Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Sabtu, 19 November 2016

MAKALAH KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN EFEKTIF



A.    PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG MASALAH
Supervisi adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik. Pengertiannya lebih menekankan kepada pengawasan murni dalam arti kontrol kegiatan dari seorang atasan terhadap bawahannya, agar melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya.[1] Supervisi sebagai salah satu pokok dalam administrasi pendidikan, bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para pengawas, tetapi juga tugas kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawainya. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai bagian penting dari proses supervisi mengambil peran yang sangat signifikan dikarenakan berada lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan pada tiap-tiap sekolah. Dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu program pendidikan dan tercapai tidaknya tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Kepemimpinan kepala sekolah haruslah dapat membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan program pendidikan. Secara umum, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain:
1)      Membangkitkan dan merangsang guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2)      Berusaha mengadakan dan melengkapi alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar.
3)      Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
4)      Membina kerjasama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
5)      Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penatran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
6)      Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan komite atau LPMP dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.[2]
Berdasarkan usaha-usaha kepala sekolah dalam kepemimpinan sebagai supervisor, kita mengenal istilah kepemimpinan pembelajaran efektif. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam apa itu kepemimpinan pembelajaran efektif.
2.      Rumusan Masalah
Agar pembahasan lebih focus maka pemakalah membatasi rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud kepemimpinan pembelajaran efektif itu?
2.      Bagaimana model kepemimpinan pembelajaran efektif?
3.      Apa kontribusi kepemimpinan pembelajaran efektif terhadap hasil belajar?
3.      Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.      Pengertian kepemimpinan pembelajaran efektif
2.      Model- model kepemimpinan pembelajaran efektif
3.      Kontribusi kepemimpinan pembelajaran efektif terhadap hasil belajar.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Pembelajaran efektif
Kepemimpinan pembelajaran efektif adalah kepemimpinan yang lebih  memfokuskan/menekankan pada pembelajaran agar lebih efektif. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya. Kepemimpinan pembelajaran sangat penting dan signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.[3] Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran menyarankan bahwa kepemimpinan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh: (a) figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai pemimpin pembelajaran, (b) kultur pembelajaran yang dikembangkan melalui pembangunan komunitas belajar di sekolah, dan (c) sistem/struktur yang utuh dan benar. Perilaku kepala sekolah (pemimpin pembelajaran), guru, dan karyawan berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan keefektifan (effectiveness).Siapapun yang ingin menjadi pemimpin pembelajaran harus memiliki 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.
Kepemimpinan pembelajaran yang kuat di sekolah, diulas oleh Hallinger dan Heck. Mereka mereview mengenai beberapa penelitian empirik peran kepemimpinan pembelajaran dalam menghasilkan capaian lulusan yang baik. Mereka menyimpulkan bahwa meskipun kepemimpinan pembelajaran tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, namun pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar dapat terjadi. Kepemimpinan pembelajaran mencakup perilaku-perilaku kepala sekolah dalam merumuskan dan mengkomunikasikan tujuan sekolah, memantau, mendampingi, dan memberikan umpan balik dalam pembelajaran, membangun iklim akademik, dan memfasilitasi terjadinya komunikasi antar staf.
Pengaruh kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) terhadap peningkatan hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli pendidikan telah melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar. Mereka menyimpulkan peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran. Artinya, jika hasil belajar siswa ingin dinaikan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran harus diterapkan. Untuk lebih jelasnya, berikut dibahas tentang arti, tujuan, pentingnya kepemimpinan pembelajaran, butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran, dan kontribusi kepemimpinan pembelajaran terhadap hasil belajar.
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran. Komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Adapun tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada siswa dan siswa mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan sarat dengan tantangan-tantangan yang sangat turbulen.
Dengan kata lain, tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran agar terjadi peningkatan  prestasi belajar, kepuasan belajar, motivasi belajar, keingintahuan, kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat.
Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan disekolah karena mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; (2) mendorong dan mengarahkan warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa; (3)  memfokuskan kegiatan-kegiatan warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; dan(4) membangun komunitas belajar warga dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin;memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan berulang-ulang; mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya;memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya; mendorong warga sekolah untuk akuntabel terhadap proses dan hasil kerjanya; mendorong teamwork yang (kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa); mengajak warga sekolah untuk menjadikan sekolah berfokus pada layanan siswa; mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem; mengajak warga sekolah untuk komitmen terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
2.      Model-model Kepemimpinan Pembelajaran efektif
Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran tercakup dalam model-model berikut ini:
a)       Model Hallinger dan Murphy
Model Hallinger dan Murphy , terdiri 3 dimensi dan 11 deskriptor yang dapat diringkas seperti tabel 1 berikut.

Dimensi
Diskriptor

Merumuskan misi
Merumuskan tujuan sekolah
Mengkomunikasikan tujuan sekolah

Mengelola Program pembelajaran
Mensupervisi dan mengevaluasi pembelajaran
Mengkoordinasikan kurikulum
Memonitor kemajuan pembelajaran siswa

Membangun Iklim Sekolah
Mengkontrol alokasi waktu pembelajaran
Mendorong pengembangan profesi
Memfokuskan pencapaian visi
Menyediakan insentif bagi guru
Menetapkan standar akademi
Memberikan insentif bagi siswa
Table 1. Dimensi dan Deskriptor


b)      Model Murphy
Murphy, mengembangkan 4 dimensi kepemimpinan yang selanjutnya diurai menjadi 16 peran atau perilaku. Kerangka kerja (model) tersebut diringkas seperti tabel 2 berikut.[4]

Dimensi
Peran atau Perilaku
Mengembangkan misi dan tujuan
Merumuskan tujuan sekolah
Mengkomunikasikan tujuan sekolah
Mengembangkan fungsi produksi pendidikan
Mendorong pembelajaran bermutu
Mensupervisi pembelajaran
Mengontrol alokasi waktu pembelajaran
Mengkoordinasikan kurikulum
Memonitor kemajuan pembelajaran siswa
Mendorong iklim pembelajaran akademis
Membangun standar harapan positif
Memfokuskan pencapaian visi
Menyediakan insentif bagi guru dan siswa
Mendorong pengembangan profesi
Mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung

Menciptakan lingkungan kerja yang tertib dan aman
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara bermakna
Mengembangkan kolaborasi  dan ikatan kohesif diantara staf
Menjamin sumber-sumber dari luar mendukung pencapaian tujuan sekolah
Membangun ikatan antara sekolah dengan keluarga siswa



c)      Model Weber
Weber, mengidentifikasi lima domain utama kepemimpinan pembelajaran tanpa menguraikannya lagi secara lebih detil. Ke lima domain utama tadi adalah: (1) merumuskan misi sekolah, (2) mengelola kurikulum dan pembelajaran, (3) mendorong terciptanya iklim belajar yang positif, (4) mengobservasi dan memperbaiki pembelajaran, dan (5) melakukan penilaian program pembelajaran.[5]

d)     Model Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Tenaga Kependidikan tahun 2009, memberikan 12 kompetensi pemimpin pembelajaran yaitu:(1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.
Tidak ada model yang sempurna. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang cocok dengan kebutuhan sekolah

            3) Kontribusi Kepemimpinan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar
Pengaruh kepemimpinan pembelajaran tidak langsung bekerja pada proses pembelajaran di kelas, namun dengan kepemimpinan pembelajaran akan terbangun iklim akademik yang positif, komunikasi yang baik antar staf, perumusan tuntutan akademik yang tinggi, tekad untuk mencapai tujuan sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai aktor utama dalam kepemimpinan pembelajaran efektif dalam melakukan fungsi-fungsi managemnt.
a)      Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Konflik
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan suatu organisasi adalah pemimpin. Dalam konteks persekolahan, pemimpin yang dimaksud adalah kepala sekolah dengan tugas sebagai pemimpin dan pengelola.
Selaku orang yang memimpin, seorang kepala sekolah dituntut untuk melakukan aktivitas kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi,mendorong, membimbing, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk bekerja/berperan serta guna mencapaitujuan yang telah ditetapkan.
Dalam permendikbud tahun 2007dikemukakan pengelola sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal. Dalam konteks manajemen konflik, maka mengelola konflik adalah juga “mengatur” potensi konflik dalam organisasi sekolah agar tetap optimal. Agar konflik dapat dikelola, maka peran yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dapat dikategorikan dalam 3 bentuk:[6]
1)  Peranan yang bersifat interpersonal, yaitu peran interaksi yang harus dilakukan pimpinan terhadap stake holder internal maupun eksternal. Menurut Siagian peran yang harus ditampilkan meliputi : (1) selaku simbol keberadaan organisasi. Peranan ini berupa aktivitas interaksi dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat legal dan seremonial; (2) selaku pemotivator. Peran ini berupa tanggung-jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahannya; (3) selaku penghubung. Peran sebagai penghubung ini, untuk membentuk jaringan luas dengan memberi perhatian khusus bagi mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi dan juga bagi pihak yang memiliki informasi yang diperlukan bagi organisasi.
2)  Peranan informasional, yaitu peran yang terkait dengan lalu lintas informasi. Menurut Siagian, peran tersebut terbagi atas tiga bentuk yakni : (1) pemantau arus informasi. Dalam hal ini, pemimpin harus mengambil langkah-langkah agar informasi yang bermutu yang diterima; (2) diseminator informasi. Peran ini menuntut pimpinan untuk memahami makna informasi yang diterima untuk disalurkan pada orang dalam organisasi; (3) juru bicara organisasi, yaitu penyalur informasi pada pihak luar organisasi.
3)  Peran pengambil keputusan, yang meliputi empat bentuk peran: (1) peran entrepreneur yaitu peran yang menuntut pemimpin untuk mampu mengkaji secara terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi untuk dicari peluang yang dapat dimanfaatkan; (2) peredam gangguan, yaitu peran yang menuntut pimpinan untuk mampu mengambil tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif kepada organisasi; (3) pembagi sumber daya, yaitu peran untuk mengalokasikan sumber dana dan daya organisasi; (4) perunding bagi organisasi, yaitu peran yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dengan pihak-pihak yang berada di luar organisasi.
Dari ketiga peran di atas nampak pentingnya peran pemimpin dalam kaitannya dengan interaksi dengan orang “dalam” maupun orang “luar”. Sebagaimana definisi konflik sebagai sebuah interaksi, maka interaksi pemimpin dengan bawahan ini perlu dikelola secara baik agar dapat menjadi interaksi yang fungsional
b)      Kepala sekolah sebagai Manajer dan Pemimpin  Sekolah
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer. Menurut Mulyasa, mengemukakan bahwa kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.[7]
1)  Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu memdayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.
2)  Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing
3) Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas-asas, yaitu: tujuan, keunggulan, mufakat ,kesatuan, persatuan, empirisme, keakraban, dan  integritas. 
Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan dalam: a) pengembangan program jangka panjang, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu lebih dari lima tahun; b) pengembangan program jangka menengah, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun; c) pengembangan program jangka pendek, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS). Dalam pada itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara periodik, sistemik, dan sistematik Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan susunan personalia sekolah; pengembangan susunan personalia pendukung, seperti pengelola laboratorium, perpustakaan, dan pusat sumber belajar (PSB); serta penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti panitia penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian, dan panitia peringatan hari-hari besar keagamaan yang ada pada satuan pendidikan
c)      Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Pemimpin pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti atau dipatuhi, dihormati dan disayangi oleh orang lain dan orang lain itu bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki oleh seseorang tersebut. Kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk member manfaat individu dan organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan factor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[8]
Bertolak dari dasar pengertian tersebut, terdapat beberapa batasan yang dikemukakan oleh beberapa cendikiawan sebagai berikut:


Menurut Arifin Abdulrahman:
“Kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang-orang mengikuti pemimpin”.
Menurut Charles B. Hicks & Irene Place :
“Leadership is the art of influencing human behavior, the ability to handle people”.
Menurut James A. F. Stoner:
“Leadership may be defined as the process of influencing and directing the task related activities of group member”.

Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat ditarik intinya bahwa kepemimpinan itu adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang tersebut mampu menggerakkan orang-orang melakukan perbuatan atau tindakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Kepemimpinan dalam organisasi kerja disebut dengan istilah kepemimpinan kerja, yaitu suatu kepemimpinan yang bersifat sebagai proses pengarahan terhadap pencapaian tujuan dan pembinaan atas tenaga atau orang-orang yang terlibat dalam proses pencapaian tujuan itu dengan cara mempengaruhi, memotivasi,
 dan mengendalikannya. Berbicara masalah kepemimpinan tidak lengkap jika tidak membicarakan sekaligus subyeknya yaitu pemimpin: orang yang karena sesuatu sebab dapat memiliki kekuasaan, kewenangan, kewibawaan, dan kekuatan lain serta dipatuhi dan diikuti sekelompok orang. Di masyarakat terdapat dua jenis pemimpin, pertama pemimpin formal dan kedua pemimpin informal. Ditinjau dari segi kemasyarakatan, yang disebut pemimpin formal adalah orang-orang yang menduduki jabatan dalam pemerintahan, sedangkan pemimpin informal adalah orang-orang yang tidak menduduki jabatan pemerintahan, tetapi memiliki pengikut, dipatuhi, dan ditaati sekelompok orang. Secara popular sebutan demikian identik dengan sebutan “sesepuh” masyarakat. Faktor yang paling menonjol dalam diri pemimpin informal adalah kewibawaan. Dengan kewibawaan yang ada itulah ia diikuti, ditaati serta dipatuhi oleh orang-orang.
Orang berusaha menumbuhkan wibawa pribadi, tetapi kurang menghayati adanya sumber yang harus digali, bahkan karena kurang kesadaran terhadapnya, orang serius menggunakan “kekerasan” untuk mencoba supaya “berwibawa”. Mungkin untuk beberapa saat yang relative singkat dapat berhasil, tetapi hal ini biasanya tidak dapat bertahan lama. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya seorang atasan suatu unit kerja yang selalu datang ketempat kerja terlambat, suatu hari memarahi bawahan yang datang terlambat bahkan si bawahan ini dihukum dengan dipotong pendapatannya.
d)     Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk menjalankan tindakan supervisi pembelajaran efektif dengan sebaik-baiknya kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)      Supervise hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk kerja.
2)      Supervise harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan)
3)      Supervise harus sederhana dan informal pelaksanaannya
4)      Supervise harus memberikan perasaan aman pada guru-guru dan pegawai sekolah yang disupervisi
5)      Supervise hendaknya bersifat preventif, korektif dan kooperatif .[9]
C.    KESIMPULAN
Dari pemaparan malakah di atas dapat disimpulkan:
1.               Kepemimpinan pembelajaran efektif adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran agar lebih efektif.
2.            Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya.
3.               Kepemimpinan pembelajaran sangat penting signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
4.               Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran menyarankan bahwa kepemimpinan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh: (a) figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai pemimpin pembelajaran, (b) kultur pembelajaran yang dikembangkan melalui pembangunan komunitas belajar di sekolah, dan (c) sistem/struktur yang utuh dan benar.
5.                  Perilaku kepala sekolah (pemimpin pembelajaran), guru, dan karyawan berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan keefektifan (effectiveness).
6.               Siapapun yang ingin menjadi pemimpin pembelajaran harus memiliki 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh



DAFTAR RUJUKAN

Hadari Nawawi, Supervisi  administrasi Pendidikan (Jakarta; Renika Cipta,2010)

M, Rifai, Administrasi dan supervisi ,  Bandung: Sekar Djaja, 1986, hlm 10
Mulyasa.E,  Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2005

Murfpy.J, Preparing school Admistrators for the twenty-first century: The reform agenda In.B.Mitchel&L.L.Cuningham(Eds). Educational Leadership and changing Contects of families, Comonites, and Schools.Chicago: University of Chicago Press.1990

Ngalim Purwanto, administrasi dan supervisi pendidikan, Bandung: PT. Rosda karya, 2010,

Veithazal Rivai, pemimpin dan kepemimpinan  dalam organisasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007,  Tentang      Standar Kepala Sekolah/Madrasah
           
Weber L, Leading The Instructional Program. Clearing House ofEducational Management. 1996


Tidak ada komentar:

Posting Komentar