-1916, dia memberikan kuliah mengenai bimbingan dan konseling. Kegiatan serupa dilakukan dilakukan pula oleh Eli Wever di New York, John Brewer di Universitas Harvard. Itulah sebabnya, keduanya dipandang sebagai perintis dalam bidang bimbingan dan konseling.
Maksud yang terkandung seperti yang dikemukakan oleh Frank Persons itu tetap ada di Indonesia. Sebagai suatu contoh adalah Balai Latihan Kerja (BLK). Hal tersebut menggambarkan adanya tempat untuk melatih para pencari kerja. Balai Latihan Keerja kiranya tidak jauh berbeda dari apa yang dimaksud oleh Frank Persons sebagai vocational training.
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang berlangsung di Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi dari pemerintah ( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah-sekolah, telah membuat bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.  
Untuk mengetahui lebih jauh Bimbingan dan Konseling sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan terlebih dahulu kita mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling dari masa ke masa, hingga perkembangannya di Indonesia. Sebagaimana isi makalah yang akan disampaikan oleh pemakalah.
2.      Rumusan Masalah
a.      Bagaimana sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling secara umum?
b.       Bagaimana Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia?
3.      Tujuan Pembahasan
a.       Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling secara umum
b.       Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
B.       PEMBAHASAN
  1. Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling secara umum
Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin bahwa, bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.[5]  Bila kita telusuri, bimbingan dan penyuluhan itu mulai timbul sekitar akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dan sebagainya.
Para ahli inilah yang memelopori bergeloranya bimbingan dan penyuluhan sehingga masalah ini bekembang dengan pesatnya. Secara singkat, bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Persons mendirikan suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian vocational guidance, yang meliputi vocational choise,vocational placement, dan vocational training untuk memperoleh efisiensi dalam pekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah vocational guidance  dimasukan dalam kurikulum sekolah.[6] Dengan langkah ini, dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat perhatian yang begitu jauh oleh Frank Persons. Pada tahun 1909, Frans Parsons mengeluarkan buku yang mengupas pemilihan jabatan, dan pemilihan jabatan ini kelak menjadi salah satu aspek yang penting dalam bimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah di Cental High School di Detroit, mulai pula bergerak dalam bidang ini, baik mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun dalam bidang pemilihan jabatan. Pada tahun 1910-1916, dia memberikan kuliah mengenai bimbingan dan konseling. Kegiatan serupa dilakukan dilakukan pula oleh Eli Wever di New York, John Brewer di Universitas Harvard. Itulah sebabnya, keduanya dipandang sebagai perintis dalam bidang bimbingan dan konseling. Pada tahun 1913 didirikanlah salah satu perhimpunan diantara para pembimbing.
Uraian mengenai sejarah perkembangan bimbingan dan konseling ini lebih spesifik diungkap pula oleh Imron Fauzi (2008). Dia menyebutkan bahwa gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun1898, Jesse B.Davis, seorang konselor di Detroit, mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907, dia memasukan program bimbingan di sekolah tersebut.[7]
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkanprogram bimbingan ini di antaranya; Eli Weaper, Feans Parsons, E.G.Will Amson, Carlr Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku “memilih satu karier” dan membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New York City.  Komite ini bekerja aktif membantu anak-anak muda menemukan kemampuan dan belajar cara menggunakan telante mereka untuk memastikan pekerjaan paling tepat di masa depan.[8]
Frans Parsons dikenal sebagai “Father of the guidance movement in America Education” Dia mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Bosto Massachussets, yang bertujuan membantu siswa dalam memilih karir yang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai konselor.
Program bimbingan yang terorganisasikan mulai munculan dengan frekuensi tinggi di jenjang SMP sejak tahun 1920-an, dan lebih intensif lagi di jenjang SMA dengan pengangkatan guru BK yang khusus dipisahkan untuk siswa laki –laki dan siswa perempuan. Titik inilah era dimulainya pemfungsian disiplin, kelengkapan daftar hadir selama satu tahun ajaran dan tanggung jawab administrtif lainnya.

  1. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indoneia.
Seperti telah di kemukakan oleh Bimo Walgito bahwa bimbingan sebagai ilmu merupakan suat hal yang masih baru, apalagi di Indonesia. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa masalah bimbingan dan konseling di Indonesia itu belum ada sama sekali karena masalah bimbingan itu telah lama di kenal di Indonesia. Hanyak saja, bimbingan dan konseling yang kita hadapi sekarang ini berbeda dalam segi pendekatannya.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus1945, dan adanya beberapa kementerian pada waktu itu, di Indonesia mulai didirikan Kantor Penempatan Tenaga Kerja. Ini menunjukan adanya suatu usaha untuk menempatkan orang-orang yang ingin bekerja – yang sebenarnya disesuaikan dengan kemampuannya – dan ini apabila kita lihat lebih jauh, pada prinsipnya, seperti vocational bureau yang didirikan oleh Frans Parsons di Boston, yaitu menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, apakah yang dijalankan itu sudah sesuai dengan prinsip tersebut, yaitu penempatan orang yang sesuai dengan kemampuannya? Hal ini di luar dari kemampuan penulis untuk membeberkannya.
Sekalipun demikian, apa yang dikemukakan oleh Frank Parsons tetap berjalan di Indonesia. Sebagai suatu contoh adalah Balai Latihan Kerja (BLH). Hal tersebut menggambarkan adanya tempat untuk melatih para pencari kerja. Balai latihan kerja kiranya tidak jauh berbeda dari apa yang dimaksud oleh Frank Parsons sebagai vocational training.[9]
 Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang berlangsung di Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi dari pemerintah ( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah-sekolah, telah membuat bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.[10]
Selain itu, diadakannya diadakannya bermacam-macam latihan jabatan oleh yang berwenang pun menunjukan bahwa masalah bimbingan dan penyuluhan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam sekolah maupin dalam masyarakat yang luas, misalnya ketentaraan, institusi-institusi kesejahteraan sosial dalam industri-industri, dan sebagainya.
Dalam uraian lebih terperinci, Muchlis (2008), walaupun terdapat kesamaan pandnagn dengan paparan yang dilakukan walgito(1989), menyatakan bahwa sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali dari dimasukannya bimbingan dan konseling (dahulunya bimbingan dan penyuluhan) pada setting sekolah. Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP,yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960 menghasikan keputusan untuk memasukkan bimbngan dan penyuluhan kedalam kurikulum FKIP.
 Pada perkembangan berikutnya, pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun1971, berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan(PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta,IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini, bimbingan dan penyuluhan dikembangkan, dan berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk sekolah menengah atas pun memebuat pedoman bimbingan dan penyuluhan.
Tahun 1978, deselenggarakan program PGLSP dan PGSLA bimbingan dan penyuluhan di IKIP (setinggat D2 atau D3) Untuk mengisi jabatan guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 jusan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan bimbingan dan penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi, pelaksanaannya di sekolah masih belum mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Sampai tahun 1993, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas. Apalagi pengguna, terutama orang tua siswa, berpandangan keliru tentang BP. Muncul anggapan bahwa anak yang dipanggil BP identik dengan anak yang nakal atau bermasalah, dan kalo orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP, dibenak oarang tua tersebut berpikir bahwa anaknya bermasalah disekolah.
Pada tahun 1993, lahirlah SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang didalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di dalam SK Mendikbud ini, istilah bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi bimbingan dan konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh guru pembimbing. Di sinilah, pola pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mulai jelas.

C.      PENUTUP
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam dunia pendidikan  diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan itu sendiri, sehingga segala bentuk tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien, terutama bagi guru sebagai konselor baik untuk guru mata pelajaran umum maupun guru agama pada umumnya dan khususnya guru Pendidikan Agama Islam. Karena kedua kelompok guru tersebut dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya tidak bisa terlepas dari segala bentuk masalah yang dihadapi. Disinilah Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan oleh guru agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa di sekolah.




DAFTAR RUJUKAN


Walgito, Bimo,. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier, CV.Andy Offset.Yogyakarta. 2010.
Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling, CV. Pustaka Setia. Bandung, 2010.
Robert L. Gibson,  Maranne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling Edisi ketuju. Edisi Indonesia. Diterjemahkan oleh Pustaka Pelajar, Cetakan 1, januari  2011.
Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Cetakan Kedua. 2002. PT. RenikaCipta.Jakarta




[1] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[2] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi&Karier. CV. Andy Offset . 2010. Yogyakarta.hlm.10
[3] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[4] Anas Salahudin, 2010.
[5] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[6] Anas Salahudin, 2010.
[7]Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 29
[8] Robert L. Gibson dan Mariane H. Mitchell. 2011. Imbingan dan Konseling, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.hlm: 12
[9] Bimo Walgito: 2010. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier.  CV.Andy Offset. Yogyakarta. Hlm: 17
[10] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. hlm. 30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar