SEJARAH
PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama
dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu
dapat ditelusuri dari masyarakat Yunani
Kuno. Mereka menekankan upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu
melalui pendidikan.
Plato dipandang sebagai konselor Yunani Kuno Karena
dia menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis
individu, seperti menyangkut isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam
masyarakat dan teologis,(I Imron Fauzi, 2008).[1]
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukan bahwa manusia didalam
kehidupannya selalu menghadpi persoalan-persoalan yang silih berganti.
Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian
serterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun
kemampuannya. Ada manusia yang sangup mengtasi persoalan tanpa bantuan pihak
lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila
tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan
konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan
sebaik-baiknya. Dengan mengenal didnya sendiri, mereka akan bertindak dengan
tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak
semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan
bantuan orang lain agar dapat mengenal dirinya, lengkap dengan segala kemampuan
yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan
konseling.[2]
Pada kenyataanya bimbingan dan konseling juga
diperlukan, baik oleh masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern.
Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin
bahwa, bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai
bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.[3]
Bila kita telusuri, bimbingan dan
penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula
timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans Parsons,
Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dan sebagainya.
Para ahli inilah yang memelopori bergeloranya
bimbingan dan penyuluhan sehingga masalah ini bekembang dengan pesatnya. Secara
singkat, bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Persons mendirikan
suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja. Dialah yang mengemukakan
istilah atau pengertian vocational guidance, yang meliputi vovational
choise, vocational placement, dan vocational training untuk
memperoleh efisiensi dalam pekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah vocational
guidance dimasukan dalam kurikulum
sekolah.[4]
Dengan langkah ini, dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat
perhatian yang begitu jauh oleh Frank Persons. Pada tahun 1909, Frans Parsons
mengeluarkan buku yang mengupas pemilihan jabatan, dan pemilihan jabatan ini
kelak menjadi salah satu aspek yang penting dalam bimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah
di Cental High School di Detroit, mulai pula bergerak dalam bidang ini, baik
mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun dalam bidang
pemilihan jabatan. Pada tahun 1910-1916, dia memberikan kuliah mengenai
bimbingan dan konseling. Kegiatan serupa dilakukan dilakukan pula oleh Eli
Wever di New York, John Brewer di Universitas Harvard. Itulah sebabnya,
keduanya dipandang sebagai perintis dalam bidang bimbingan dan konseling.
Maksud yang terkandung seperti yang dikemukakan oleh
Frank Persons itu tetap ada di Indonesia. Sebagai suatu contoh adalah Balai
Latihan Kerja (BLK). Hal tersebut menggambarkan adanya tempat untuk melatih para
pencari kerja. Balai Latihan Keerja kiranya tidak jauh berbeda dari apa yang
dimaksud oleh Frank Persons sebagai vocational training.
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia
yang berlangsung di Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan
bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut
menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan konseling
sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi dari
pemerintah ( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan
dan konseling disekolah-sekolah, telah membuat bimbingan dan konseling semakin
maju di lingkungan sekolah.
Untuk mengetahui lebih jauh Bimbingan dan Konseling sebagai
suatu disiplin ilmu pengetahuan terlebih dahulu kita mengetahui bagaimana
Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling dari masa ke masa, hingga
perkembangannya di Indonesia. Sebagaimana isi makalah yang akan disampaikan
oleh pemakalah.
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah perkembangan Bimbingan
dan Konseling secara umum?
b.
Bagaimana Sejarah perkembangan
Bimbingan dan Konseling di Indonesia?
3. Tujuan
Pembahasan
a.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan
Bimbingan dan Konseling secara umum
b.
Untuk
mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
B. PEMBAHASAN
- Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling secara umum
Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin
bahwa, bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai
bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.[5] Bila kita telusuri, bimbingan dan penyuluhan
itu mulai timbul sekitar akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Gerakan ini
mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans
Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dan sebagainya.
Para ahli inilah yang memelopori bergeloranya
bimbingan dan penyuluhan sehingga masalah ini bekembang dengan pesatnya. Secara
singkat, bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Persons mendirikan
suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja. Dialah yang
mengemukakan istilah atau pengertian vocational guidance, yang meliputi vocational
choise,vocational placement, dan vocational training untuk
memperoleh efisiensi dalam pekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah vocational
guidance dimasukan dalam kurikulum
sekolah.[6]
Dengan langkah ini, dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat
perhatian yang begitu jauh oleh Frank Persons. Pada tahun 1909, Frans Parsons
mengeluarkan buku yang mengupas pemilihan jabatan, dan pemilihan jabatan ini
kelak menjadi salah satu aspek yang penting dalam bimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah
di Cental High School di Detroit, mulai pula bergerak dalam bidang ini, baik
mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun dalam bidang
pemilihan jabatan. Pada tahun 1910-1916, dia memberikan kuliah mengenai
bimbingan dan konseling. Kegiatan serupa dilakukan dilakukan pula oleh Eli
Wever di New York, John Brewer di Universitas Harvard. Itulah sebabnya,
keduanya dipandang sebagai perintis dalam bidang bimbingan dan konseling. Pada
tahun 1913 didirikanlah salah satu perhimpunan diantara para pembimbing.
Uraian mengenai sejarah perkembangan bimbingan dan
konseling ini lebih spesifik diungkap pula oleh Imron Fauzi (2008). Dia
menyebutkan bahwa gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang sebagai dampak
dari revolusi industri dan keragaman latar belakang siswa yang masuk
kesekolah-sekolah negeri. Tahun1898, Jesse B.Davis, seorang konselor di
Detroit, mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.
Pada tahun 1907, dia memasukan program bimbingan di sekolah tersebut.[7]
Pada waktu yang sama para ahli yang juga
mengembangkanprogram bimbingan ini di antaranya; Eli Weaper, Feans Parsons,
E.G.Will Amson, Carlr Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku “memilih
satu karier” dan membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di
New York City. Komite ini bekerja aktif
membantu anak-anak muda menemukan kemampuan dan belajar cara menggunakan
telante mereka untuk memastikan pekerjaan paling tepat di masa depan.[8]
Frans Parsons dikenal sebagai “Father of the
guidance movement in America Education” Dia mendirikan biro pekerjaan tahun
1908 di Bosto Massachussets, yang bertujuan membantu siswa dalam memilih karir
yang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk
memberikan pelayanan sebagai konselor.
Program bimbingan yang terorganisasikan mulai munculan
dengan frekuensi tinggi di jenjang SMP sejak tahun 1920-an, dan lebih intensif
lagi di jenjang SMA dengan pengangkatan guru BK yang khusus dipisahkan untuk
siswa laki –laki dan siswa perempuan. Titik inilah era dimulainya pemfungsian
disiplin, kelengkapan daftar hadir selama satu tahun ajaran dan tanggung jawab
administrtif lainnya.
- Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indoneia.
Seperti telah di kemukakan oleh Bimo Walgito bahwa
bimbingan sebagai ilmu merupakan suat hal yang masih baru, apalagi di
Indonesia. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa masalah bimbingan dan konseling
di Indonesia itu belum ada sama sekali karena masalah bimbingan itu telah lama
di kenal di Indonesia. Hanyak saja, bimbingan dan konseling yang kita hadapi
sekarang ini berbeda dalam segi pendekatannya.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus1945, dan adanya beberapa kementerian pada waktu itu, di Indonesia
mulai didirikan Kantor Penempatan Tenaga Kerja. Ini menunjukan adanya suatu
usaha untuk menempatkan orang-orang yang ingin bekerja – yang sebenarnya
disesuaikan dengan kemampuannya – dan ini apabila kita lihat lebih jauh, pada
prinsipnya, seperti vocational bureau yang didirikan oleh Frans Parsons
di Boston, yaitu menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya. Akan tetapi, apakah yang dijalankan itu sudah sesuai dengan
prinsip tersebut, yaitu penempatan orang yang sesuai dengan kemampuannya? Hal
ini di luar dari kemampuan penulis untuk membeberkannya.
Sekalipun demikian, apa yang dikemukakan oleh Frank
Parsons tetap berjalan di Indonesia. Sebagai suatu contoh adalah Balai Latihan
Kerja (BLH). Hal tersebut menggambarkan adanya tempat untuk melatih para
pencari kerja. Balai latihan kerja kiranya tidak jauh berbeda dari apa yang
dimaksud oleh Frank Parsons sebagai vocational training.[9]
Dengan
diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang berlangsung di Malang sejak
tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa bimbingan dan konseling
dimasukan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut menunjukan adanya langkah yang
lebih maju, yaitu bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu dikupas secara
ilmiah. Dengan adanya instruksi dari pemerintah ( Departemen Pendidikan dan
kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah-sekolah, telah
membuat bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.[10]
Selain itu, diadakannya diadakannya bermacam-macam
latihan jabatan oleh yang berwenang pun menunjukan bahwa masalah bimbingan dan
penyuluhan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam sekolah
maupin dalam masyarakat yang luas, misalnya ketentaraan, institusi-institusi
kesejahteraan sosial dalam industri-industri, dan sebagainya.
Dalam uraian lebih terperinci, Muchlis (2008),
walaupun terdapat kesamaan pandnagn dengan paparan yang dilakukan
walgito(1989), menyatakan bahwa sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di
Indonesia diawali dari dimasukannya bimbingan dan konseling (dahulunya
bimbingan dan penyuluhan) pada setting sekolah. Konferensi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP,yang kemudian menjadi IKIP) di
Malang tanggal 20-24 Agustus 1960 menghasikan keputusan untuk memasukkan
bimbngan dan penyuluhan kedalam kurikulum FKIP.
Pada
perkembangan berikutnya, pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang
mendirikan jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun1971, berdiri Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan(PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP Padang, IKIP
Jakarta,IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP
Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini, bimbingan dan penyuluhan
dikembangkan, dan berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan
Bimbingan dan Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk sekolah menengah atas
pun memebuat pedoman bimbingan dan penyuluhan.
Tahun 1978, deselenggarakan program PGLSP dan PGSLA
bimbingan dan penyuluhan di IKIP (setinggat D2 atau D3) Untuk mengisi jabatan
guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 jusan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan
bimbingan dan penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya
SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam
Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Kepmen tersebut
ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah. Akan tetapi, pelaksanaannya di sekolah masih belum mendukung misi
sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
Sampai tahun 1993, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas.
Apalagi pengguna, terutama orang tua siswa, berpandangan keliru tentang BP.
Muncul anggapan bahwa anak yang dipanggil BP identik dengan anak yang nakal
atau bermasalah, dan kalo orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP,
dibenak oarang tua tersebut berpikir bahwa anaknya bermasalah disekolah.
Pada tahun 1993, lahirlah SK Menpan No. 83/1993
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang didalamnya termuat
aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK
Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai
petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di dalam SK
Mendikbud ini, istilah bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi bimbingan dan
konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh guru pembimbing. Di sinilah, pola
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mulai jelas.
C. PENUTUP
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
dalam dunia pendidikan diharapkan dapat
memperbaiki kualitas pendidikan itu sendiri, sehingga segala bentuk tujuan yang
hendak dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien, terutama bagi guru sebagai
konselor baik untuk guru mata pelajaran umum maupun guru agama pada umumnya dan
khususnya guru Pendidikan Agama Islam. Karena kedua kelompok guru tersebut
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya tidak bisa terlepas dari segala
bentuk masalah yang dihadapi. Disinilah Bimbingan dan Konseling sangat
dibutuhkan oleh guru agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
oleh siswa di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Walgito, Bimo,. Bimbingan
dan Konseling Studi dan Karier, CV.Andy Offset.Yogyakarta. 2010.
Salahudin, Anas. Bimbingan
dan Konseling, CV. Pustaka Setia. Bandung, 2010.
Robert L. Gibson, Maranne H. Mitchell, Bimbingan dan
Konseling Edisi ketuju. Edisi Indonesia. Diterjemahkan oleh Pustaka
Pelajar, Cetakan 1, januari 2011.
Prayitno. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling, Cetakan Kedua. 2002. PT. RenikaCipta.Jakarta
[1] Anas Salahudin, 2010. Bimbingan
& Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[2] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi&Karier. CV. Andy
Offset . 2010. Yogyakarta.hlm.10
[3] Anas Salahudin, 2010. Bimbingan
& Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[4] Anas Salahudin, 2010.
[5] Anas Salahudin, 2010. Bimbingan
& Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[6] Anas Salahudin, 2010.
[7]Anas Salahudin,
2010. Bimbingan & Konseling,
CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 29
[8] Robert L. Gibson dan
Mariane H. Mitchell. 2011. Imbingan dan Konseling, Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.hlm: 12
[9] Bimo
Walgito: 2010. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier. CV.Andy Offset. Yogyakarta. Hlm: 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar