Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Rabu, 24 Mei 2023

SYARAT-SYARAT THOHAROH : WUDHU DAN ATAU MANDI


فصل 

: في شروط الطهارة (شروط الوضوء) وكذا الغسل (عشرة) الأول: (الإسلام) فلا يصح من كافر لأنه عبادة بدنية بغير ضرورة وليس هو من أهلها. (و) الثاني: (التمييز) فلا يصح وضوء غير المميز كطفل ومجنون لما ذكر. (و) الثالث: (النقاء) بفتح النون بالمد وماضيه نقي بكسر القاف ومضارعه ينقى بفتحها أي النظافة. (عن الحيض والنفاس و) الرابع: النقاء (عما يمنع وصول الماء إلى البشرة) كدهن جامد وشمع وعين حبر وحناء بخلاف أثرهما وشوكة لو أزيلت لم يلتئم محلها ودم وغبار على عضو لا عرق متجمد عليه ووسخ تحت الأظفار ورمض في العين وليس منه طبوع عسر زواله فيعفى عنه، وكذا قشرة الدمل بعد خروج ما فيها وإن سهلت إزالتها بل أولى من العرق لأنه جزء من البدن. (و) الخامس: (أن لا يكون على العضو ما يغير الماء) كزعفران وصندل. (و) السادس: (العلم بفرضيته) أي يكون كل من الوضوء والغسل فرضاً وهو ما يثاب على فعله ويعاقب على تركه لأن الجاهل بفرضيته غير متمكن من الجزم بالنية فلا تصح ممن جهل فرضيته. (و) السابع: (أن لا يعتقد فرضاً من فروضه) أي فروض كل منهما (سنة) سواء اعتقد أن أفعاله كلها فروض أو اعتقد أن فيه فرضاً وسنة وإن لم يميز أحدهما عن الآخر وهذا في حق العامي، أما العالم وهو من اشتغل بالفقه زمناً فلا بد فيه من تمييز فرائضه من سننه. (و) الثامن: (الماء الطهور) في ظن كل من المتوضىء والمغتسل واعتقاده وإن لم يكن طهوراً عند غيره كما لو اشتبه الطهور بالمتنجس من إناءين وقع في أحدهما لا بعينه نجاسة فظن كل شخص طهارة إنائه فتوضأ فطهارة كل منهما صحيحة فلا يصح الوضوء والغسل بمستعمل ومتغير تغيراً كثيراً. (و) التاسع: (دخول الوقت) أي في طهارة دائم الحدث كمستحاضة فلو تطهر قبل دخوله لم تصح لأنها طهارة ضرورة ولا ضرورة قبل الوقت. و) العاشر: (الموالاة) أي بين الأعضاء والموالاة بين أجزاء الوضوء الواحد (لدائم الحدث) وهذا القيد راجع لهاتين المسألتين كما علمت.

PASAL TAHARAH 

menerangkan tentang Syarat-syarat Thoharoh (Syarat-syarat wudhu) demikian pula mandi (10):

1. Islam. Karenanya tidak sah dilakukan orang kafir karena wudhu dan mandi adalah ibadah badaniyyah yang bukan kondisi darurat sedangkan ia bukan termasuk ahlinya.

2. Tamyiz; Karena itu tidak sah wudhu orang yang belum mumayyiz seperti bocah dan orang gila dengan alasan yang disebutkan sebelumnya.

3. Naqa' (النقاء) lafadz النقاء dengan fathah huruf Nun dengan mad . Bentuk Fi'ilnya adalah نقي dengan kasrah pada huruf Qof dan bentuk Fi'il Mudhori'nya ينقي dengan dibaca fathah huruf Qof maksudnya bersih (Dari haid dan nifas).

4. Bersih dari benda (yang mencegah sampainya air pada kulit seperti minyak yang sudah mengeras, atau lilin, Dzat tinta, pacar kuku, tidak bekasnya, atau duri yang apabila dicabut maka bagian yang dikenainya itu tidak merapat, darah, debu yang ada di anggota tubuh, tidak keringat yang sudah mengeras, kotoran dibawah kuku atau kotoran di mata. Tidak termasuk benda yang sulit dihilangkan maka dima'fu, dan bisul yang sudah keluar isinya meskipun sebenarnya mudah untuk dihilangkan, bahkan bisul ini lebih utama sebagai perkara yang tidak mencegah sampainya air ke kulit daripada keringat yang sudah mengeras karena kulit termasuk bagian dari tubuh.

5. Tidak ada benda yang menempel diatas anggota tubuh yang dapat merubah sifat-Sifat air seperti seperti Za'Faron dan Cendana. 

6. Mengetahui kefardhuan wudhu atau mandi, maksudnya mengetahui masing-masing dari keduanya adalah fardhu, yakni apabila dilakukan maka diberi pahala dan jika ditinggalkan disiksa. Karena orang yang tidak mengetahui kefardhuan wudhu atau mandi tidak mungkin memiliki kemantapan niat. Oleh karena inilah, tidak sah niat dari orang yang tidak mengetahui kefardhuan wudhu atau mandi.

7. Tidak meyakini Fardhu wudhu atau mandi sebagai kesunahan, baik seseorang meyakini bahwa Perbuatan-perbuatan wudhu atau mandi itu Fardhu atau ia meyakini didalam wudhu atau mandi ada yang Fardhu dan ada yang sunah meskipun tidak bisa membedakan manakah yang Fardhu dan manakah yang sunah. Ini bagi orang yang 'Ammiy (tidak tahu hukumnya). Sedangkan bagi orang Alim (paham) yaitu orang yang sudah menekuni ilmu Fiqih tidak dapat tidak (wajib) membedakan Fardhu-Fardhu Wudhu atau mandi dan sunahnya.

8. Air suci mensucikan menurut sangkaan orang yang berwudhu atau mandi menurut keyakinannya meskipun menurut orang lain air itu tidak suci mensucikan misalnya, ketika tidak diketahui manakah air suci mensucikan dan manakah air yang bernajis dari dua wadah. Kemudian masing-masing orang yang berwudhu dan mandi menyangka kesucian wadah yang berbeda, lalu orang yang berwudhu bersuci dengan wadah itu, maka bersucinya sah. Karena itu, tidak sah bersuci dengan air Musta'mal atau berubah dengan perubahan yang banyak.

9. Masuknya waktu, ini bagi orang selalu berhadats seperti wanita yang mengalami Istihadhoh. Karena itu, bila ia bersuci sebelum masuk waktunya (waktu shalat) karena bersucinya bersuci darurat, tidak disebut darurat sebelum waktunya.

10. Muwalah (terus-menerus) maksudnya antara anggota-anggota (wudhu/mandi) Atau Muwalah antara bagiannya (rukun wudhu) bagi orang yang selalu berhadats. Ini, batasan Bagi orang yang selalu berhadats pada dua masalah diatas, seperti sudah kamu ketahui.

Sumber : Kaasyifah as Sajaa Fii Syarh Safiinah an Najaa Halaman 28.


Wallahu A'lamu Bissowab


Semoga bermanfaat...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar