Nabi
Muhammad SAW adalah seorang manusia pilihan yang patut dicontoh dan diteladani
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Al-Qur’an beliau mendapatkan sebutan “Uswatun Hasanah” (suri tauladan yang
baik). Sedikit demi sedikit Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat dengan cara
menanamkan akhlak mulia dan beriman hanya kepada Allah SWT. Hal tersebut
terkait dengan misi beliau yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang Artinya “Sesungguhnya aku diutus
Allah SWT, untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia”. (HR. Ahmad).
Dengan keluhuran budi dan akhlak yang mulia, akhirnya beliau berhasil membawa
amanah yang dititipkan oleh Allah SWT untuk mensyiarkan Islam ke seluruh
penjuru dunia ini, guna memberi kabar gembira serta membawa keselamatan hidup
bagi umat manusia di dunia dan bahkan sampai di akhirat kelak. Hal itu sangatlah
bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan makhluk lain penghuni alam semesta
ini, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Aku (Allah) tidak mengutus
Kamu Muhammad, kecuali menjadi rahmat (membawa keselamatan) bagi
sekalian manusia di alam ini.” (Q.S. Al Anbiya : 107)
Konsep dan keyakinan tentang
kebajikan (husnul ‘amal) membuat
manusia sebagai mahluk yang berbeda dari mahluk lain di muka bumi bahkan di
alam semesta ini. Kebajikan akan terwujud dalam karakter baik (akhlak mahmudah). Tanpa karakter yang
baik, manusia kehilangan segala-galanya, terutama akan kehilangan kemanusiaanya
sebagai fitrah yang di amanahkan oleh Allah SWT. Pendidikan yang berorientasi
pembangunan karakter sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
menguatkan sifat mulia kemanusiaan, agar manusia yang sering mengaku
sebagai mahluk tertinggi di muka bumi
ini tidak terpeleset jatuh menjadi mahluk yang tidah manusiawi bahkan lembih
tersesat dan lebih rendah dari binatang yang paling hina sekalipun. Oleh
karenanya dibutuhkan sosok contoh dan teladan yang “haq” yang harus dipatuhi
dan diikuti, tiada lain sosok itu ialah
penghulu para Nabi dan rasul yakni Nabi Muhaamad SAW sebagai teladan bagi kita
semua.
Para ahli mendefinisikan karakter
itu antara lain sebagai berikut : Quraish
shihab menyatakan bahwa Karakter merupakan himpunan pengalaman, pendidikan, dan
lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sehingga alat ukur
yang mewujudkan pemikiran, sikap dan perilaku antara lain akhlak mulia dan budi
pekerti luhur, sedangkan Imam Ghozali : Akhlak
Karakter merupakan Sifat yang tertanam / menghujam di dalam jiwa dan dengan
sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap,
tindakan dan perbuatan (Moetojib : 29 - 30) . Dari definisi yang telah diuraikan tadi maka
dapat disimpulkan bahwa karakter itu ialah pancaran jati diri seseorang yang
mencerminkan ”sifat Tuhan” artinya bertuturkata dan bersikap dengan baik (berakhlak
mahmudah) agar ridho Tuhan kita yakni Allah ta’ala selalu benyertai.
Keteladanan Nabi Muhammad
dapatlah dijadikan inti dan sumber pembelajaran pendidikan karakter karena pada
substansinya pendidikan karakter itu ialah berperilaku atau bersikap dan
bertata krama yang baik dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku yang
kesemuanya itu telah di contohkan oleh sang baginda Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
Sebagai pendidik maka kita
selayaknya menjadi teladan bagi anak didik kita, baik dalam ucapan maupun dalam
bersikap karena yang kita didik adalah makhluk Tuhan yang masih bersih dan masih
suci sehingga sangat mudah mengarahkan mereka menjadi manusia yang manusiawi,
terbiasa melakukan hal-hal yang positif yang di sukai oleh Tuhan Rabbul ‘alamin.
Disini kita dituntut membiasakan anak didik kita bersikap dan berakhlak sesuai
dengan apa yang di teladani oleh Nabi Muhammad SAW yakni akhlak mahmudah. Dalam
sebuah kitab kecil yang bernama mahfuzod didebutkan “mansyabba ‘ala syaiin Syabba ‘alaih” artinya barang siapa terbiasa dengan sesuatu maka terbiasalah ia. Jadi
membiasakan diri sejak dini maka akan selalu terbiasa melakukan apa yang sering
di lakukan, ingatlah meluruskan pohon yang masih kecil dipastikan bisa lurus
namu meluruskan pohon yang sudah tua maka bisa dipastikan juga akan patah,
artinya menanamkan karakter positif pada usia dini itu akan lebih memungkinkan
berhasil dari pada setelah tua yang lebih sulit mendapatkan hasil. Oleh karena
itu mebiasakan peserta didik dengan hal-hal yang baik maka hasilnya tidak
sebatas di lingkungan sekolah atau tempat proses pembelajaran berlangsung namun
out-put nya setelah selesai pun masih akan mereka kerjakan sampai mereka
selesai sekolah. Umpamanya, jika peserta didik selalu dibiasakan mengucapkan
salam tehadap sesama siswa atau kepada Bapak atau Ibu guru di lingkungan
sekolah, itu artinya kita telah menanamkan nilai karakter yang baik pada
peserta didik yakni berupa sifat tasammuh
artinya saling menghormati dan menghargai dengan sesama. Maka, kebiasaan itu
dipastikan akan mereka bawa sampai di luar sekolah bahkan saking biasanya
setelah selesaipun akan mereka lakukan hal itu. Masih banyak karkter-karakter
lainnya jika kita gali ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup
kita. Maka, dibutuhkan kesungguhan kita sebagai pendidik dan bagi peserta didik
untuk menggali, mengkaji dan mempelajari karakter positif yang di teladani oleh
Nabi Muhammad SAW dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan
sekolah maupun lebih-lebih di luar sekolah.
Sehubungan
bulan ini adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW (bulan mulud), maka perlu kita dalami firman Allah dalam surat Al
Fath ayat 29 berikut ini yang artinya: "Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka
ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. "
Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah. Beliau merupakan sosok
manusia biasa, sama halnya dengan manusia pada umumnya. Namun, yang membedakanya
ialah Nabi Muhammad SAW mendapat hidayah Allah berupa Kenabian dan KerasulanNya
untuk menjadi tauladan dalam prilaku hidupnya dan panutan dalam ajaran
risalahnya. Mencermati firman Allah SWT tadi maka setidaknya ada 4 (empat) ciri
yang nampak pada pengikut Nabi Muhammad SAW, yaitu :
1. Asyidda-u 'alal-kuffar
(keras terhadap orang-orang “kafir”), maksudnya bahwa pengikut
Muhammad itu adalah orang orang yang senantiasa keras pendirian dan tegas
kebijakannya terhadap orang-orang kafir. Ungkapan kata KAFIR adalah
melekat pada sifat, yang sama halnya dengan kata mukmin dan munafik
- bukan pada benda atau simbol suatu keyakinan seperti agama. Jadi bisa
saja ada orang yang beragama Islam tetapi memiliki sifat kafir atau munafik.
2. Ruhama-u bainahum
(Berkasih sayang bersama mereka), maksudnya bahwa pengikut
Muhammad itu saling mengasihi. Dalam teks ayat-ayat al-Quran, Allah Swt.
menyebutkan untuk hubungan yang baik itu dengan kata RAHIMA yang artinya
kasih sayang, bukan dengan kata HUBBUN yang berarti cinta, karena cinta
itu pasti pilih hati dan dapat saja ditinggalkan. Akan tetapi kasih sayang
harus senantiasa dipelihara dan wajib hukumnya bagi setiap makhluk Allah.
Sungguh, cinta itu hanya sampai pada hubungan persahabatan saja, sedangkan
kasih sayang sampai pada hubungan persaudaraan. Cinta lebih dekat dengan nafsu,
sedangkan kasih sayang sangat dekat dengan pengabdian, kepedulian, dan
toleransi.4
3. Tara-hum rukka'an sujjada
(Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud), maksudnya bahwa pengikut
Muhammad itu senantiasa ruku’ dan sujud dalam artian tunduk dan taat terhadap
aturan Allah Swt. Dengan menyembah kepadaNya. Perbuatan tunduk, taat dan
menyembah itu dilakukan oleh pengikut Muhammad untuk mengharapkan ridha Allah
Swt. semata.
4. Siima-hum fi-wuju-hihim min atsaris-sujuud( tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud), maksudnya
bahwa nampak pada muka orang-orang yang
mengikuti Nabi Muhammad SAW itu adalah keteguhan iman, kesucian hati
dan kearifan berfikir.
Keempat ciri sifat pengikut Nabi Muhammad SAW tersebut di atas dapatlah
di kategorikan sebagai karakter yang baik karena ada kaitannya dengan
hablumminannas dan hablumminallah. Namu apabila kita pandang dengan kondisi
kita saat ini, maka kita dapat merenungkan kembali akan diri kita
masing-masing. Dalam hal bersikap tegas
terhadap orang-orang kafir bukan diwujudkan dalam bentuk perang atau tindakan
anarkis dan merusak kehidupan mereka. Sikap keras ini haruslah kembali pada
hakekatnya, yaitu mengikuti sifat dan suri tauladan yang telah di contohkan
oleh Nabi Muhammad SAW sehingga pendidikan karakter benar-benar terlaksana di
dalam dan luar sekolah dengan sesama muslim ataupun dengan non-muslim. Sikap
kasih sayang terhadap sesama makhlukpun senantiasa harus kita membiasakan diri
sehingga akan selalu tercipta suasana damai, rukun, saling menghargai dan
saling menghormati dengan sesama manusia maupun makhluk Tuhan lainnya.
Menjadi tanda tanyak bagi kita ialah sudahkah kita menjadi orang
yang dapat digolongkan sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW atau belum, atau
bahkan bertentangan dengan sifat dan sikapnya ?. Inilah yang mungkin patut
untuk kita renungkan masing-masing. Siapapun kita dan apapun profesi atau pekerjaan
kita, masih terbuka bagi kita untuk merubah pola pikir dan pola tindakan kita
untuk mencoba mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dan para pengikutNya agar
pendidikan karakter yang dicanagkan bisa tercapai dengan efektif dan efesien
insyaallah, amin ya mujibassailin !!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar