Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Kamis, 17 Maret 2016

MAKALAH MODEL SUPERVISI KLINIKS

MODEL SUPERVISI KLINIS

A.      PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang
Supervisi klinis berbeda dengan supervisi akademik. Salah satu perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif awal dari supervisor, sedangkan supervisi klinis dilakukan berdasarkan inisiatif guru. Pelaksanaan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor, tetapi atas kesadaran guru datang ke supervisor untuk meminta bantuan mengatasi maslahnya. Konsep supervisi klinis ibarat seorang pasien yang sedang sakit dan dia ingin sembuh dari sakitnya sehingga dia datang ke dokter untuk di obati. Jika guru memilki kesadaran seperti pasien tersebut, jika dia mengalami kesulitan dalam tugasnya, maka guru tersebut dapat dikatakan melakukan proses supervisi klinis[1]
Pada dasarnya kegiatan supervisi Pendidikan  merupakan rangkaian kegiatan dari administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan yang dimaksud  adalah mencakup kegiatanperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian serta evaluasi. Mengadakan supervisi adalah mengadakan pengawasan danpenilaian dari apa yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalamkegiatan Pendidikan dan pengajaran oleh guru. Tidak hanya melihat hasilnya, tetapi bagaimana prosesnya. Orientasinya terletak pada ”mengapa” bukan
hanya pada ”apa”.
Ada beberapa persoalan yang cukup urgen untuk dijadikan alasan, mengapa supervisi diperlukan dalam proses pendidikan .Pertama, perkembangan kurikulum Pendidikan  yang merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangantersebut sering menimbulkan perubahan-perubahan struktur maupunfungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukanpenyesuaian terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan.Hal initerkait dengan kondisi guru itu sendiri.Kedua, pengembangan profesi guruyang senantiasa merupakan upaya terus-menerus dari suatuorganisasi profesi keguruan.Guru  memerlukan peningkatankarir, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga, tuntutan pendidikan.Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kerberadaan manusia.Pendidikan pada hakekatnya adalah menjadikan manusia sebagai individuyang beriman dan bertaqwa kepada al-Khâliq, beretika, berakhlaklkarimah, berbudaya, berilmu pengetahuan, dan mempunyai kecakapanserta keterampilan.Keempat, tuntutan masyarkat.Pendidika  pada dasarnyaharus dimiliki oleh setiap manusia yang dilahirkan ke alam dunia.pendidikan dipandang sebagai fitrah dan kebutuhan manusia. Fitrah manusia yang berupa pengetahuan,akan tetap melembaga pada pribadi manusia bahkan menjadi karakterhidup dan kehidupannya, dan sangat tergantung pada lingkungannyadimana manusia itu berada. Kelima, tuntutan sosiologis dan kultural.Padaaspek ini, manusia dipandang sebagai individu yang mempunyaikecenderungan untuk hidup bermasyarakat.Sebagai makhlukbermasyarakat, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial dantanggungjawab kebudayaan. Sebagai individu berbudaya, manusia harusmelakukan transformasi dan transmisi kebudayaan kepada generasipenerus yang akan memerankan fungsi dan tanggung jawabnya padakehidupan yang akan datang.
Manusia sebagai individu sosial dan kultural, mempunyai peran dantanggungjawab untuk melestarikan dan mengembangkan pendidikan sertamemindahkan kebudayaan pada generasi berikutnya. Pendidikan dankebudayaan yang berlandaskan  pada penegetahuan, hanya dapat dikembangkan dandisalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikan, baik formal, informal maupun nonformal. Dari sinilah diperlukan adanya kegiatan supervise Pendidikan.
Dari paparan latar belakang masalah di atas tentu menarik rasanya bagi penulis untuk mengakaji dan menganalisinya tentang supervisi klinis ini.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.    Apa konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis ?
b.    Bagaimana Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis ?
c.    Apa Oreantasi Perilaku Supervisi klinis ?


3.      Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah:
a.    Untuk mengetahui konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis
b.    Untuk mengetahui Bagaimana Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis
c.    Untuk mengetahui Oreantasi Perilaku Supervisi klinis

B.  PEMBAHASAN

1.    Konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis
Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan olehMorrisL. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richart Weller diUniversitas Harvard pada akhir dasawarsa 50-an dan awal dasawarsa60-an.[2]Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis, yaitu:pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yangmemerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melaluipengamatan dan analisis ini, supervisor akan mudah mengembangkankemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua, guruprofesional yang ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yangkolegial dari pada cara yang autoritarian.[3]
Konsep dasar supervisi klinis adalah kolegial, kolaboratif, memilikiketerampilan layanan dan perilaku etis.[4]Supervisi klinis merupakansalah satu teknik supervisi  model demokratik.[5]Menurut Bolla, superviseklinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuanuntuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalampenampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secarateliti dan obyektif.[6]
Pada dasarnya, supervisi klinis merupakan pembinaan performanguru dalam mengelola proses pembelajaran. Pelaksanaannya didesaindengan praktis dan rasional.Desain maupun pelaksanaannya dilakukanatas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas.Data danhubungan antara guru dengan supervisor merupakan dasar programprosedur dan strategi pembinaaan perilaku mengajar guru dalammengembangkan belajar peserta didik. Menurut Cogan aspek superviseklinis ditekankan pada lima hal, yaitu; proses supervisi klinis, interaksiantara guru dengan murid, performan guru dalam mengajar,hubungan guru dengan supervisor, dan analisis data berdasarkanperistiwa aktual di kelas.[7]
Tujuan supervisi klinis adalah untuk membantu memodifikasi model-modelpembelajaran agar mencapai keefektifan.Sergiovanni menyatakanada dua sasaran supervisi klinis, yaitu; pertama, untuk membangunmotivasi dan komitmen kerja guru.Kedua, untuk menyediakanpengembangan staf bagi guru.7 Sedangkan menurut Acheson dan Gall,tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan proses pembelajaran yangdikelola guru di kelas. Tujuan ini dirinci ke dalam tujuan yang lebihspesifik, yaitu:
a.       Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenaipengajaran yang dilaksanakan.
b.      Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalahpengajaran.
c.       Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakanstrategi pengajaran.
d.      Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dankeputusan lainnya.
e.       Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadappengembangan profesional yang berkesinambungan.[8]
Dengan demikian, supervisi klinis memiliki pengertian; pertamasupervisi klinis berlangsung dalam bentuk hubungan tatap muka antarasupervisor dengan guru.Kedua, tujuan supervisi klinis untukmemperbaiki perilaku guru dalam proses pembelajaran secara intensif,sehingga ia dapat menciptakan keefektifan pembelajaran. Ketiga,kegiatan supervisi klinis ditekankan pada beberapa aspek yang menjadiperhatian guru serta pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas.
Keempat, kegiatan pengamatan harus dilakukan secara cermat, selektif,obyektif, dan mendetail.Kelima, analisis terhadap hasil pengamatanharus dilakukan bersama antara supervisor dan guru, dan kemudiandidiskusikan bersama untuk menyepakati rencana kegiatan tindaklanjut apakah perlu diulang atau diteruskan pada aspek yang lain.Keenam, hubungan antara supervisor dengan guru harus bersifatkolegial bukan autoritarian.
Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannyadengan teknik supervisi yang lain, Menurut Pidarta, ciri-ciri superviseklinis adalah sebagai berikut:
1).  Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akandisupervisi tentangaspek perilaku yang akan diperbaiki.
2).  Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku gurudalam proses belajar mengajar yang spesifik, misalnya caramenertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelasdalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak yang nakal dan sebagainya.
3).  Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesisbersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yangbaik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajarmengajar.
4).  Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedangmengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau direvisi
5).  Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutamayang sudah berhasil diperbaiki.Agar muncul kesadaran betapapentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secaraberkelanjutan.
6).  Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasarsaling mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.
7).  Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilakuitu satu persatu diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja denganbaik, atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak menjadi jelek.[9]
2. Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis
Konsep supervisi klinis sebagai salah model dan  teknik pendekatan dalammengembangkan pembelajaran guru merupakan suatu pola yangdidasarkan pada asumsi dasar bahwa proses belajar guru untukberkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual, olehkarena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu gurusecara tatap muka dan individual. Supervisi klinis sebagai suatu teknikmemiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatianuntuk mengembangkan profesionalitas guru.
Menurut Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yangdinamainya dengan siklus atau proses supervisi klinis.[10]
Delapan tahaptersebut mencakup tahap membangun dan memantapkan hubunganguru dengan supervisor, tahap perencanaan bersama guru, tahapperencanaan strategi observasi, tahap observasi pengajaran, tahapanalisis proses belajar mengajar, tahap perencanaan strategi pertemuan,tahap pertemuan, dan tahap penjajakan rencana pertemuanberikutnya.[11]Menurut Mosher dan Purpel, ada tiga aktivitas dalam prosessupervisi klinis, yaitu tahap perencanaan, tahap observasi, dan tahapevaluasi dan analisis.[12]
Sedangkan menurut Oliva, ada tiga aktivitasesensial dalam proses supervisi klinis, yaitu kontak dan komunikasidengan guru untuk merencanakan observasi kelas, observasi kelas, dantindak lanjut observasi kelas.[13]Senada dengan pendapat di atas, Pidarta mengemukakan bahwa adatiga langkah supervisi klinis, yaitu melakukan perencanaan secaramendetail termasuk membuat hipotesis, melaksanakan pengamatsecara cermat, dan menganalisis hasil pengamatan serta memberikanumpan balik.[14]Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atastentang langkah-langkah proses supervisi klinis berbeda, namunsebenarnya langkah-langkah itu bisa disarikan pada tiga tahap esensialyang berbentuk proses, yaitu proses pertemuan awal atau perencanaan,proses pelaksanakan pengamatan/observasi pembelajaran secaracermat, serta proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikanumpan balik.Berikut akan dikemukakan secara lebih rinci dari ketiga tahaptersebut:
a.    Proses pertemuan awal atau perencanaan
Menurut Pidarta, langkah dalam pertemuan awal atauperencanaan ini meliputi kegiatan: 1).Menciptakan hubungan yangbaik dengan cara menjelaskan makna supervisi klinis sehinggapartisipasi guru meningkat, 2).Menemukan aspek-aspek perilakuapa dalam proses belajar mengajar yang perlu diperbaiki, 3).Membuat prioritas aspek-aspek perilaku yang akan diperbaiki,4).Membuat hipotesis sebagai cara atau bentuk perbaikan pada subtopik bahan pelajaran tertentu.[15]Pertemuan awaldimaksudkan untuk mengembangkanbersama antara supervisor dengan guru tentang kerangka kerjapengamatan kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir pertemuan iniadalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dengan guru.Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini terciptakerja sama, hubungan kemanusiaan dan komunikasi yang baikantara supervisor dengan guru. Selanjutnya kualitas hubungan yangbaik antara supervisor dengan guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan proses berikutnya dalam kegiatan modelsupervisi klinis.
Oleh sebab itu, para ahli banyak menyarankan agar pertemuanawal ini dilaksanakan secara rileks dan terbuka. Perlu sekalidiciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor, sebabkepercayaan guru akanmempengaruhi keefektifan pelaksanaanpertemuan awal ini. Kepercayaan berkenaan dengan keyakinanguru bahwa supervisor memperhatikan potensi, keinginan,kebutuhan, dan kemauan guru.Pertemuan awal tidak membutuhkan waktu yang lama,supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkandiskusi panjang.
Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di saturuang yang netral, misalnya kafetaria, atau bisa juga di kelas.Pertemuan di ruang supervisor atau kepala sekolah kemungkinanakan membuat guru menjadi tidak bebas.Secara teknis, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakandalam pertemuan awal ini, yaitu; menciptakan suasana yang akrabdan terbuka, mengidentifikasi aspek-aspek yang akandikembangkan guru dalam kegiatan pembelajaran, menerjemahkanperhatian guru ke dalam tingkah laku yang bisa diamati,mengidentifikasi prosedur untuk memperbaiki pembelajaran guru,membantu guru memperbaiki tujuannya sendiri, menetapkan waktupengamatan pembelajaran di kelas, menyeleksi instrumenpengamatan pembelajaran di kelas, dan memperjelas kontekspembelajaran dengan melihat data yang akan direkam.
Goldhammer, mendeskripsikan satu agenda yang harusdihasilkan pada akhir pertemuan awal ini, yaitu:
1). Menetapkan kontrak atau perjanjian antara supervisor denganguru tentang hal yang akan diobservasi, meliputi: a). Tujuaninstruksional umum dan khusus pengajaran; b). Hubungantujuan pengajaran dengan keseluruhan program pengajaranyang diimplementasikan; c). Aktivitas yang akan diobservasi;d). Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem, dan unsurunsurlain berdasarkan persetujuan interaktif antara supervisordengan guru; e). Deskripsi spesifik butir-butir atau masalah-masalahyang sebalikannya diinginkan guru.
2) Menetapkan mekanisme atau aturan-aturan observasi, meliputiwaktu (jadwal) observasi, lamanya observasi, dan tempatobservasi.
3). Menetapkan rencana spesifik untuk melaksanakan observasi,meliputi: (a). Di mana supervisor akan duduk selamaobservasi?;(b). Akankah supervisor menjelaskan kepada muridmuridmengenai tujuan observasinya?. Jika demikian, kapan?Sebelum ataukah setelah pelajaran?; (c). Akankah supervisormencari satu tindakan khusus?; (d). Akankah supervisorberinteraksi dengan murid-murid?; (e).Perlukah adanya materialatau persiapan khusus?; (f). Bagaimanakah supervisor akanmengakhiri observasi?.[16]
b. Proses melaksanakan pengamatan
Menurut Pidarta, proses melaksanakan pengamatan ada duakegiatan yaitu gurumengajar dengan tekanan khusus pada aspekperilaku yang diperbaiki, dan supervisor mengobservasi. Prosesmelaksanakan pengamatan secara cermat, sistematis, dan obyektifmerupakan proses kedua dalam proses supervisi klinis.Perhatianobservasi ini ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatankegiatankelas sebagai hasil tindakan guru.Waktu dan tempatpengamatan pembelajaran ini sesuai dengan kesepakatan bersamaantara supervisor dengan guru pada waktu mengadakan pertemuanawal.[17]
Melaksanakan pengamatan pembelajaran secara cermat,mungkin akan terasa sangat kompleks dan sulit, dan tidak jarangadanya supervisor yang mengalami kesulitan. Dengan demikian,menuntut supervisor untuk menggunakan berbagai macamketerampilan. Ada dua aspek yang harus diputuskan dandilaksanakan oleh supervisor sebelum dan sesudah melaksanakanpengamatan pembelajaran, yaitu menentukan aspek yang akandiamati dan cara mengamatinya. Mengenai aspek yang akandiamati harus sesuai dengan hasil diskusi bersama antara supervisordengan guru pada waktu pertemuan awal.
Adapun mengenai bagaimana mengamati juga perlumendapatkan perhatian. Maksud baik supervisor akan tidak berarti,apabila usaha-usaha kegiatan pengamatan tidak memperoleh datayang seharusnya diperoleh. Tujuan utama pengumpulan dataadalah untuk memperoleh informasi yang sebenarnya, yang akandigunakan untuk bertukar pikiran dengan guru setelah kegiatanpengamatan berakhir, sehingga guru bisa menganalisis secaracermat aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya di kelas. Disinilah letak pentingnya teknik dan instrumen pengamatan yangbisa digunakan untuk mengamati guru mengelola prosespembelajaran.Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini,sebenarnya para peneliti telah banyak mengembangkan bermacammacamteknik yang bisa digunakan dalam mengamati kegiatanpembelajaran.
Acheson dan Gall, mereview beberapa teknik danmenganjurkan supervisor untuk menggunakannya dalam prosessupervisi klinis sebagai berikut :[18]
1) Selective Verbatim. Pada teknik ini, supervisor membuatsemacam rekaman tertulis.Tentunya tidak semua kejadianverbal harus direkam, tetapi sesuai dengan kesepakatan bersamaantara supervisor dengan guru pada pertemuan awal.Hanyakejadian tertentu yang harus direkam secara selektif. Transkipini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa jugamenyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui taperecorder.
2).Rekaman observasional berupa a seating chart. Supervisormendokumentasikan perilaku murid, bagaimana ia berinteraksidengan seorang guru selama pembelajaran berlangsung.Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi dideskripsikansecara bergambar. Melalui penggunaan a seating chart ini,supervisor bisa mendokumentasikan secara grafis interaksi gurudengan murid, murid dengan murid, sehingga dengan mudahdiketahui apakah guru hanya berinteraksi dengan semua muridatau hanya dengan sebagian murid yang terlibat dalam prosespembelajaran.Wide-lens techniques.Supervisor membuat catatan yanglengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yangpanjang lebar.Teknik ini bisa juga disebut dengan anecdotalrecord.
4).Checklists and time line coding. Supervisor mengamati danmengumpulkan data perilaku pembelajaran yang sebelumnyatelah diklasifikasi atau dikatagorisasikan.Contoh yang palingbaik dalam kegiatan pengamatan dengan model supervisi klinisadalah skala analisis interaksi.Flanders berpendapat bahwadalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi tigakategori besar, yaitu; pembicaraan guru, pembicaraan murid,dan tidak ada pembicaraan (silence).
c. Proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik
Menurut Pidarta, pada tahap menganalisis hasil pengamatandan memberikan umpan balik diarahkan pada menganalisis hasilmengajar secara terpisah dan pertemuan akhir seperti: a). Gurumemberi tanggapan/penjelasan/pengakuan,b). Supervisor memberitanggapan/ulasan, c). Menyimpulkan bersama hasil yang telahdicapai;hipotesis diterima, ditolak, atau direvisi, d). menentukanrencana berikutnya: mengulangi memperbaiki aspek tadi, dan ataumeneruskan untuk memperbaiki aspek aspek yang lain.[19]Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakanpengamatan pembelajaran, dengan terlebih dahulu dilakukananalisis terhadap hasil pengamatan.
Tujuan utama menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik adalahmenindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamatterhadap proses pembelajaran. Pembicaraan dalam menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik ini adalahditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan perbedaanantara perilaku guru dan peserta didik yang direncanakan denganperilaku aktual guru dan peserta didik, serta membuat keputusantentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukanberhubungan dengan perbedaan yang ada.
Proses ini merupakan proses yang penting untukmengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikantertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifatmemotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaatbagi guru. Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagiguru, yaitu: (1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan sehinggabisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam pengajaran biasdidefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat, (3)supervisor bila mungkin dan perlu bisa berupaya mengintervensisecara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis danbimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukansupervisi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberipengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisisprofesional diri pada masa yang akan datang.22Sebelum mengadakan pertemuan balikan ini, supervisor terlebihdahulu diharuskan menganalisis hasil pengamatan danmerencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pulaguru diharapkan menilai dirinya sendiri.Dalam pertemuan balikanini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor denganguru.Maka dari itu, supervisor sebaiknya menanamkan kepercayaanpada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untukmenyalahkan guru, melainkan untuk memberikan masukan balikan.Pertama kali yang harus dilakukan oleh supervisor dalam setiappertemuan balikan adalah memberikan penguatan (reinforcment)terhadap guru.Kemudian dilanjutkan dengan analisis bersamaterhadap setiap aspek pembelajaran yang menjadi perhatian dalamkegiatan supervisi klinis.
Ada beberapa langkah penting yang harusdilakukan selama pertemuan balikan ini, yaitu:
1). Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannyaterhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisorberusaha memberikan penguatan (reinforcement).
2). Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersamaguru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengajaran yangdirencanakan dengan tujuan pengajaran yang dicapai.
3). Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru.Supervisor bersama guru mengidentifikasi target keterampilandan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
4). Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis targetketerampilan dan perhatian utamanya.
5). Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selamaproses supervisi klinis. Supervisor memberikan kesempatankepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan danperhatian utamanya yang telah dicapai selama proses superviseklinis.
6). Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus
menetapkan rencana berikutnya.[20]
Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerjayang baik dalam pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakanpengamatan pembelajaran secara cermat, maupun dalam menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik.Faktor yang sangatmenentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan padaguru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantumengembangkan pembelajaran guru.Upaya memperoleh kepercayaanguru ini memerlukan satu iklim kerja yang kolegial.
3. Oreantasi Perilaku Supervisi klinis
Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor menentukankeberhasilannya dalam membantu mengembangkan guru. MenurutGlickman, perilaku supervisor dalam supervisi klinis meliputi:mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan,memecahkan masalah, bernegosiasi, mendemonstrasikan, memastikan,standardisasi, dan menguatkan.Sedangkan orientasi perilakusupervisi klinis terdiri atas: [21]
a.       Orientasi Langsung
Supervisi klinis berorientasi langsung akan mencakup perilakuperilakupokok, berupa klarifikasi, presentasi, demonstrasi,penegasan, standardisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari perilakusupervisi ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalamsatu periode waktu tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi inisama halnya dengan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwamengajar itu pada dasarnya merupakan penkondisian individumelalui lingkungannya.Apabila supervisor akan menggunakan orientasi ini, makabentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis adalah: pertama,pada saat pertemuan awal, supervisor mengklarifikasi masalahmasalahyang dihadapi oleh guru dan barangkali sambil bertanyakepada guru yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi danrevisi seperlunya. Pada saat itu pula supervisor mempresentasikanide-idenya mengenai informasi atau data apa saja yangdikumpulkan. Kedua, melaksanakan pengamatan kelas secaracermat.Peran supervisor adalah sebagai pengamat untukmengetahui kondisi sebenarnya dan bagaimana seharusnyadipecahkan.Ketiga, pada pertemuan balikan, setelah datadikumpulkan dan dianalisis, supervisor menegaskan danmendemonstrasikan tindakan-tindakan pembelajaran yang mungkinbisa dilakukan oleh guru.Pada saat itu pula, supervisor menetapkanstandard pencapaian serta penguatan baik dalam bentuk insentifmaterial maupun sosial.
b.      Orientasi Kolaboratif
Supervisi klinis yang berorientasi kolaboratif akan mencakupperilaku pokok, berupa mendengarkan, mempresentasikan,pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil akhir dari perilakusupervisi ini adalah kontrak kerja antara supervisor dengan guru.Asumsi yang mendasari orientasi supervisi ini adalah sama halnyadengan asumsi yang mendasari psikologi kognitif, bahwa belajar itumerupakan hasil perpaduan antara perilaku individu denganlingkungan luarnya.Apabila supervisor akan menggunakan orientasi kolaboratif ini,maka bentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis meliputikegiatan:
1). Pertemuan awal atau perencanaan
Pada pertemuan ini, supervisor mendengarkan apa yangdikeluhkan oleh guru, sehingga ia benar-benar memahamimasalah-masalah yang dihadapi guru. Setelah itu, supervisorbersama guru mengadakan negosiasi untuk menetapkan kapansupervisor melakukan observasi kelas.
2). Melaksanakan pengamatan
Setelah pertemuan awal, dilanjutkan dengan observasi kelas.Pada waktu observasi ini, supervisor dengan menggunakaninstrumen tertentu mengamati pembelajaran guru dan aktivitaspeserta didik.Kemudian hasil pengamatan tersebut dianalisis,dengan menyiapkan beberapa pertanyaaan untuk mengarahkanpemahaman guru terhadap masalah yang dihadapinya.
3). Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik
Pada tahap ini supervisor mengajukan beberapa pertanyaanyang telah dibuat sebelumnya. Guru menjawab pertanyaanpertanyaanyang diajukan oleh supervisor. Kemudian supervisorbersama guru mulai memecahkan masalah.Dalam pemecahanmasalah ini, sebaiknya antara supervisor dengan guru berpisah,sehingga masing-masing pihak bisa mengidentifikasi alternativepemecahan masalah menurut pikiran masing-masing pihak.Kemudian pada hari berikutnya, kedua belah pihak berkumpulkembali untuk saling membahas alternatif pemecahan yangtelah dibuatnya.Artinya, supervisor bersama guru menentukanalternatif pemecahan terbaik dan membagi tugas untukmengimplementasikannya.
c.       Orientasi Tidak Langsung
Asumsi yang mendasari orientasi ini adalah sama halnyadengan asumsi yang mendasari psikologi humanistik yangmenyatakan bahwa belajar merupakan hasil keinginan individuuntuk menemukan rasionalitas dan dasar-dasar dalam dunia ini.Premis mayor yang mendasari orientasi ini adalah bahwa gurumampu menganalisis dan memecahkan masalahnya sendiri dalamproses pembelajaran. Peran supervisor hanya sebagai seorangfasilitator dengan sedikit memberikan pengarahan kepada guru.Perilaku supervisi yang berorientasi tidak langsung akanmencakup berupa kegiatan mendengarkan, mengklarifikasi,mendorong, mempresentasikan, dan bernegosiasi. Hasil akhir darisupervisi ini adalah rencana guru sendiri (teacher self-plan).
Apabila supervisor akan menggunakan orientasi tidak langsungdalam melaksanakan supervisi, maka bentuk aplikasinya dalamproses supervisi klinis meliputi kegiatan:
(a). Pertemuan awal atau perencanaan
Dalam pertemuan awal ini supervisor mendengarkan keluhankeluhanguru.Kemudian supervisor bertanya kepada guru perlutidaknya diadakan pengamatan kelas pada saat guru mengajar.Apabila tidak diperlukan oleh guru berarti tidak ada masalahserius yang dihadapi guru. Sebaliknya apabila guru memintasupervisor mengamati kelas, maka dilanjutkan denganmengamati kelas, ketika proses pembelajaran berlangsung.
(b). Melaksanakan pengamatan
Supervisor memasuki kelas untuk mengamati pengajaran guru.Supervisor mengamati bagaimana guru mengajar, bagaimanapeserta didik belajar, mendengarkan penjelasan, berdiskusi, dansebagainya.Setelah itu, semua hasil pengamatan dianalisis dandiinterpretasikan.Apabila dianggap perlu, supervisor menyusunpertanyaan untuk mengklarifikasi hasil-hasil pengamatannyauntuk membantu mengarahkan guru memahami kekurangan danmasalahnya sendiri.
(c). Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balikSetelah selesai menganalisis dan menginterpretasikan,supervisor bersama guru mengadakan pertemuan akhir.Padasaat inilah diidentifikasi kembali tindakan-tindakan yangdilakukan guru di kelas, serta membantu guru memahamikekurangannya sendiri.Kemudian supervisor bertanya kepadaguru tentang banyak hal yang menurut guru bisa dilakukanuntuk memecahkan beberapa kekurangannya.

C.      PENUTUP
Pelaksanaan supervisi klinis dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan itusendiri, sehingga segala bentuk tujuan yang hendak dicapai dapatterwujud secara efektif dan efisien, terutama bagi guru baik itu untuk mata pelajaran umum maupun guru pendidikan agama Islam. Karena kedua kelompok guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya  tidak bisa terlepasdari segala bentuk masalah yang dihadapi. Disinilah supervisi klinissangat dibutuhkan oleh guru agar dapat membantumenyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.Wa Allâh A’lam bi al-Shawâb.*



DAFTAR  RUJUKAN


Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik,Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Cogan, M.L.Clinical Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973) terjemahan  Muhammad Iqbal, Supervisi Klinik,Yogyakarta: Diva Press, 2013
Harahap, Baharudin.Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, KepalaSekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Ciawi Jaya, 2014.
Krajewski, R.A.Clinical Supervision: A Conceptual Framework,” dalam Journalof Research and Development in Education,15/ 3, 2011
Oliva, P.F.Supervision for Today’s School,1999(New York: Longman),Terjemahan  oleh  Ahmad Baihaqi, Supervisi  Akademik  dan  Klinis, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Purwanto, M.Ngalim.Administrasi dan Supervisi Pendidikan ,Bandung: RemajaRosdakarya, 1999.
Prasojo, Lantip Diat. & Sudiyono,Supervisi Pendidikan,2011 Yogyakarta: Gava Media, 2001
Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 1999
Sergiovanni, Thomas J. and Robert J. Staarratt, Emerging Patterns of Supervision:Human Perspective, New York: Mc Graw Hill Book Company, 2010.
Sahertian, Piet. A.  dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,Surabaya: Usaha Nasional, 2012.








[1]Lantip Dian Prasojo & Sudiyono,Supervisi Pendidikan, 2011 ( Yogyakarta: Gava Media), hlm. 112
[2]R.A. Krajewski, Clinical Supervision: A Conceptual Framework,” dalam Journal
of Research and Development in Education,15 ( 3, 2011 ), hlm. 94 – 95
[3]Thomas J. Sergiovanni and Robert J. Staarratt, Emerging Patterns of Supervision:
Human Perspective, 2010 (New York: Mc Graw Hill Book Company),  hlm. 4.
[4]Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,2012
(Surabaya: Usaha Nasional), hlm. 58.
[5]Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, 2014 (Jakarta: Ciawi Jaya), hlm. 15.
[6]M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan , 1990 (Bandung: Remaja
Rosdakarya), hlm. 91.
[7]M.L. Cogan, Clinical Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973) terjemahan  Muhammad Iqbal, Supervisi Klinik, 2013( Yogyakarta: Diva Press),  hlm.54.
[8]Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,1999( Jakarta: Bumi Aksara ) hlm. 250.
[9]Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,1999( Jakarta: Bumi Aksara ) hlm. 251.
[10]Pengertian siklus mengandung dua pengertian; pertama, prosedur supervisi klinis
terdiri dari sejumlah tahapan yang merupakan proses yang berkesinambungan. Kedua,
hasil pertemuan tahap akhir menjadi masukan untuk tahap pertama pada proses
berikutnya.
[11]M.L. Cogan, Clinical Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973) terjemahan  Muhammad Iqbal, Supervisi Klinik, 2013( Yogyakarta: Diva Press),  hlm.58.
[12]Nur Aedi,Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik,2014 ( Jakarta: Rajawali Pers), hlm. 57
[13]P.F. Oliva, Supervision for Today’s School,1999(New York: Longman),Terjemahan  oleh  Ahmad Baihaqi, Supervisi  Akademik  dan  Klinis,2008 ( Jakarta: Rajawali Pers), hlm. 64
[14]Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,1999( Jakarta: Bumi Aksara ) hlm. 252.
[15]Lantip Dian Prasojo & Sudiyono,Supervisi Pendidikan, 2011 ( Yogyakarta: Gava Media), hlm. 115

[16]M.L. Cogan, Clinical Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973) terjemahan  Muhammad Iqbal, Supervisi Klinik, 2013( Yogyakarta: Diva Press),  hlm.68.
[17]Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,1999( Jakarta: Bumi Aksara ) hlm. 253.

[18]P.F. Oliva, Supervision for Today’s School,1999(New York: Longman),Terjemahan  oleh  Ahmad Baihaqi, Supervisi  Akademik  dan  Klinis,2008 ( Jakarta: Rajawali Pers), hlm. 74
[19]Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,1999( Jakarta: Bumi Aksara ) hlm. 259.

[20]Nur Aedi,Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik,2014 ( Jakarta: Rajawali Pers), hlm. 65
[21]Lantip Dian Prasojo & Sudiyono,Supervisi Pendidikan, 2011 ( Yogyakarta: Gava Media), hlm. 120

Tidak ada komentar:

Posting Komentar