TANGGUNG
JAWAB ORANG TUA AGAR
ANAK
MENJADI SHALIH
Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang
sangat disayangi dan dicintainya.
Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah anaknya kelak akan mereka miliki serta kearah mana anak tersebut akan dibawa. Menurut Sunnah melahirkan anak yang banyak justru yang terbaik. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah anaknya kelak akan mereka miliki serta kearah mana anak tersebut akan dibawa. Menurut Sunnah melahirkan anak yang banyak justru yang terbaik. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
تَزَوَّجُوا الْوَلُوْدَ وَالْوَدُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمْ.
Artinya:
“Nikahilah wanita yang penuh dengan kasih
sayang dan karena sesungguhnya aku bangga pada kalian dihari kiamat karena
jumlah kalian yang banyak.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’I, kata Al
Haitsamin).
Namun yang menjadi masalah adalah kemana anak akan
kita arahkan setelah mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak
anak-anaknya dapat menjadi anak yang shalih, agar setelah dewasa mereka dapat
membalas jasa kedua orang tuanya. Namun obsesi orang tua kadang tidak sejalan
dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha
adalah hayalan semu yang tidak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.
Bahkan banyak orang tua yang berpandangan keliru
menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi bintang film (Artis),
bintang iklan, fotomodel dan lain-lain. Mereka beranggapan dengan itu semua
kelak anak-anak mereka dapat hidup makmur secara bathin seperti kaum selebritis
yang terkenal. Padahal dibalik itu semua mereka kering akan informasi tentang
perihal kehidupan kaum selebritis yang mereka puja-puja. Hal ini terjadi akibat
orang tua yang sering mengkonsumsi berbagai macam acara-acara hiburan
diberbagai media cetak dan elektronik, karena itu opininya terbangun atas apa
yang mereka lihat selama ini. Kehidupan “sebagian”
besar selebritis yang banyak dipuja orang itu tidak lebih seperti kehidupan
binatang yang tak tahu tujuan hidupnya selain hanya makan dan mengumbar nafsu
birahinya. Mereka bayak berhura-hura, bergaulan bebas, meminum miras, narkoba
dan gaya hidup yang serba glamour adalah konsumsi sehari-hari mereka. Sangat
jarang kita saksikan di antara mereka ada yang perduli dengan tujuan hakiki
mereka diciptakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala, kalaupun ada mereka hanya
menjadikan ritualisme sebagai alat untuk meraih tujuan duniawi, untuk mengecoh
masyarakat tentang keadaan mereka yang sebenarnya, mencari sensasi dan
ketenaran. Apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang yang jauh dari
agamanya yang kelihatannya bahagia di dunia namun menderita di akhirat? Tentu
tidak. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam al-Qur’an surat an Nisa ayat
09 yang artinya: “Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka”.
Pengertian lemah dalam ayat ini adalah lemah iman, lemah fisik, lemah
intelektual dan lemah ekonomi. Oleh karena itu selaku orang tua yang
bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, maka mereka harus memperhatikan
keempat hal ini. Pengabaian salah satu dari empat hal ini adalah ketimpangan
yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada anak.
Imam Ibnu Katsir di dalam mengomentari pengertian
lemah pada ayat ini memfokuskan pada masalah ekonomi. Beliau mengatakan selaku
orang tua hendaknya tidak meninggalkan keadaan anak-anak mereka dalam keadaan
miskin . (Tafsir Ibnu Katsir: I, hal 432) Dan terbukti berapa banyak kaum
muslimin yang rela meninggalkan aqidahnya (murtad) di zaman sekarang ini akibat
keadaan ekonomi mereka yang dibawah garis kemiskinan. Banyak orang tua yang
mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata
dan mengabaikan perkembangan iman atau aqidah. Orang tua terkadang berani
melakukan hal apapun yang penting kebutuhan pendidikan anak-anaknya dapat
terpenuhi, sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada pendalaman
pengetahuan agama islam terasa begitu enggan. Padahal aspek iman merupakan
kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak. Ada juga orang tua yang
menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak mereka dari keempat masalah
pokok di atas, namun usaha yang dilakukannya kearah tersebut sangat
diskriminatif dan tidak seimbang. Sebagai contoh: Ada orang tua yang dalam
usaha mencerdaskan anaknya dari segi intelektual telah melaksanakan usahanya
yang cukup maksimal, segala sarana dan prasarana kearah tercapainya tujuan
tersebut dipenuhinya dengan sungguh-sungguh namun dalam usahanya memenuhi
kebutuhan anak dari hal keimanan, orang tua terlihat setengah hati, padahal
mereka telah memperhatikan anaknya secara bersungguh-sungguh dalam segi pemenuhan
otaknya.
Karena itu sebagian orang tua yang bijaksana, mesti
mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merealisasikan
obsesinya dalam melahirkan anak yang shalih. Di bawah ini akan kami ketengahkan
beberapa langkah yang cukup representatif dan membantu mewujudkan obsesi
tersebut:
1. Anak yang shalih harus benar-benar
sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam , bersabda:
إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
Artinya: “Jika
wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah
jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu
mendoakannya.” (HR.Muslim)
Dalam hadits ini sangat jelas disebutkan
ciri anak yang shalih adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.
Sementara kita telah sama mengetahui bahwa anak yang senang mendoakan orang
tuanya adalah anak yang dari kecil telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan
kebaikan-kebaikan, melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala,
dan menjauhi larangan-laranganNya. Anak yang shalih adalah anak yang tumbuh
dalam naungan DienNya, maka mustahil ada anak dapat bisa mendoakan orang tuanya
jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan
senang bermaksiat kepadaNya. Anak yang senang bermaksiat kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala, jelas akan jauh dari perintah Allah dan kemungkinan besar
senang pula bermaksiat kepada kedua orang tuanya sekaligus.
2.
Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah tercipta-nya anak yang shalih.
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksana-kan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksana-kan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan keluarga; merupakan sebuah
institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga
merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan yang didapatkan merupakan pondasi
baginya dalam pembangunan watak, kepribadian dan karakternya.
Jika anak dalam keluarga senantiasa
terdidik dalam warna keIslaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna
keIslaman tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh
dari nilai-nilai keIslaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang
tidak bermoral. Seorang anak yang terlahir dalam keadaan fitrah, kemudian orang
tuanyalah yang mewarnainya, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. (رواه البخاري).
Artinya: “Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang
menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)
Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Agar dapat memudahkan jalan bagi
pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka keteladanan orang tua
merupakan faktor yang sangat menentukan. Oleh karena itu, selaku orang tua yang
bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti memperlihatkan sikap yang baik,
yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih sehingga anak dapat
dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya
b. Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan
lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang sebaya
dengannya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di
sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak
dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan
watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing.
Faktor yang juga cukup menentukan dalam membentuk watak dan karakter anak di
sekolah adalah konsep yang diterapkan sekolah tersebut dalam mendidik dan
mengarahkan setiap anak didik.
Sekolah yang ditata dengan managemen yang
baik tentu akan lebih mampu memberikan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan
sekolah yang tidak memperhatikan sistem managemen. Sekolah yang sekedar
dibangun untuk kepentingan bisnis semata pasti tidak akan mampu menghasilkan
murid-murid yang berkwalitas secara maksimal, kualitas dalam pengertian
intelektual dan moral keagamaan. Kualitas intelektual dan moral keagamaan
tenaga pengajar serta kurikulum yang dipakai di sekolah termasuk faktor yang
sangat menentukan dalam melahirkan murid yang berkualitas secara intelektual
dan moral keagamaan.
c. Lingkungan Masyarakat merupakan komunitas
yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan yang kita sebutkan sebelumnya.
Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak dan karakter anak
jauh lebih besar. Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan
akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam
masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan,
kedamaian, dan ketentraman. Anak yang telah di didik secara baik oleh orang
tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan
RasulNya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang merajalela
disekitarnya. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah
terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu
bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi
anak. karena Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan
beriman kepada Allah...” (Ali Imran: 110).
Amar ma’ruf adalah kewajiban setiap
individu masing-masing yang harus dilaksanakan. Jika tidak maka Allah
Subhannahu wa Ta'ala, pasti akan menimpakan adzabnya di tengah-tengah kita dan
pasti kita akan tergolong orang-orang yang rugi sebagaimana firman Allah Subhannahu
wa Ta'ala yang Artinya: “Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.” (Ali-Imran: 104).
Untuk itu, marilah kita bersama-sama merasa peduli
terhadap kelangsungan hidup generasi kita, anak keturunan kita tercinta yang
merupakan darah daging dan taggung jawab
yang di amanahkan oleh Allah SWT kepada kita, semoga dengan kepedulian kita
itulah Allah Subhannahu waTa'ala akan senantiasa menurunkan pertolongan serta
perlindungannya kepada kita dan agama yang kita pegang teguh ini insyaAllah
amin ya mujibassailin.
IDENTITAS PENULIS :
NAMA
LENGKAP : MANSUR, S.Pd.I
Nama akun
FB : mansur lombok
TTL : Ponggong, 25 Juni
1983
PEKERJAAN :
GURU AGAMA ISLAM (PAI)
DI
SEKOLAH : SMPN 1 PRAYA TIMUR
ALAMAT :
DUSUN PONGGONG, DESA DASAN BARU,
KEC. KOPANG, KAB. LOMBOK TENGAH, NTB 83553
NOMOR HP : 087 865 910 783
Tidak ada komentar:
Posting Komentar