BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil dari usaha yang disengaja dan
pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol. Menurut Miarso belajar adalah:
Learning
is the process by which relatively enduring change in behavior occurs
as a result of controlled and uncontrolled experiences, and also considered as
the acquisition of skills, knowledge, ability and attitude which influence the
description and diagnose of events and people.
Definisi
tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif
permanen pada tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang
terkontrol dan tidak terkontrol, dan belajar merupakan proses pemerolehan
keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan tingkah laku yang mempengaruhi
deskripsi dan diagnosa terhadap peristiwa dan manusia.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, istilah belajar tidak ditemukan.
Istilah yang digunakan adalah pembelajaran. Pembelajaran didefinisikan sebagai
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran,
(2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; dan (4) model pembelajaran.
Pada tulisan ini dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat
memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
B.
Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini menguraikan hubungan
konseptual dan Fungsional antara Strategi, Metode, Pendekatan dan Model Pembelajaran.
C.
Kompetensi Dasar
Setelah selesai pembelajaran peserta
diharapkan memahami tentang hubungan konseptual dan Fungsional antara Strategi,
Metode, Pendekatan dan Model Pembelajaran.
D.
Indikator Keberhasilan
Setelah selesai pembelajaran peserta
diharapkan mampu menjelaskan tentang hubungan konseptual dan Fungsional antara
Strategi, Metode, Pendekatan dan Model Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode
Pembelajaran
Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan dengan pembelajaran,
metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa. Karena metode
lebih menekankan pada peran guru, istilah metode sering digandengkan dengan
kata mengajar, yaitu metode mengajar.
Menurut Fred Percival dan Ellington (1984)
dalam Milan Rianto (2006:6), metode adalah cara yang umum untuk menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik atau mempraktekkan teori yang telah dipelajari
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Selanjutnya Isrok’atun dan Amelia Rosmala
(2018: 38) metode pembelajaran diartikan sebagai cara dalam melakukan sesuatu
atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik untuk menerapkan strategi
pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diaplikasikan oleh
siswa dan guru sebagai implementasi terhadap penerapan strategi pembelajaran.
Batasan ini hampir sama dengan pendapat Reigeluth (dalam Conny Semiawan, 1997)
yang mengartikan bahwa metode mencakup rumusan tentang pengorganisasian bahan
ajar, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan,
hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga diperoleh hasil yang
efektif, efisien dan menimbulkan daya tarik pembelajaran.
Berbagai pendapat di atas, menunjukkan
bahwa metode berhubungan dengan cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kemudahan dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan
beberapa pendapat tadi maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana/strategi
pembelajaran, yang sudah disusun dalam bentuk kerja nyata dan praktis.
Langkah-langkah cara pembelajaran disusun secara terurut sesuai dengan sintak
pembelajaran dan strategi pembelajaran. Setiap langkah pembelajaran saling
terkait satu dengan yang lain sehingga mampu menggambarkan suatu pembelajaran
yang jelas dan mampu memfasilitasi siswa dalam memahami materi atau konsep
pelajaran.
Ketepatgunaan dalam memilih metode sangat
berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan,
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien
dalam memfasilitasi peserta didik untuk meraih hasil belajar sesuai yang
diharapkan. Dengan demikian metode merupakan suatu komponen yang sangat
menentukan terciptanya kondisi pembelajaran yang sangat menentukan terciptanya
kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalam konteks menyenangkan
ini, tidak selalu menjamin peserta didik akan dapat belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa sebaik apapun seorang guru dalam merancang/mendesain suatu
program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat optimal mewujudkan ketercapaian
kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus
penggunaan metode secara tepat.
Ciri-ciri metode yang berpeluang
memfasilitasi peserta didik selama proses pembelajaran, antara lain:
a.
Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses
pembelajaran
b.
Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari
bahan ajar selama proses pembelajaran
c.
Memotivasi peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang
d.
Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang
e.
Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara
bebas terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya (fisik dan sosial).
f.
Mendorong tumbuh kembangnya kepribadian peserta didik,
utamanya sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab, dan toleran serta
komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya.
1.
Macam-macam
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran sebagai suatu cara
untuk menyajikan materi pelajaran atau baahan pengetahuan kepada peserta didik
banyak ragamnya, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua
metode pada hakikatnya adalah baik dan dapat digunakan untuk menyajikan
berbagai materi pelajaran. Sehingga tidak ada satupun metode yang paling baik,
tepat, dan sesuai untuk suatu mata pelajaran tertentu.
Suatu metode yang telah dipilih untuk
menyajikan materi pelajaran, hendaknya dipahami dengan baik dan digunakan atau
diujicobakan berulangkali sehingga diperoleh data tentang kelebihan dan
kekurangannya, selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman guna memodifikasi
dalam penggunaan berikutnya. Hal ini ditempuh karena metode sangat menentukan
kondusif atau tidaknya kondisi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
pada gilirannya akan menentukan hasil belajar peserta didik. Kegagalan dalam
mewujudkan hasil belajar atau ketercapaian kompetensi menuntut perubahan dalam
penggunaan metode pembelajaran. Beberapa bentuk metode mengajar yang kita kenal
adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, pemberian tugas, kerja
kelompok, demonstrasi (modeling) dan sebagainya.
a.
Ceramah
Adalah
cara penyajian materi pelajaran dengan lisan (verbal). Medianya berupa suara
dan gaya guru (penceramah). Untuk itu peserta didik (audience) dituntut memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik.
Dalam praktiknya di sekolah sudah jarang dijumpai bahwa selama proses
pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah saja, dan yang ada sekarang
penggunaaanya bersamaan dengan metode lain (divariasi dengan metode tanya
jawab, diskusi, penugasan dan lain sebagainya). Dengan demikian, apapun
pendekatan dan strategi yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran
maka penggunaan metode ceramah betapa pun kecil frekuensinya akan terlihat.
Ceramah
cocok digunakan untuk mengawali tugas/kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta
didik, memberikan nasehat atau membimbing kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan. Ceramah pada prinsipnya sulit untuk
dilaksanakan karena mempersyaratkan, antara lain: 1) Guru hendaknya memiliki
keterampilan menjelaskan dengan bahasa, suara, gaya dan sikap yang baik serta
menarik; 2) peserta didik hendknya memiliki keterampilan mendengarkan yang
baik; 3) penceramah (guru) dengan audience (siswa) berada pada tingkat
pemahaman yang sma tentang materi yang diceramahkan.
Kelebihan
penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran adalah:
1)
Dalam waktu singkat, guru dapat menyajikan materi pelajaran
yang banyak kepada sejulah peserta didik secara serentak
2)
Melatih kemampuan peserta didik dalam mendengarkan secara
tepat, kritis dan penuh penghayatan sehingga memungkinkan mereka dapat mendengarkan
dengan baik dan benar
3)
Memungkinkan terjadinya penguatan, baik dari guru maupun
peserta didik.
4)
Memungkinkan guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan
pengalaman guru sendiri atau peserta didik dalam kehidupan nyata.
5)
Memantau peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran yang disajikan dan mengantarkan penggunaan metode
lainnya.
Kekurangan
penggunaan metode ceramah antara lain
1)
Proses pembelajaran didominasi oleh guru, sementara peserta
didik pasif dan cenderung menghapalkan semua sifat materi pelajaran sebagai fakta
2)
Komunikasi yang terjadi hanya satu arah sehingga cenderung
menimbulkan salah tafsir tentang istilah tertentu
3)
Tidak semua guru memiliki keterampilan berbicara dengan gaya
bahasa suara dan sikap yang baik sehingga dapat menarik perhatian siswa,
apalagi dapat merangsang semangat dan menumbuhkan daya imajinasi mereka
4)
Tidak segera dapat diketahui umpan balik tentang materi
pelajaran yang telah disajikan
5)
Materi dengan ceramah hanya mampu diingat oleh peserta didik
dalam jangka waktu yang singkat sehingga tidak membantu peserta didik
mengorganisasikan materi dalam ingatannya untuk jangka waktu yang panjang.
b.
Tanya Jawab
Metode
Tanya Jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran dalam bentuk pertanyaan
dan jawaban, baik oleh guru maupun peserta didik. Hyman dalam Milan Rianto,
2006: 52) menyebutkan bahwa dalam metode tanya jawab terkandung tiga hal, yritu
pertanyaan, respon, dan reaksi. Pertanyaan ditandai dengan kata-kata atau
kalimat yang digunakan untuk memperoleh respon verbal. Respon sebagai pemenuhan
atas pertanyaan. Reaksi menunjuk pada perubahan dan penilaian terhadap pertanyaan dan respon. Jenis pertanyaan meliputi
pertanyaan tingkat rendah dan pertanyaan tingkat tinggi.
Pembelajaran yang terlaksana dengan menggunakan
metode tanya jawab memiliki keuntungan, antara lain:
1)
Peserta didik didorong dan dilatih untuk berpikir secara
teratur
2)
Peserta didik belajar bagaimana memecahkan masalah, sehingga
tumbuh dan berkembang keberanian dan rasa keingintahuannya
3)
Dengan memilikrkan jawaban atas pertanyaann membuat peserta
didik belajar secara aktif selama prose pembelajaran
4)
Peserta didik lebih cepat berhasil dalam mempelajari materi
baru
5)
Setiap saat guru dapat mengontrol keikutsertaan peserta didik
selama pembelajaran dan juga dapat menghindari terjadinya keributan dalam kelas
dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yang menjadi biang keributan.
Jika peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan, guru mengganti pertanyaan
dengan bobot yang lebih rendah.
Kelemahan
dari metode tanya jawab adalah peseerta didik kurang bebas dalam belajar karena
jalan pikirnya ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan.
c.
Diskusi
Diskusi merupakan cara penyajian materi
pelajaran dengan tukar-menukar pendapat untuk mencari pemecahan permasalahan
tentang suatu topik tertentu. Pembelajaran dengan diskusi, memposisikan guru
untuk berperan sebagai pengatur, pengarah dan pengontrol jalannya pembelajaran.
Dalam menjalankan perannya, guru hendaknya mengusahakan agar setiap tanggapan
disalurkan melalui pimpinan diskusi, peserta didik berbicara menurut giliran,
pembicaraan tidak dimonopoli oleh peserta didik tertentu yang gemar berbicara,
dan peserta didik yang penakut atau malu mendapatkan kesempatan untuk
mengemukaan pendapatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait permasalahan
yang layak untuk didiskusikan agar berhasil dengan persyaratan:
1)
Topik permasalahan diseleksi sesuai tingkat kemapuan peserta
didik dan menarik perhatiannya
2)
Pastikan semua peserta didik memahami permasalahannya
3)
Mempunyai jawaban lebih daripada jawaban yang dapat
dipertahankan sebagai kebenaran tunggal
4)
Bukan mencari jawaban yang benar semata, tetapi lebih
mengutamakan alasan sebagai pertimbangan atau perbandingan dalam pemecahan
suatu permasalahan
Kelebihan metode siskusi dalam pembelajaran,
yaitu:
1)
Menumbuhkan dan membina sikap berpikir logis, kritis,
analitis, dan sistematis (lebih mengutamakan penalaran dalam menganggapi
permasalahan daripada kebenaran isi yang dikemukakan)
2)
Menumbuhkan kemampuan untuk mengemukakan argumentasi dengan
menggunakan bahasa indoensia yang baik dan benar
3)
Membantu peserta didik yang memiliki kelemahan dalam
pemecahan masalah
Kelemahan dalam pelaksanaan metode diskusi,
yaitu:
1)
Hasil yang pasti dari diskusi sulit diperkirakan, kendatipun
telah diorganisasikan dengan baik
2)
Kurang efisien dalam pemanfaatan waktu
3)
Belum tentu menjamin bahwa keputusan hasil yang dicapai akan
dilaksanakan
4)
Proses diskusi sering didominasi oleh mereka yang pandai dan
senang bicara
d.
Metode Pemberian Tugas (Resitasi – Recitation)
Metode pemberian tugas (pekerjaan rumah) atau
PR adalah cara penyajian materi pelajaran dengan menugaskan kepada peserta
didik untuk melakukan kegiatan di luar jam pelajaran tatap muka. Melalui
berbagai macam penugasan dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang
kreativitas, di samping bertambah wawasan dan keterampilannya.
Kelebihan dalam penggunaan metode pemberian
tugas yaitu:
1)
Melatih peserta didik untuk melaksanakan serangkaian kegiatan
agar mereka dapat menemukan pengalaman belajarnya yang pada gilirannya akan
menumbuhkan sikap hati-hati, teliti, tekun, dan kreatif
2)
Mendorong perkembagan kemampuan dalam memikirkan dan
melakukan sesuatu tanpa bantuan pihak lain
3)
Mendorong peserta didik untuk menilai sendirir seberapa jauh
kelebihan dan kekurangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas
Sedangkan kekurangannya, apabila setiap mata
pelajaran memberikan tugas, peserta didik tidak akan punya waktu luang untuk
istirahat atau melakukan kegiatan lain di luar sekolah dan pada gilirannya bisa
jadi membuat mereka apatis terhadap sekolah.
e.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian
materi pelajaran melalui tindakan/peragaan yang diperjelas dengan ilustrasi,
serta pernyataan secara oral (lisan) dan visual. Metode ini bersifat sederhana
dalam pelaksanaanya, yaitu dengan menggunakan keterampilan fisik.
Kelebihan metode demonstrasi meliputi:
1)
Memperkecil kemungkinan salah tafsir
2)
Dapat melibatkan peserta didik dengan menirukan peragaan yang
diberikan, sehingga mereka cakap, terampil dan percaya diri
3)
Dapat memusatkan perhatian peserta didik terhadap hal penting
selama proses pembelajaran
4)
Memungkinkan peserta didik untuk menanyakan aspek yang
diperagakan
Kekurangan metode demonstrasi antara lain:
1)
Memerlukan persiapan yang teliti sehingga dalam pelaksanaannya
terhindar dari kesan lelucon
2)
Penerapannya relatih lama
3)
Mempersyaratkan adanya tindakan lanjutan berupa peniruan
untuk peserta didik
4)
Memerlukan peralatan yang memungkinkan ketepatan dalam
pengamatan oleh peserta didik.
f.
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara
penyajian materi pelajaran yang menitikberatkan interaksi antar anggota
kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Metode
ini dalam pelaksanaanya mempersyaratkan bahwa topik bahasan hendaknya dipilih
yang layak untuk kerja kelompok dan dirumuskan secara jelas mengenai
tugas-tugas untuk setiap kelompok.
Tujuan penggunaan metode kerja kelompok, antara
lain untuk:
1)
Memupuk minat dan kemampuan kerja sama di antara peserta
didik
2)
Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual
peserta didik selama proses pembelajaran
3)
Menyelesaikan tugas yang banyak dengan kemampuan yang homogen
4)
Mengupayakan keseimbangan antara hasil dan proses
pembelajaran
Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok, meliputi:
1)
Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
2)
Penetapan topic bahasan yang kompleks dan cukup luas isinya,
sehingga dapat dibagi sesuai jumlah kelompok
3)
Pembentukan kelompok yang lebih bersifat homogeny dalam hal
kemampuan
4)
Penjelasan topic yang menjadi tugas kelompok berikut cara
penyelesaian dan sumber belajarnya
5)
Proses kerja kelompok. Guru melakukan pengamatan, memberikan
bimbingan seperlunya dan menilai kerja sama peserta didik dalam kelompok
6)
Pelaporan hasil kerja kelompok secara lisan atau tertuli
7)
Melakukan penilaian atas hasil dan proses kerja kelompok
g.
Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah suatu cara penyajian
materi pelajaran dengan membawa peserta didik untuk mengunjungi objek di luar
sekolah. Hal ini ditempuh karena objek yang akan dipelajari tidak memungkinkan
untuk dibawa ke dalam kelas.
Kelebihan penggunaan metode karyawisata dalam
pembelajaran antara lain:
1)
Agar tmbuh dan berkembang pengalaman dan moral kelompok
secara umum (kerja sama, tanggung jawab, disiplin, tenggang rasa dll) melalui
rangsngan terhadap topik, objek, proses dan tempat
h.
Metode Simulasi
Metode simulasi adalah cara penyajian materi
pelajaran dengan peniruan dalam bentuk mencobakan, memperagakan,
memeransertakan, memperbincangkan, dan memainkan sehingga memungkinkan peserta
didik lebih memahami materi yang diajarkan
Metode simulasi sangat baik untuk mengecek
keterampilan kognitif yang diperoleh melalui metode-metode lain dan untuk
mengubah sikap. Keunggulan metode simulasi, antara lain:
1)
Mendorong partisipasi peserta didik
2)
Memberikan kemungkinan untuk melakukan eksperimen dalam
mengkaji suatu peristiwa sebelum diterpakan pada kondisi yang sebenarnya
3)
Mengurangi keabstrakan dalam mempelajari materi pelajaran
karena dilakukan melalui kegiatan yang nyata
4)
Dalam pelaksanaannya tidak memerlukan keterampilan komunikasi
yang kompleks, akan tetapi dengan informasi dan pengarahan yang sederhana
peserta didik sudah dapat melaksanakan
5)
Mengingatkan daya cipta dan imajinasi peserta didik melalui
keterlibatannya secara langsung dalam setiap langkah simulasi
Kelemahan metode simulasi yaitu:
1)
Pelaksanaan simulasi mempersyaratkan pengelompokkan yang
serasi di samping pengaturan kelas yang seringkali tidak memungkinkan
2)
Ada anggapan bahwa metode ini hanya untuk memperbaiki
motivasi dan imajinasi peserta didik
3)
Mengundang kecaman karena di dalamnya terdapat permainan
(konotasi yang negative)
Langkah-langkah dalam melaksanakan metode
simulasi dalam pembelajaran sebagai berikut:
1)
Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
2)
Menetapkan situasi dan masalah
3)
Mengorganisasikan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemegang
peran, materi pelajaran, waktu, dan ruangan yang tepat
4)
Memilih peserta didik sebagai pemegang peran dan membantu
mereka mempersipkan diri
5)
Memberi petunjuk yang jelas dalam melakukan simulasi kepada
pemegang peran
6)
Memberikan kesempatan kepada pemegang peran untuk menanyakan
hal hal yang berhubungan dengan kegiatan agar tidak terjadi salah tafsir yang
dapat mengganggu kelancaran simulasi
7)
Dalam mengakiri simulasi memberikan kesempatan pada pengamat
untuk menyampaikan hasil pengamatan, dan guru memberikan kesimpulan, saran, dan
evaluasi kegiatan simulasi.
Sedangkan
manfaat metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
Ø
Membantu guru dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
Ø Menghilangkan
dinding pemisah antara guru dengan siswa
Ø Menggali
dan memanfaatkan potensi Siswa
Ø Terjadi
kemitraan antara guru dan siswa
Ø Mempermudah
dalam menyerap informasi
Ø Menimbulkan
perasaan “Fun” bagi siswa yang akan berdampak terhadap motivasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran
adalah:
Ø Guru
: pengetahuan dan pengalaman
Ø Siswa:
Kecerdasan, lingkungan sosial, minat
dan motivasi
Ø Tujuan
pembelajaran: Kognitif, afektif atau psikomotorik
Ø Karakteristik
materi pembelajaran
Ø Ketersediaan
waktu dan peralatan
Ø Suasana
Kelas
B. Strategi
Pembelajaran
Sementara itu, Kemp (Wina
Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Variabel strategi pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: 1). Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy) adalah merupakan
cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan
tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembukaan diagram, format dan
sejenisnya, 2). Strategi Penyampaian (Delivery
Strategy) adalah merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa
dan/atau untuk menerima serta merespon masukan dari siswa, 3). Strategi
Pengolahan (Management Strategy)
adalah merupakan cara untuk menata interaksi antar siswa dan variabel strategi
pembelajaran lainnya.
Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran
dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran
dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai
metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan
metode adalah “a way in achieving something” (Wina
Senjaya (2008).
Contoh
dari strategi pembelajaran adalah strategi cooperative learning dan
strategi active learning.
Ada dua hal yang patut dicermati
dari pengertian-pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Strategi pembelajaran berbeda dengan
desain instruksional karena strategi pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan
variasi pola dalam arti macam dan urutan umum perbuatan belajar-mengajar yang
secara prinsip berbeda antara yang satu dengan yang lain, sedangkan desain
instruksional menunjuk kepada cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan
belajar tertentu, setelah ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih strategi
pembelajaran tertentu. Kalau disejajarkan dengan pembuatan rumah, pembicaraan
tentang (bermacam-macam) strategi pembelajaran adalah ibarat melacak pelbagai
kemungkinan macam rumah yang akan dibangun (joglo, rumah gadang, villa, bale
gede, rumah gedung modern, dan sebagainya yang masing-masing menampilkan kesan
dan pesan unik), sedangkan desain instruksional adalah penetapan cetak biru
rumah yang akan dibangun itu serta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan
langkah-langkah konstruksinya maupun kriteria penyelesaian dari tahap ke tahap
sampai dengan penyelesaian akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibuat.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah
bahwa untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan
wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran
sesuai dengan tujuan-tujuan belajar, baik dalam arti efek instruksional maupun
efek pengiring, yang ingin dicapai berdasarkan rumusan tujuan pendidikan yang
utuh, di samping penguasaan teknis di dalam mendesain sistem lingkungan
belajar-mengajar dan mengimplementasikan secara efektif apa yang telah
direncanakan di dalam desain instruksional. Ceramah, diskusi, bermain peran,
LCD, video-tape, karya wisata, penggunaan narasumber, dan lain-lainnya
merupakan metode, teknik dan alat yang menjadi bagian dari perangkat alat dan
cara di dalam pelaksanaan sesuatu strategi pembelajaran. Juga harus dicatat
bahwa dalam peristiwa pembelajaran, seringkali harus dipergunakan lebih dari
satu strategi, karena tujuan-tujuan yang akan dicapai juga biasanya
kait-mengait satu dengan yang lain dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang
lebih umum.
C. Pendekatan
Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang
telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman
dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic
way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps)
yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan
patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
Jika
diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1). Menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku
dan pribadi peserta didik, 2). Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif, 3). Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran, 4). Menetapkan
norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku
keberhasilan.
Karakteristik Pendekatan
Pembelajaran
Karakteristik
pendekatan yang berpeluang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya
secara seimbang dan seoptimal mungkin, antara lain:
a. Peserta
didik melakukankegiatan yang beragam
b. Peserta
didik berpartisipasi aktif, baik secara individu maupun kelompok
c. Memberikan
pengalaman belajar bagi peserta didik dalam menumbuhkembangkan potensinya
d. Interaksi
yang terbangun selama proses pembelajaran menunjukkan terjadinya komunikasi
multi arah dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar, metode, media dan
strategi pembelajaran
e. Selama
proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin.
Sebagai fasilitator, guru memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam belajar
dengan menyediakan berbagai sarana yang diperlukan. Sebagai pembimbing, guru
selalu mengajak dan mendorong peserta didik untuk belajar serta menawarkan bantuan
pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan sebagai
pemimpin, guru menunjukkan arah kepada peserta didiknya yang melakukan hal-hal
kurang baik.
D. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain.
Model pembelajaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) berdasarkan teori pendidikan dan teori
belajar dari para ahli tertentu; b) mempunyai misi atau tujuan pendidikan
tertentu; c) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar
di kelas; d) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: sintaks, prinsip
reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung; e) memiliki dampak sebagai akibat
terapan model pembelajaran; f) membuat persiapan mengajar dengan model
pembelajaran yang dipilih.
Dasar pertimbangan
pemilihan model pembelajaran meliputi: tujuan yang hendak dicapai, bahan atau
materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik dan pertimbangan
lainnya yang bersifat non teknis. Peran model pembelajaran adalah menciptakan
perubahan tingkah laku siswa (kognitif, psikomotor, afektif); menciptakan
lingkungan yang sesuai dalam melaksanakan pembelajaran; menciptakan interaksi
yang diinginkan selama proses pembelajaran berlangsung; membantu guru dalam
mengkonstruk Kurikulum dan merancang pembelajaran; merangsang pengembangan
inovasi pendidikan. Model pembelajaran berdasarkan teori belajar, meliputi
model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model personal, dan model
pembelajaran modifikasi tingkah laku (behavioral).
Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model
pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Soekamto, dkk (dalam
Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka
dan arah bagi guru untuk mengajar.
Berkenaan dengan model pembelajaran,
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Model
interaksi sosial
Model
interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan
diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan
peserta didik. untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam
proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi
sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together). Model interaksi sosial ini mencakup
strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Kerja Kelompok bertujuan mengembangkan
keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara
mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik.
b. Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan
pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggungjawab baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap kelompok.
c. Pemecahan masalah sosial atau Inquiry
Social bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah
sosial dengan cara berpikir logis.
d. Model laboratorium bertujuan untuk
mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
e. Bermain peran bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan
pribadi melalui situasi tiruan.
f. Simulasi sosial bertujuan untuk
membantu peserta didik mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi
mereka.
2.
Model pengolahan informasi
Model pengolahan
informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi.
Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini
didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari
lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan
menggunakan simbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal
(keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan
dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
3.
Model personal-humanistik
Model personal
menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi
pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya
sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk
membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya. Model
ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan
individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi
peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi
secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C.
Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan
kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar
mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul
sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik
seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik
terhadap perasaanya.
4.
Model modifikasi tingkah laku (Behavioral)
Model behavioral
menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik sehingga
konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon.
Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu
rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik
tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem
yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku
dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan
pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat
diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang harus
dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan. Implementasi dari model
modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada
anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik.
Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward,
sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam
pembelajaran klasikal.
F.
Hubungan Antara Strategi, Metode, Pendekatan dan Model Pembelajaran
Apabila antara
pendekatan, strategi, metode sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh
maka terbentuklah yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi,
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode pembelajaran.
Untuk
lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah
tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih
berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan
desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang
berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan
kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak
biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan
dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai
dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang
akan dibangun.
Mencermati upaya
reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau
calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,
yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun
penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya.
Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran
sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara
kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,
sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan,
yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang
utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah
diuraikan, penulis menyarankan kepada pembaca khususnya bagi para guru agar mengenal
dan lebih mendalami lagi perbedaan antara model, pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah).
Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Hidayat, Isnu. 2019. Strategi Pembelajaran Populer.
Yogyakarta: Diva Press
Isrok’atun & Rosmala, A. 2018. Model-Model
Pembelajaran Matematika. Bandung: Bumi Aksara
Istiqomah. 2018. Pembelajaran dan Penilaian
Higher Order Thingking Skills Teori dan Inspirasi Pembelajaran untuk
Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0. Surabaya: Pustaka Media Guru
Rianto, Milan. 2006. Pendekatan, Strategi dan
Metode Pembelajaran. Dirjen PMPTK : PPG Guru IPS dan PMP Malang.
Rusman. 2018. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press
Semiawan, Conny. 1997. Prspektif Pendidikan
Anak Berbakat. Jakarta: Sinar Baru
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar