Pembelajaran Futuristik
1.
Konsep Pembelajaran Futuristik
Sikap yang paling bijaksana menghadapi globalisasi adalah
mempersiapkan diri sebaiknya sehingga dapat memanfaatkan peluang yang terbuka
di dalamnya. Dalam persiapan itulah sektor pendidikan sangat penting untuk
mencetak produk sumber daya manusia Indonesia yang dapat menghadapi arus
perubahan zaman. Drucket dan Stewart (dalam Saryono, 2002) mencatat bahwa pada
masa ini dan lebih-lebih pada masa depan, keberadaan, kedudukan, peranan
pengetahuan menjadi hal yang strategis dan utama.
Masa depan ditentukan oleh pengetahuan sehingga dunia bergabung dan
berpijak kepada pengetahuan. Pengetahuan menjadi modal paling berharga dan
paling dibutuhkan. Tanpa modal pengetahuan orang (bahkan bangsa dan negara)
akan dipinggirkan dan ditinggalkan, sebaliknya dengan modal pengetahuan yang
baik orang, bangsa dan negara dapat menjadi pemenang dalam berbagai aktivitas
kehidupan.
Dan modal pengetahuan yang dibutuhkan dan yang cocok pada masa depan
dapat diketahui dengan melihat kecenderungan-kecenderungan perubahan
pengetahuan yang mengarah ke masa depan.
Sementara dalam aspek siswa, banyak perubahan yang terjadi pada mereka
karena perubahan teknologi yang selalu disuguhkan pada mereka setiap hari, dan
bahkan setiap saat.
Perubahan-perubahan tersebut menurut John Seely Brown (2005), antara
lain adalah sebagai berikut:
a.
Mereka menyukai ada kontrol. Para siswa generasi abad
ke-21 tidak menyukai terikat oleh jadwal-jadwal tradisional, dan juga tidak
menyukai duduk di dalam kelas untuk belajar, atau duduk di dalam kantor untuk
bekerja. Sebaliknya mereka lebih menyukai untuk belajar sendiri dengan
menggunakan alat komunikasi yang bisa menjangkau dunia yang tak terbatas.
Dengan caranya sendiri, mereka akan memperoleh informasi dari berbagai sumber
di dunia. Dengan demikian, mereka harus dikontrol target pencapaian
pengetahuannya, proses belajarnya dan hasil yang mereka dapatkan.
b.
Mereka juga menyukai banyak pilihan. Untuk mata pelajaran
project, yakni tugas melakukan mini riset, mereka akan menggunakan teknologi
untuk memperoleh banyak informasi. Mereka harus diberi kebebasan untuk memilih
metode dan teknik-tekniknya, untuk mereka jalani dan pada akhirnya akan mampu
menyiapkan laporan, sebagaimana para siswa atau mahasiswa yang melakukannya
secara tradisional.
c.
Mereka adalah orang-orang yang menyukai ikatan kelompok
dan ikatan sosial, hanya saja mereka membangun group melalui media sosial
mereka, dan oleh karenanya kelompok mereka lintas bangsa, negara, budaya dan
bahkan agama. Mereka memiliki jejaring internasional yang dinamis, dan jika
mereka manfaatkan untuk menjadikan jejaringnya sebagai peer group-nya, maka
mereka akan memiliki pengelaman keilmuan yang jauh lebih baik, daripada
tutorial atau mentoring dalam satu kelas di sekolah tradisional.
d.
Mereka adalah orang-orang terbuka, melalui tradisi
jejaringnya mereka terbelajarkan untuk menjadi terbuka, karena dalam
jaringannya semua penganut agama ada dan terkelompokkan, ada yang Kristen,
Katholik, Hindu, Buddha dan juga Kong Hu Chu, atau bahkan mungkin ada yang
atheis, tapi komunikasi mereka tetap berjalan dan tidak terganggu oleh
perbedaan-perbedaan tersebut.
Oleh karena itu, trend pembelajaran dimungkinkan dengan siswa yang sudah membawa banyak
informasi yang dakses dari luar kelas termasuk dunia maya. Bisa jadi pembelajaran
di kelas menjadi arena untuk mengejar informasi sains dan teknologi untuk
mereka pelajari, bukan sebagai arena untuk memaparkan informasi sains dan
teknologi. Kelas menjadi arena bagi para siswa mencari ilmunya sendiri sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan untuk mereka pelajari. Guru hanya memfasilitasi
dengan perpustkaan kelas, modul, buku teks, serta buku-buku pendukung, dan yang
terpenting akses internet, serta menyediakan beberapa PC untuk para siswa yang
tidak membawa laptop atau ipad.
2.
Trend E-Learning dalam Pembelajaran Futuristik
E-learning (pembelajaran berbasis elektronik) akan tetap ada. Seiring
dengan kepemilikan komputer yang tumbuh pesat di dunia, e-learning menjadi
semakin berkembang dan mudah diakses. Kecepatan koneksi internet semakin
meningkat, dan dengan itu, peluang metode pelatihan multimedia yang lebih
banyak bermunculan. Dengan peningkatan jaringan seluler yang sangat pesat
beberapa tahun terakhir juga peningkatkan dalam telekomunikasi, kini membawa
semua fitur mengagumkan dari e- learning ke smartphones (hand phone cerdas) dan
peralatan portabel lainnya.
Teknologi seperti media sosial juga senantiasa mengubah pendidikan.
Secara umum, belajar itu mahal, membutuhkan waktu yang panjang dan hasilnya
bervariasi. E-learning telah dicoba selama bertahun-tahun untuk melengkapi cara
belajar kita agar lebih efektif dan terukur. Hasilnya sekarang ada banyak alat
yang membantu menciptakan kursus interaktif, menstandarisasi proses belajar
dan/atau memasukkan unsur informal kedalam proses belajar formal dan
sebaliknya. Beberapa trend e-learning memberikan kita pandangan bagaimana
peralatan belajar dan e-learning di masa yang akan datang dibentuk.
a.
Pembelajaran Berbasis Android
Pembelajaran berbasis android pada dasarnya bisa disebut sebagai
microlearning. Micro-learning berfokus
pada desain aktivitas pembelajaran mikro melalui tahapan mikro dalam lingkungan
media digital, yang sudah menjadi realitas keseharian pekerja pengetahuan
dewasa ini. Kegiatan ini dapat dimasukkan ke dalam rutinitas seharihari
pelajar. Tidak seperti pendekatan e-learning "tradisional",
pembelajaran mikro seringkali cenderung mendorong teknologi melalui media
pendukung, yang mengurangi beban kognitif pada peserta didik.
Oleh karena itu, pemilihan objek pembelajaran mikro juga kecepatan
dan waktu kegiatan pembelajaran mikro sangat penting untuk desain
didaktik. Micro-learning merupakan
pergeseran paradigma penting yang menghindari kebutuhan untuk memiliki sesi
belajar yang terpisah karena proses pembelajaran tertanam dalam rutinitas
sehari-hari pengguna. Itulah yang menjadi alasan micro-learning sangat cocok untuk menggunakan perangkat
mobile berbasis android.
b.
Pembelajaran Otomatis (Automatic Learning)
Automatic Learning adalah masa depan yang akan datang. Dalam sebuah
adegan yang terkenal dari film The Matrix, Neo berbaring di kursi dokter gigi
berteknologi tinggi dan terikat pada serangkaian elektroda liar, men-download
serangkaian program latihan bela diri ke dalam otaknya. Setelah itu, dia
membuka matanya dan mengucapkan katakata yang telah dikutip para geeks
sejakitu: "Saya bisa Kung Fu." Jenis pembelajaran otomatis ini
mungkin terdengar seperti masa depan distopia bagi banyak orang, tapi ke
sanalah kita mengarah.
Dan terlepas dari pertanyaan etis yang mungkin timbul, manfaatnya
bisa menjadi substansial pada banyak tingkatan jika digunakan dengan benar.
Begini cara kerjanya: Anda memilih tugas yang membutuhkan kinerja tinggi
korteks visual Anda,seperti menangkap bola. Kemudian temukan seseorang yang pro
dalam menangkap bola, tempatkan dia di mesin fMRI dan rekam apa yang terjadi
didalam otaknya saat dia memvisualisasikan menangkap bola. Kemudian Anda
mendapatkan program tangkap-bola Anda, dan siap untuk belajar. Langkah
selanjutnya: posisikan diri Anda ke mesin fMRI, dan kencangkan untuk
menginduksi citra menangkap-bola profesional yang sudah Anda rekam sebelumnya
ke otak Anda dengan menggunakan neuro feedback. Anda bahkan tidak perlu
memperhatikan saat ini terjadi.
Otak Anda, bagaimanapun, menjadi terbiasa dengan pola itu - yang
adalah merupakan esensi pembelajaran: otak menjadi terbiasa dengan pola baru.
Riset telah menunjukkan bahwa pemutaran pola fMRI ini dapat menyebabkan
peningkatan tahan lama dalam tugas yang memerlukan kinerja visual. Secara
teori, jenis pembelajaran otomatis adalah hasil potensial dan kemungkinan wajah
pembelajaran elearning di masa mendatang.
c.
Blended Learning
Istilah Blended Learning dalam pendidikan tinggi didefinisikan untuk
pertama kalinya dalam arti sebenarnya sebagai sistem pembelajaran dalam
Handbook of Blended Learning (Bonk & Graham, 2006: 5-6) sebagai yang “yang
menggabungkan pengajaran tatap muka dengan instruksi yang dimediasi komputer
”Dalam bab pertama buku ini, Graham mencatat bahwa definisi ini “… mencerminkan
gagasan bahwa blended learning adalah kombinasi instruksi dari dua model
pengajaran dan pembelajaran yang terpisah secara historis: sistem pembelajaran
F2F tradisional dan sistem pembelajaran terdistribusi”.
SUMBER : PPG.SIAGAPENDIS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar