Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Minggu, 15 Mei 2016

PUASA DI BULAN RAMADHAN YANG MUBARAK



Definisi Puasa
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan secara terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haidl dan nifas, disertai niat ikhlas semata-mata karena Allah ta'aala. Puasa di bulan Ramadhan mulai diwajibkan kepada orang-orang Islam pada tahun kedua Hijriah, yakni tahun kedua setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah dari Makkah ke Madinah. Dalil diwajibkannya berpuasa adalah firman Allah Swt., sebagai berikut yang artinya sbb:  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah : 183)


Berikut adalah beberapa Hikmah Puasa
1.      Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.
2.      Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan Akhirat.
3.      Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di bulan Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan. Baik karena kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah mengataka orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai orang yang salah menilai atau memandang kehidupan.
4.      Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan. Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
5.      Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
Berpuasa Sebagai Benteng Terhadap Nafsu
Nabi Muhammad SAW bersabda, “…maka hendaklah ia berpuasa, sesungguhnya puasa bisa menjadi benteng baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Yang dimaksudkan benteng (junnah) di sini adalah perisai yang menjaga diri dari penyakit fisik dan psikologis.
Berpuasa pada hakekatnya adalah menahan diri dari segala yang dihalalkan Allah sampai batas waktu yang di tentukan oleh Allah, yaitu dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari ( magrib ).Manusia tanpa adanya usaha untuk menahan diri, tanpa sadar manusia terseret-seret oleh keinginan (dorongan) hawa nafsu sahwatnya. Jika ibadah Sholat mampu menjaga manusia dari perbuatan keji dari sisi Jasmani, (paling tidak dari sekian banyak hikmah yang terkandung dalam sholat) Bagaimana mungkin seorang dipandang rajin melakukan sholat paling tidak ada perasaan malu untuk melakukan maksiat.
Puasa adalah menahan dari sisi psikologis dengan cara menahan dorongan dorongan hawa nafsu yang selalu ingin membawa kepada keburukan. Dorongan ini tidak pernah disadari oleh kebanyakan manusia karena tidak adanya upaya untuk membedakannya. Yaitu upaya untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan (hawa nafsu) saja, padahal salah satu anugrah bagi mereka yang bertakwa adalah diberikannya rasa pembeda antara hak dan kebatilan dalam dirinya. Dengan Puasa manusia menjadi Takwa dan dengan takwa manusia mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Orang yang berpuasa adalah orang yang terlatih mengelola hawa nafsunya, diawalai dengan menahan diri dari hal-hal yang dihalalkan Allah, seperti makan minum berhubungan suami istri. Dalam bulan Puasa kegiatan yang halal tadi menjadi haram karena manusia dipaksa untuk tidak melakukannya karena Allah ta’ala, sejak terbit fajar (subuh) sampai terbenamnya matahari (magrib) satu bulan lamanya.Kondisi yang memaksakan orang yang beriman untuk meninggalkan yang halal adalah bentuk ibadah yang melatih manusia agar menjaga perutnya dari hal-hal yang di halalkan.
Para ahli kesehatan telah banyak meneliti bahwa sumber penyakit adalah perut dan perut berasal dari makanan. Sumber sahwat adalah juga dari makanan. Sebagai contoh: orang kenyang yang tidak menjaga makanan, dan berlebihan dalam memanjakan makanan cenderung untuk statis (nyaman) dan mendorong untuk memenuhi keinginan keinginan lainnya. Tapi di sisi lain orang yang lapar ( kesusahan) cenderung kritis dan  mendorong untuk berfikir dinamis,bagaimana harus keluar dari kondisi yang lapar ini. Dan banyak orang-orang suksek berawal dari kondisi yang sangat sulit.
MALAM LAILATUL QADAR
Malam dimana dalam al-Qur'an disebutkan bahwa lebih utama dari seribu bulan dan malam tersebut para malaikat dan ruh Nabi, Rasul dan orang2 sholeh turun ke alam dunia ini, disaat itu do'a orang yang beriman langsung di ijabah dan dikobulkan Tuhan dengan cepat.
 Ibnu ‘Uyainah berkata, “Apa yang disebutkan di dalam AI-Qur’an dengan kata ‘Maa adraaka’ ‘apakah yang telah memberitahukan kepadamu’ sesungguhnya telah diberitahukan oleh Allah. Apa yang disebutkan dengan kata kata ‘Maa yudriika’ ‘apakah yang akan memberitahukan kepadamu’, maka Allah belum memberitahukannya.
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa,  tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa.
Tanda-tanda Malam Lailatul Qodar
Ø  Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah (setengah bejana).” (HR Muslim 1170).
Ø  Dan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).
Ø  Dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah SAW: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan), DAN BERIKU DO'A KETIKA LAILATUL KODAR:
Moga dan semoga amal ibadah baik puasa maupun ibadah yang lain di bulan puasa ini yang sudah dan akan datang di kobulkan Alloh SWT Amin ya mujibassailin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar