MODEL
SUPERVISI KLINIS
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Supervisi klinis berbeda dengan supervisi akademik.
Salah satu perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif
awal dari supervisor, sedangkan supervisi klinis dilakukan berdasarkan
inisiatif guru. Pelaksanaan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak
harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor, tetapi atas
kesadaran guru datang ke supervisor untuk meminta bantuan mengatasi maslahnya.
Konsep supervisi klinis ibarat seorang pasien yang sedang sakit dan dia ingin
sembuh dari sakitnya sehingga dia datang ke dokter untuk di obati. Jika guru
memilki kesadaran seperti pasien tersebut, jika dia mengalami kesulitan dalam
tugasnya, maka guru tersebut dapat dikatakan melakukan proses supervisi klinis[1]
Pada dasarnya kegiatan supervisi Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan dari
administrasi pendidikan.
Administrasi pendidikan
yang dimaksud adalah mencakup
kegiatanperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian serta evaluasi.
Mengadakan supervisi adalah mengadakan pengawasan danpenilaian dari apa yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalamkegiatan Pendidikan dan pengajaran
oleh guru. Tidak hanya melihat hasilnya, tetapi bagaimana prosesnya.
Orientasinya terletak pada ”mengapa” bukan
hanya
pada ”apa”.
Ada beberapa persoalan yang cukup urgen untuk
dijadikan alasan, mengapa supervisi diperlukan dalam proses pendidikan .Pertama,
perkembangan kurikulum Pendidikan yang merupakan gejala kemajuan pendidikan.
Perkembangantersebut sering menimbulkan perubahan-perubahan struktur
maupunfungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukanpenyesuaian
terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan.Hal initerkait dengan kondisi
guru itu sendiri.Kedua, pengembangan profesi guruyang senantiasa
merupakan upaya terus-menerus dari suatuorganisasi profesi keguruan.Guru memerlukan peningkatankarir, pengetahuan, dan
keterampilan. Ketiga, tuntutan pendidikan.Pendidikan merupakan kebutuhan
mutlak bagi kerberadaan manusia.Pendidikan pada hakekatnya adalah menjadikan
manusia sebagai individuyang beriman dan bertaqwa kepada al-Khâliq,
beretika, berakhlaklkarimah, berbudaya, berilmu pengetahuan, dan mempunyai
kecakapanserta keterampilan.Keempat, tuntutan masyarkat.Pendidika pada dasarnyaharus dimiliki oleh setiap
manusia yang dilahirkan ke alam dunia.pendidikan dipandang sebagai fitrah dan
kebutuhan manusia. Fitrah manusia yang berupa pengetahuan,akan tetap melembaga
pada pribadi manusia bahkan menjadi karakterhidup dan kehidupannya, dan sangat
tergantung pada lingkungannyadimana manusia itu berada. Kelima, tuntutan
sosiologis dan kultural.Padaaspek ini, manusia dipandang sebagai individu yang
mempunyaikecenderungan untuk hidup bermasyarakat.Sebagai makhlukbermasyarakat,
manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial dantanggungjawab kebudayaan.
Sebagai individu berbudaya, manusia harusmelakukan transformasi dan transmisi
kebudayaan kepada generasipenerus yang akan memerankan fungsi dan tanggung
jawabnya padakehidupan yang akan datang.
Manusia sebagai individu sosial dan kultural,
mempunyai peran dantanggungjawab untuk melestarikan dan mengembangkan
pendidikan sertamemindahkan kebudayaan pada generasi berikutnya. Pendidikan
dankebudayaan yang berlandaskan pada
penegetahuan, hanya dapat dikembangkan dandisalurkan melalui lembaga-lembaga
pendidikan, baik formal, informal maupun nonformal. Dari sinilah diperlukan
adanya kegiatan supervise Pendidikan.
Dari paparan latar
belakang masalah di atas tentu menarik rasanya bagi penulis untuk mengakaji dan
menganalisinya tentang supervisi klinis ini.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.
Apa konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi
klinis ?
b.
Bagaimana Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis ?
c.
Apa Oreantasi Perilaku
Supervisi klinis ?
3.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang dicapai dalam
pembahasan makalah ini adalah:
a.
Untuk
mengetahui konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis
b.
Untuk
mengetahui Bagaimana Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis
c.
Untuk mengetahui Oreantasi Perilaku Supervisi klinis
B.
PEMBAHASAN
1.
Konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi
klinis
Supervisi klinis, mula-mula
diperkenalkan dan dikembangkan olehMorrisL. Cogan, Robert Goldhammer, dan
Richart Weller diUniversitas Harvard pada akhir dasawarsa 50-an dan awal
dasawarsa60-an.[2]Ada
dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis, yaitu:pertama,
pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yangmemerlukan pengamatan
dan analisis secara hati-hati. Melaluipengamatan dan analisis ini, supervisor
akan mudah mengembangkankemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua,
guruprofesional yang ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yangkolegial
dari pada cara yang autoritarian.[3]
Konsep dasar supervisi klinis adalah
kolegial, kolaboratif, memilikiketerampilan layanan dan perilaku etis.[4]Supervisi
klinis merupakansalah satu teknik supervisi model
demokratik.[5]Menurut
Bolla, superviseklinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang
bertujuanuntuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalampenampilan
mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secarateliti dan obyektif.[6]
Pada dasarnya, supervisi klinis
merupakan pembinaan performanguru dalam mengelola proses pembelajaran.
Pelaksanaannya didesaindengan praktis dan rasional.Desain maupun pelaksanaannya
dilakukanatas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas.Data
danhubungan antara guru dengan supervisor merupakan dasar programprosedur dan
strategi pembinaaan perilaku mengajar guru dalammengembangkan belajar peserta
didik. Menurut Cogan aspek superviseklinis ditekankan pada lima hal, yaitu;
proses supervisi klinis, interaksiantara guru dengan murid, performan guru
dalam mengajar,hubungan guru dengan supervisor, dan analisis data
berdasarkanperistiwa aktual di kelas.[7]
Tujuan
supervisi klinis adalah untuk membantu memodifikasi model-modelpembelajaran agar
mencapai keefektifan.Sergiovanni menyatakanada dua sasaran supervisi klinis,
yaitu; pertama, untuk membangunmotivasi dan komitmen kerja guru.Kedua,
untuk menyediakanpengembangan staf bagi guru.7 Sedangkan
menurut Acheson dan Gall,tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan proses
pembelajaran yangdikelola guru di kelas. Tujuan ini dirinci ke dalam tujuan
yang lebihspesifik, yaitu:
a. Menyediakan
umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenaipengajaran yang dilaksanakan.
b. Mendiagnosis
dan membantu memecahkan masalah-masalahpengajaran.
c. Membantu
guru mengembangkan keterampilannya menggunakanstrategi pengajaran.
d. Mengevaluasi
guru untuk kepentingan promosi jabatan dankeputusan lainnya.
e. Membantu
guru mengembangkan satu sikap positif terhadappengembangan profesional yang
berkesinambungan.[8]
Dengan demikian, supervisi klinis memiliki
pengertian; pertamasupervisi klinis berlangsung dalam bentuk hubungan
tatap muka antarasupervisor dengan guru.Kedua, tujuan supervisi klinis
untukmemperbaiki perilaku guru dalam proses pembelajaran secara
intensif,sehingga ia dapat menciptakan keefektifan pembelajaran. Ketiga,kegiatan
supervisi klinis ditekankan pada beberapa aspek yang menjadiperhatian guru
serta pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas.
Keempat,
kegiatan
pengamatan harus dilakukan secara cermat, selektif,obyektif, dan mendetail.Kelima,
analisis terhadap hasil pengamatanharus dilakukan bersama antara supervisor
dan guru, dan kemudiandidiskusikan bersama untuk menyepakati rencana kegiatan
tindaklanjut apakah perlu diulang atau diteruskan pada aspek yang lain.Keenam,
hubungan antara supervisor dengan guru harus bersifatkolegial bukan
autoritarian.
Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakannyadengan teknik supervisi yang lain, Menurut Pidarta, ciri-ciri
superviseklinis adalah sebagai berikut:
1). Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru
yang akandisupervisi tentangaspek perilaku yang akan diperbaiki.
2). Yang
disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku gurudalam proses
belajar mengajar yang spesifik, misalnya caramenertibkan kelas, teknik
bertanya, teknik mengendalikan kelasdalam metode keterampilan proses, teknik
menangani anak yang nakal dan sebagainya.
3). Memperbaiki
aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesisbersama tentang bentuk
perbaikan perilaku atau cara mengajar yangbaik. Hipotesis ini bisa diambil dari
teori-teori dalam proses belajarmengajar.
4). Hipotesis
di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan
diperbaiki ketika sedangmengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau
direvisi
5). Ada
unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutamayang sudah berhasil
diperbaiki.Agar muncul kesadaran betapapentingnya bekerja dengan baik serta
dilakukan secaraberkelanjutan.
6). Ada
prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasarsaling
mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.
7). Supervisi
dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilakuitu satu persatu
diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja denganbaik, atau kebaikan bekerja guru
itu dipelihara agar tidak menjadi jelek.[9]
2. Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis
Konsep supervisi klinis sebagai salah model dan teknik pendekatan dalammengembangkan
pembelajaran guru merupakan suatu pola yangdidasarkan pada asumsi dasar bahwa
proses belajar guru untukberkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan
dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar
bersifat individual, olehkarena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan
membantu gurusecara tatap muka dan individual. Supervisi klinis sebagai suatu
teknikmemiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatianuntuk
mengembangkan profesionalitas guru.
Menurut
Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yangdinamainya dengan siklus
atau proses supervisi klinis.[10]
Delapan
tahaptersebut mencakup tahap membangun dan memantapkan hubunganguru dengan supervisor,
tahap perencanaan bersama guru, tahapperencanaan strategi observasi, tahap
observasi pengajaran, tahapanalisis proses belajar mengajar, tahap perencanaan
strategi pertemuan,tahap pertemuan, dan tahap penjajakan rencana
pertemuanberikutnya.[11]Menurut
Mosher dan Purpel, ada tiga aktivitas dalam prosessupervisi klinis, yaitu tahap
perencanaan, tahap observasi, dan tahapevaluasi dan analisis.[12]
Sedangkan
menurut Oliva, ada tiga aktivitasesensial dalam proses supervisi klinis, yaitu
kontak dan komunikasidengan guru untuk merencanakan observasi kelas, observasi
kelas, dantindak lanjut observasi kelas.[13]Senada
dengan pendapat di atas, Pidarta mengemukakan bahwa adatiga langkah supervisi
klinis, yaitu melakukan perencanaan secaramendetail termasuk membuat hipotesis,
melaksanakan pengamatsecara cermat, dan menganalisis hasil pengamatan serta
memberikanumpan balik.[14]Dengan
demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atastentang langkah-langkah
proses supervisi klinis berbeda, namunsebenarnya langkah-langkah itu bisa
disarikan pada tiga tahap esensialyang berbentuk proses, yaitu proses pertemuan
awal atau perencanaan,proses pelaksanakan pengamatan/observasi pembelajaran
secaracermat, serta proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikanumpan
balik.Berikut akan dikemukakan secara lebih rinci dari ketiga tahaptersebut:
a.
Proses pertemuan awal atau perencanaan
Menurut
Pidarta, langkah dalam pertemuan awal atauperencanaan ini meliputi kegiatan: 1).Menciptakan
hubungan yangbaik dengan cara menjelaskan makna supervisi klinis
sehinggapartisipasi guru meningkat, 2).Menemukan aspek-aspek perilakuapa dalam
proses belajar mengajar yang perlu diperbaiki, 3).Membuat prioritas aspek-aspek
perilaku yang akan diperbaiki,4).Membuat hipotesis sebagai cara atau bentuk
perbaikan pada subtopik bahan pelajaran tertentu.[15]Pertemuan
awaldimaksudkan untuk mengembangkanbersama antara supervisor dengan guru
tentang kerangka kerjapengamatan kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir
pertemuan iniadalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor
dengan guru.Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini
terciptakerja sama, hubungan kemanusiaan dan komunikasi yang baikantara
supervisor dengan guru. Selanjutnya kualitas hubungan yangbaik antara
supervisor dengan guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan proses berikutnya
dalam kegiatan modelsupervisi klinis.
Oleh sebab itu,
para ahli banyak menyarankan agar pertemuanawal ini dilaksanakan secara rileks
dan terbuka. Perlu sekalidiciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor,
sebabkepercayaan guru akanmempengaruhi keefektifan pelaksanaanpertemuan awal
ini. Kepercayaan berkenaan dengan keyakinanguru bahwa supervisor memperhatikan
potensi, keinginan,kebutuhan, dan kemauan guru.Pertemuan awal tidak membutuhkan waktu yang
lama,supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru
mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkandiskusi panjang.
Pertemuan ini
sebaiknya dilaksanakan di saturuang yang netral, misalnya kafetaria, atau bisa
juga di kelas.Pertemuan di ruang supervisor atau kepala sekolah kemungkinanakan
membuat guru menjadi tidak bebas.Secara
teknis, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakandalam pertemuan awal ini,
yaitu; menciptakan suasana yang akrabdan terbuka, mengidentifikasi aspek-aspek
yang akandikembangkan guru dalam kegiatan pembelajaran, menerjemahkanperhatian
guru ke dalam tingkah laku yang bisa diamati,mengidentifikasi prosedur untuk
memperbaiki pembelajaran guru,membantu guru memperbaiki tujuannya sendiri,
menetapkan waktupengamatan pembelajaran di kelas, menyeleksi
instrumenpengamatan pembelajaran di kelas, dan memperjelas kontekspembelajaran
dengan melihat data yang akan direkam.
Goldhammer,
mendeskripsikan satu agenda yang harusdihasilkan pada akhir pertemuan awal ini,
yaitu:
1). Menetapkan kontrak atau perjanjian
antara supervisor denganguru tentang hal yang akan diobservasi, meliputi: a).
Tujuaninstruksional umum dan khusus pengajaran; b). Hubungantujuan pengajaran
dengan keseluruhan program pengajaranyang diimplementasikan; c). Aktivitas yang
akan diobservasi;d). Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem, dan
unsurunsurlain berdasarkan persetujuan interaktif antara supervisordengan guru;
e). Deskripsi spesifik butir-butir atau masalah-masalahyang sebalikannya
diinginkan guru.
2) Menetapkan mekanisme atau
aturan-aturan observasi, meliputiwaktu (jadwal) observasi, lamanya observasi,
dan tempatobservasi.
3). Menetapkan rencana spesifik untuk
melaksanakan observasi,meliputi: (a). Di mana supervisor akan duduk
selamaobservasi?;(b). Akankah supervisor menjelaskan kepada muridmuridmengenai
tujuan observasinya?. Jika demikian, kapan?Sebelum ataukah setelah pelajaran?;
(c). Akankah supervisormencari satu tindakan khusus?; (d). Akankah
supervisorberinteraksi dengan murid-murid?; (e).Perlukah adanya materialatau
persiapan khusus?; (f). Bagaimanakah supervisor akanmengakhiri observasi?.[16]
b.
Proses melaksanakan pengamatan
Menurut
Pidarta, proses melaksanakan pengamatan ada duakegiatan yaitu gurumengajar dengan
tekanan khusus pada aspekperilaku yang diperbaiki, dan supervisor
mengobservasi. Prosesmelaksanakan pengamatan secara cermat, sistematis, dan
obyektifmerupakan proses kedua dalam proses supervisi klinis.Perhatianobservasi
ini ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatankegiatankelas sebagai hasil
tindakan guru.Waktu dan tempatpengamatan pembelajaran ini sesuai dengan
kesepakatan bersamaantara supervisor dengan guru pada waktu mengadakan
pertemuanawal.[17]
Melaksanakan
pengamatan pembelajaran secara cermat,mungkin akan terasa sangat kompleks dan
sulit, dan tidak jarangadanya supervisor yang mengalami kesulitan. Dengan
demikian,menuntut supervisor untuk menggunakan berbagai macamketerampilan. Ada
dua aspek yang harus diputuskan dandilaksanakan oleh supervisor sebelum dan
sesudah melaksanakanpengamatan pembelajaran, yaitu menentukan aspek yang akandiamati
dan cara mengamatinya. Mengenai aspek yang akandiamati harus sesuai dengan
hasil diskusi bersama antara supervisordengan guru pada waktu pertemuan awal.
Adapun
mengenai bagaimana mengamati juga perlumendapatkan perhatian. Maksud baik
supervisor akan tidak berarti,apabila usaha-usaha kegiatan pengamatan tidak
memperoleh datayang seharusnya diperoleh. Tujuan utama pengumpulan dataadalah
untuk memperoleh informasi yang sebenarnya, yang akandigunakan untuk bertukar
pikiran dengan guru setelah kegiatanpengamatan berakhir, sehingga guru bisa
menganalisis secaracermat aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya di kelas.
Disinilah letak pentingnya teknik dan instrumen pengamatan yangbisa digunakan
untuk mengamati guru mengelola prosespembelajaran.Berkaitan dengan teknik dan
instrumen pengamatan ini,sebenarnya para peneliti telah banyak mengembangkan
bermacammacamteknik yang bisa digunakan dalam mengamati kegiatanpembelajaran.
Acheson
dan Gall, mereview beberapa teknik danmenganjurkan supervisor untuk
menggunakannya dalam prosessupervisi klinis sebagai berikut :[18]
1) Selective Verbatim.
Pada teknik ini, supervisor membuatsemacam rekaman tertulis.Tentunya tidak
semua kejadianverbal harus direkam, tetapi sesuai dengan kesepakatan bersamaantara
supervisor dengan guru pada pertemuan awal.Hanyakejadian tertentu yang harus direkam
secara selektif. Transkipini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan
bisa jugamenyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui taperecorder.
2).Rekaman observasional berupa a
seating chart. Supervisormendokumentasikan perilaku murid, bagaimana ia
berinteraksidengan seorang guru selama pembelajaran berlangsung.Seluruh
kompleksitas perilaku dan interaksi dideskripsikansecara bergambar. Melalui
penggunaan a seating chart ini,supervisor bisa mendokumentasikan secara
grafis interaksi gurudengan murid, murid dengan murid, sehingga dengan mudahdiketahui
apakah guru hanya berinteraksi dengan semua muridatau hanya dengan sebagian murid
yang terlibat dalam prosespembelajaran.Wide-lens techniques.Supervisor
membuat catatan yanglengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yangpanjang
lebar.Teknik ini bisa juga disebut dengan anecdotalrecord.
4).Checklists and time line coding.
Supervisor mengamati danmengumpulkan data perilaku pembelajaran yang sebelumnyatelah
diklasifikasi atau dikatagorisasikan.Contoh yang palingbaik dalam kegiatan
pengamatan dengan model supervisi klinisadalah skala analisis interaksi.Flanders
berpendapat bahwadalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi
tigakategori besar, yaitu; pembicaraan guru, pembicaraan murid,dan tidak ada
pembicaraan (silence).
c.
Proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik
Menurut
Pidarta, pada tahap menganalisis hasil pengamatandan memberikan umpan balik diarahkan
pada menganalisis hasilmengajar secara terpisah dan pertemuan akhir seperti:
a). Gurumemberi tanggapan/penjelasan/pengakuan,b). Supervisor memberitanggapan/ulasan,
c). Menyimpulkan bersama hasil yang telahdicapai;hipotesis diterima, ditolak,
atau direvisi, d). menentukanrencana berikutnya: mengulangi memperbaiki aspek
tadi, dan ataumeneruskan untuk memperbaiki aspek aspek yang lain.[19]Pertemuan
balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakanpengamatan pembelajaran, dengan
terlebih dahulu dilakukananalisis terhadap hasil pengamatan.
Tujuan
utama menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik
adalahmenindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamatterhadap
proses pembelajaran. Pembicaraan dalam menganalisishasil pengamatan dan memberikan
umpan balik ini adalahditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan
perbedaanantara perilaku guru dan peserta didik yang direncanakan denganperilaku
aktual guru dan peserta didik, serta membuat keputusantentang apa dan bagaimana
yang seharusnya dilakukanberhubungan dengan perbedaan yang ada.
Proses
ini merupakan proses yang penting untukmengembangkan perilaku guru dengan cara
memberikan balikantertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit,
bersifatmemotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaatbagi
guru. Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagiguru, yaitu: (1) Guru
bisa diberi penguatan dan kepuasan sehinggabisa termotivasi dalam kerjanya, (2)
isu-isu dalam pengajaran biasdidefinisikan bersama supervisor dan guru dengan
tepat, (3)supervisor bila mungkin dan perlu bisa berupaya mengintervensisecara
langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis danbimbingan, (4) guru bisa
dilatih dengan teknik ini untuk melakukansupervisi terhadap dirinya sendiri,
dan (5) guru bisa diberipengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat
analisisprofesional diri pada masa yang akan datang.22Sebelum
mengadakan pertemuan balikan ini, supervisor terlebihdahulu diharuskan menganalisis
hasil pengamatan danmerencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu
pulaguru diharapkan menilai dirinya sendiri.Dalam pertemuan balikanini sangat
diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor denganguru.Maka dari itu,
supervisor sebaiknya menanamkan kepercayaanpada diri guru bahwa pertemuan
balikan ini bukan untukmenyalahkan guru, melainkan untuk memberikan masukan
balikan.Pertama kali yang harus dilakukan oleh supervisor dalam setiappertemuan
balikan adalah memberikan penguatan (reinforcment)terhadap guru.Kemudian
dilanjutkan dengan analisis bersamaterhadap setiap aspek pembelajaran yang
menjadi perhatian dalamkegiatan supervisi klinis.
Ada
beberapa langkah penting yang harusdilakukan selama pertemuan balikan ini,
yaitu:
1).
Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannyaterhadap pengajaran yang
dilakukan, kemudian supervisorberusaha memberikan penguatan (reinforcement).
2).
Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersamaguru mengidentifikasi
perbedaan antara tujuan pengajaran yangdirencanakan dengan tujuan pengajaran
yang dicapai.
3).
Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru.Supervisor bersama
guru mengidentifikasi target keterampilandan perhatian utama yang telah dicapai
dan yang belum dicapai.
4).
Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis targetketerampilan dan
perhatian utamanya.
5).
Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selamaproses supervisi
klinis. Supervisor memberikan kesempatankepada guru untuk menyimpulkan target
keterampilan danperhatian utamanya yang telah dicapai selama proses
superviseklinis.
6).
Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus
menetapkan rencana berikutnya.[20]
Dalam
pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerjayang baik dalam
pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakanpengamatan pembelajaran secara cermat,
maupun dalam menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik.Faktor
yang sangatmenentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan padaguru
bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantumengembangkan pembelajaran guru.Upaya
memperoleh kepercayaanguru ini memerlukan satu iklim kerja yang kolegial.
3. Oreantasi Perilaku Supervisi klinis
Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor
menentukankeberhasilannya dalam membantu mengembangkan guru. MenurutGlickman,
perilaku supervisor dalam supervisi klinis meliputi:mendengarkan,
mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan,memecahkan masalah, bernegosiasi,
mendemonstrasikan, memastikan,standardisasi, dan menguatkan.Sedangkan orientasi
perilakusupervisi klinis terdiri atas: [21]
a. Orientasi
Langsung
Supervisi klinis berorientasi langsung
akan mencakup perilakuperilakupokok, berupa klarifikasi, presentasi,
demonstrasi,penegasan, standardisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari
perilakusupervisi ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalamsatu
periode waktu tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi inisama halnya dengan
asumsi dasar psikologi perilaku, bahwamengajar itu pada dasarnya merupakan
penkondisian individumelalui lingkungannya.Apabila supervisor akan menggunakan orientasi ini,
makabentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis adalah: pertama,pada
saat pertemuan awal, supervisor mengklarifikasi masalahmasalahyang dihadapi
oleh guru dan barangkali sambil bertanyakepada guru yang bersangkutan untuk
melakukan konfirmasi danrevisi seperlunya. Pada saat itu pula
supervisor mempresentasikanide-idenya mengenai informasi atau data apa saja
yangdikumpulkan. Kedua, melaksanakan pengamatan kelas secaracermat.Peran
supervisor adalah sebagai pengamat untukmengetahui kondisi sebenarnya dan
bagaimana seharusnyadipecahkan.Ketiga, pada pertemuan balikan, setelah
datadikumpulkan dan dianalisis, supervisor menegaskan danmendemonstrasikan
tindakan-tindakan pembelajaran yang mungkinbisa dilakukan oleh guru.Pada saat
itu pula, supervisor menetapkanstandard pencapaian serta penguatan baik dalam
bentuk insentifmaterial maupun sosial.
b.
Orientasi Kolaboratif
Supervisi klinis yang berorientasi
kolaboratif akan mencakupperilaku pokok, berupa mendengarkan,
mempresentasikan,pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil akhir dari
perilakusupervisi ini adalah kontrak kerja antara supervisor dengan guru.Asumsi
yang mendasari orientasi supervisi ini adalah sama halnyadengan asumsi yang
mendasari psikologi kognitif, bahwa belajar itumerupakan hasil perpaduan antara
perilaku individu denganlingkungan luarnya.Apabila supervisor akan menggunakan
orientasi kolaboratif ini,maka bentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis
meliputikegiatan:
1). Pertemuan
awal atau perencanaan
Pada
pertemuan ini, supervisor mendengarkan apa yangdikeluhkan oleh guru, sehingga
ia benar-benar memahamimasalah-masalah yang dihadapi guru. Setelah itu,
supervisorbersama guru mengadakan negosiasi untuk menetapkan kapansupervisor
melakukan observasi kelas.
2). Melaksanakan
pengamatan
Setelah
pertemuan awal, dilanjutkan dengan observasi kelas.Pada waktu observasi ini,
supervisor dengan menggunakaninstrumen tertentu mengamati pembelajaran guru dan
aktivitaspeserta didik.Kemudian hasil pengamatan tersebut dianalisis,dengan
menyiapkan beberapa pertanyaaan untuk mengarahkanpemahaman guru terhadap
masalah yang dihadapinya.
3). Menganalisis
hasil pengamatan dan memberikan umpan balik
Pada tahap ini supervisor mengajukan
beberapa pertanyaanyang telah dibuat sebelumnya. Guru menjawab
pertanyaanpertanyaanyang diajukan oleh supervisor. Kemudian supervisorbersama
guru mulai memecahkan masalah.Dalam pemecahanmasalah ini, sebaiknya antara
supervisor dengan guru berpisah,sehingga masing-masing pihak bisa
mengidentifikasi alternativepemecahan masalah menurut pikiran masing-masing
pihak.Kemudian pada hari berikutnya, kedua belah pihak berkumpulkembali untuk
saling membahas alternatif pemecahan yangtelah dibuatnya.Artinya, supervisor
bersama guru menentukanalternatif pemecahan terbaik dan membagi tugas
untukmengimplementasikannya.
c. Orientasi
Tidak Langsung
Asumsi yang
mendasari orientasi ini adalah sama halnyadengan asumsi yang mendasari
psikologi humanistik yangmenyatakan bahwa belajar merupakan hasil keinginan
individuuntuk menemukan rasionalitas dan dasar-dasar dalam dunia ini.Premis
mayor yang mendasari orientasi ini adalah bahwa gurumampu menganalisis dan
memecahkan masalahnya sendiri dalamproses pembelajaran. Peran supervisor hanya
sebagai seorangfasilitator dengan sedikit memberikan pengarahan kepada
guru.Perilaku supervisi yang berorientasi tidak langsung akanmencakup berupa
kegiatan mendengarkan, mengklarifikasi,mendorong, mempresentasikan, dan bernegosiasi.
Hasil akhir darisupervisi ini adalah rencana guru sendiri (teacher
self-plan).
Apabila supervisor akan menggunakan
orientasi tidak langsungdalam melaksanakan supervisi, maka bentuk aplikasinya
dalamproses supervisi klinis meliputi kegiatan:
(a). Pertemuan awal atau perencanaan
Dalam
pertemuan awal ini supervisor mendengarkan keluhankeluhanguru.Kemudian
supervisor bertanya kepada guru perlutidaknya diadakan pengamatan kelas pada
saat guru mengajar.Apabila tidak diperlukan oleh guru berarti tidak ada masalahserius
yang dihadapi guru. Sebaliknya apabila guru memintasupervisor mengamati kelas,
maka dilanjutkan denganmengamati kelas, ketika proses pembelajaran berlangsung.
(b). Melaksanakan pengamatan
Supervisor
memasuki kelas untuk mengamati pengajaran guru.Supervisor mengamati bagaimana
guru mengajar, bagaimanapeserta didik belajar, mendengarkan penjelasan,
berdiskusi, dansebagainya.Setelah itu, semua hasil pengamatan dianalisis
dandiinterpretasikan.Apabila dianggap perlu, supervisor menyusunpertanyaan untuk
mengklarifikasi hasil-hasil pengamatannyauntuk membantu mengarahkan guru
memahami kekurangan danmasalahnya sendiri.
(c). Menganalisis
hasil pengamatan dan memberikan umpan balikSetelah selesai menganalisis dan
menginterpretasikan,supervisor bersama guru mengadakan pertemuan akhir.Padasaat
inilah diidentifikasi kembali tindakan-tindakan yangdilakukan guru di kelas,
serta membantu guru memahamikekurangannya sendiri.Kemudian supervisor bertanya
kepadaguru tentang banyak hal yang menurut guru bisa dilakukanuntuk memecahkan
beberapa kekurangannya.
C.
PENUTUP
Pelaksanaan
supervisi klinis dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pendidikan itusendiri, sehingga segala bentuk tujuan yang hendak dicapai dapatterwujud
secara efektif dan efisien, terutama bagi guru baik itu untuk mata pelajaran
umum maupun guru pendidikan agama Islam. Karena
kedua kelompok guru
tersebut dalam
melaksanakan tugasnya tidak bisa terlepasdari segala bentuk masalah
yang dihadapi. Disinilah supervisi klinissangat dibutuhkan oleh guru agar dapat
membantumenyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.Wa Allâh A’lam bi
al-Shawâb.*
DAFTAR RUJUKAN
Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan
Praktik,Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Cogan, M.L.Clinical Supervision(Boston: Honghton Miffin,
1973)
terjemahan Muhammad Iqbal, Supervisi Klinik,Yogyakarta: Diva Press,
2013
Harahap, Baharudin.Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh
Guru, KepalaSekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, Jakarta:
Ciawi Jaya, 2014.
Krajewski, R.A.Clinical Supervision: A Conceptual Framework,”
dalam Journalof Research and Development in Education,15/ 3, 2011
Oliva,
P.F.Supervision for Today’s School,1999(New
York: Longman),Terjemahan oleh Ahmad Baihaqi, Supervisi Akademik
dan Klinis, Jakarta: Rajawali
Pers, 2008.
Purwanto, M.Ngalim.Administrasi dan Supervisi Pendidikan ,Bandung:
RemajaRosdakarya, 1999.
Prasojo, Lantip Diat. & Sudiyono,Supervisi Pendidikan,2011
Yogyakarta: Gava Media, 2001
Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara,
1999
Sergiovanni, Thomas J. and Robert J. Staarratt, Emerging
Patterns of Supervision:Human Perspective, New York:
Mc Graw Hill Book Company, 2010.
Sahertian, Piet. A. dan
Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,Surabaya:
Usaha Nasional, 2012.
[1]Lantip Dian Prasojo & Sudiyono,Supervisi
Pendidikan, 2011 ( Yogyakarta: Gava Media), hlm. 112
[2]R.A. Krajewski, Clinical
Supervision: A Conceptual Framework,” dalam Journal
of
Research and Development in Education,15
( 3, 2011 ),
hlm. 94 – 95
[3]Thomas J.
Sergiovanni and Robert J. Staarratt, Emerging Patterns of Supervision:
Human
Perspective, 2010 (New
York: Mc Graw Hill Book Company), hlm. 4.
(Surabaya:
Usaha Nasional), hlm. 58.
[5]Baharuddin
Harahap, Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala
Sekolah,
Penilik dan Pengawas Sekolah, 2014 (Jakarta: Ciawi Jaya), hlm. 15.
Rosdakarya),
hlm. 91.
[7]M.L. Cogan, Clinical
Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973) terjemahan Muhammad Iqbal, Supervisi Klinik, 2013( Yogyakarta: Diva Press), hlm.54.
[10]Pengertian
siklus mengandung dua pengertian; pertama, prosedur supervisi klinis
terdiri dari sejumlah tahapan
yang merupakan proses yang berkesinambungan. Kedua,
hasil pertemuan tahap akhir
menjadi masukan untuk tahap pertama pada proses
berikutnya.
[11]M.L. Cogan, Clinical
Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973)
terjemahan Muhammad Iqbal, Supervisi
Klinik, 2013( Yogyakarta: Diva Press), hlm.58.
[12]Nur Aedi,Pengawasan Pendidikan Tinjauan
Teori dan Praktik,2014 ( Jakarta: Rajawali Pers), hlm. 57
[13]P.F. Oliva, Supervision for
Today’s School,1999(New
York: Longman),Terjemahan
oleh Ahmad Baihaqi, Supervisi Akademik
dan Klinis,2008 ( Jakarta:
Rajawali Pers), hlm. 64
[15]Lantip Dian Prasojo & Sudiyono,Supervisi
Pendidikan, 2011 ( Yogyakarta: Gava Media), hlm. 115
[16]M.L. Cogan, Clinical
Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973)
terjemahan Muhammad Iqbal, Supervisi
Klinik, 2013( Yogyakarta: Diva Press), hlm.68.
[18]P.F. Oliva, Supervision for
Today’s School,1999(New
York: Longman),Terjemahan
oleh Ahmad Baihaqi, Supervisi Akademik
dan Klinis,2008 ( Jakarta:
Rajawali Pers), hlm. 74
[20]Nur Aedi,Pengawasan Pendidikan Tinjauan
Teori dan Praktik,2014 ( Jakarta: Rajawali Pers), hlm. 65
[21]Lantip Dian Prasojo & Sudiyono,Supervisi
Pendidikan, 2011 ( Yogyakarta: Gava Media), hlm. 120
Tidak ada komentar:
Posting Komentar