Judul: Asal-usul Manusia Menurut Bibel, Al-Quran, Sains
Penulis: Maurice Bucaille
Author : Rahmani Astuti, Ilyas Hasan
Penerbit: Mizan, 1998
Tebal: 267 halaman
Sejak
dulu perbincangan mengenai dari mana asal muasal manusia selalu menjadi bahasan
yang menarik. Hingga saat ini masih terlalu banyak yang tak diketahui manusia
tentang dirinya sendiri. Pencarian ini seolah akan menjadi misteri hingga akhir
zaman. Hanya Sang Pencipta yang mengetahui dari manakah asal-muasal manusia.
Mengenai penciptaan manusia itu tertulis di beberapa kitab suci, terutama Injil
dan Al-Quran secara eksplisit.
Perdebatan
sengit mengenai asal-muasal manusia semakin menjadi-jadi, ketika teori-teori
hasil penemuan manusia dibanding-bandingkan dengan apa yang tertulis di
kitab-kitab suci tersebut. Sebut saja salah satunya teori Darwin. Teori Darwin
mengatakan manusia mencapai bentuk sekarang ini setelah proses evolusi yang
panjang. Penekanannya adalah manusia berawal dari hewan yang mengalami evolusi
yang panjang. Ada yang mengatakan manusia berasal dari kera. Ada pula yang
mengatakan dari reptil. Jika dibandingkan secara kasat mata dengan apa yang
tertulis di kitab suci seperti Injil atau Al-Quran, sains atau penemuan manusia
ini seakan sangat bertentangan.
Hal
inilah yang kemudian memacu, Dr. Maurice Bucaille selama lebih dari 40 tahun
memusatkan perhatiannya pada bidang biologi molekuler dan genetika. Dokter dari
Prancis ini kemudian menelaah dari dekat kitab-kitab suci agama-agama
monoteistik, Yahudi, Nasrani dan Islam. Buku ini adalah ringkasan dari hasil
telaahnya itu.
Di
dalam buku ini, ia menunjukkan, sains dan agama sama sekali tidak bertentangan.
Keduanya bahkan sangat selaras. Dari kitab-kitab suci yang ia telaah tersebut
ia menemukan Al-Quran berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya. Al-Quran terlepas
dari kesalahan-kesalahan manusiawi yang bisa ditemukan pada kitab-kitab suci
lain yang merupakan hasil penulisan kembali oleh orang lain.
Melalui
buku ini, Bucaille meyakini bahwa ayat-ayat Al-Quran tentang berbagai fenomena
di alam, khususnya tentang asal-usul makhluk hidup, proses biologis pada
organisme makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme hidup, tidak
berentangan dengan fakta yang ditemukan sains.
Salah
satu contohnya kesesuaian antara teori ledakan besar (Big Bang) dengan ayat
dalam Al-Quran (QS Al Anbiya [21]: 30): dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian kami pisahkan keduanya, secara tersirat ayat tersebut menyatakan
langit dan bumi dahulu merupakan suatu kesatuan lalu kemudian mengalami
pemisahan. Dalam sains, mekanisme teori Big Bang juga menjelaskan mengenai
pemisahan langit dan bumi tersebut.
Bucaille
juga berpandangan ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang penciptaan Adam
dalam (QS Al-Araf [7]: 11) Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam),
lalu kami bentuk tubuhmu sebagai sebuah pernyataan sebuah proses. Ia meyakini
ayat tersebut menyiratkan adanya proses perubahan atau transformasi bentuk
manusia dalam perjalanan waktu transformasi bentuk manusia dalam perjalan waktu
yang panjang sehingga mencapai bentuk sempurna seperti saat ini. Menurutnya,
manusia juga mengalami proses evolusi sebagaimana hewan dan makhluk hidup
lainnya. Namun, yang membedakan evolusi manusia ini telah diarahkan Tuhan
dengan mendesainnya menjadi bentuk yang sempurna seperti sekarang.
Sayangnya,
Bucaille sendiri tidak memberikan penjelasan bagaimana proses transformasi dari
makhluk hidup sebelumnya menjadi manusia yang sekarang ini. Penjelasan Bucaille
menjadi kurang dapat dipahami ketika di beberapa bagian buku ini, Bucaille
mengakui kebenaran teori evolusi pada makhluk selain manusia. Namun, dia tidak
menyatakan evolusi manusia tidak berkaitan dengan evolusi makhluk lain. Di lain
sisi ia meyakini khusus dalam penciptaan manusia ada peran Tuhan dengan
mekanisme evolusi kreatif-Nya (meminjam istilah Bucaille). Lalu bagaimana
dengan penciptaan makhluk lain. Apakah tidak memerlukan evolusi kreatif dari
Tuhan? Apakah tidak memerlukan desain yang Maha Kuasa? Padahal keanekaragaman
hayati di alam ini sungguh luar biasa mengagumkan, masing-masing spesies
memiliki keunikan, strategi hidup, keindahan bentuk, struktur bentuk, struktur
anatomi, fisiologi dan genetika. Semuanya begitu mengagumkan bahkan jika
diamati pada satu sel bakteri sekalipun. Apakah mungkin hal ini terjadi hanya
dengan mekanisme alamiah tanpa desain Tuhan?.
Terlepas
dari semua itu, walaupun buku ini bukan gugatan secara menyeluruh menganai
teori evolusi. Buku ini merupakan upaya yang menarik untuk mendiskusikan
masalah asal usul manusia dengan ayat-ayat suci dan membandingkannya dengan
temuan ilmiah dalam sains modern. Gagasan dan pemikiran Bucaille dalam buku ini
dapat memperkaya wawasan dalam perbincangan tentang asal-usul manusia.
Pada
era yang modern ini, ada banyak penemuan, ilmu pengetahuan, dan teori yang
berkembang dan dikembangkan, baik oleh ilmuan dalam negeri maupun luar
negeri.Namun, diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan
yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia.
Masalah
itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia.Banyak ahli ilmu
pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup
(manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang
sederhana, kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti
sekarang ini.Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa
fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.
Di
lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang
terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah
manusia pertama.Amat penting memahami dengan gamblang bagaimana asal-usul
manusia yang sebenarnya.
Manusia
adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT.Kesempurnaan yang
dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti: Turab, Thien,
Shal-shal, dan Sualalah.
Walaupun
manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya,
tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat
besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan
pemahaman.Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk
manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.{“Allah telah menundukkan
bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S.
Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang
terus menerus beredar.Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan
siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar
dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat
lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa
nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah
tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan
keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan.
Al-Quran
menyatakan dengan tegas bahawa manusia diciptakan dari tanah dengan berbagai
istilah seperti debu (Surah Ali Imran: 59), tanah kering dan lumpur hitam
(Surah Al-hijr: 28), tanah liat (Surah Ashshafat: 11), sari pati tanah (Surah
Al-shad: 71) dan sebagainya. Semasa penciptaan Adam, Allah telah berfirman
bahawa “Jadilah,maka jadilah ia” (Surah Ali Imran: 59). Oleh itu, proses
kejadian manusia menurut Al-Quran adalah lebih sahih dan relevan karena
mempunyai bukti yang kukuh. Setalah berpandukan pada (Surah Al-A’la: 1-3),
penciptaan atau kejadian manusia terbagimenjadi tiga (3). Hal ini telah menjadi
titik tolak kepada proses kejadian manusia dan menunjukkan tanda-tanda
kemuliaan manusia.
Pertama,
Allah telah menciptakan manusia pertama daripada tanah (Adam). Kedua,
penciptaan manusia kedua daripada bahan baku manusia pertama (Hawa). Ketiga,
penciptaan manusia daripada bahan baku manusia pertama (Adam) dan manusia kedua
(Hawa). Oleh itu, kita sebagai anak cucu Adam haruslah berasa bangga kerana
kita ini daripada sebaik-baik kejadian dan lebih mulia daripada makhluk yang lain.
Dalam Surah Al-Qiyamah (75: 37-39),penciptaan manusia terbahagi menjadi empat
(4) tahap.
Allah
telah menyatakan bahawa manusia terjadi daripada percampuan Nutfah. Nutfah
ialah air mani. Air mani ini terdiri daripada air mani lelaki dan perempuan.
Allah telah berfirman dalam Al-Quran melalui (surah Al-Insan:2). Mafhumnya:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia daripada setetes air mani yang
bercampur yang kami (hendak menguji dengan perintah dan larangan).
Di
dalam Al-Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al
Mu’minuun (23) : 12-14).
Sedangkan
dalam sains dikenal teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384-322M)
yang disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea.Menurut teori
ini, semua yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau
materi.Adapula teori Darwin yang berdasarkan atas seleksi alam yang dapat
menghasilkan perubahan besar pada organisme setelah waktu yang lama bahkan pada
suatu saat tertentu dapat menghasilkan spesies baru. Dia juga mengatakan bahwa
semua organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada dan pernah
ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang sangat sederhana
melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam.
Namun,
seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini
lambat laun digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena
kegagalan Darwin dalam menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen dari DNA
kera menjadi manusia. Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan
kita pada saat ini yang telah lama belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.
Hal
ini dapat dilihat melalui dalam diagram yang dibuat oleh Washburn (tahun 1960).
Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa manusia tidak berubah
menjadi kera dan begitu juga sebaliknya.Oleh sebab itu, manusia dan kera
berbeda dan teori ini tidak relevan.
Dengan melakukan penyelidikan obyektif
terhadap teks-teks, Maurice Bucaille telah dapat menumbangkan beberapa ide lama
yang selama ini diperoleh manusia dari Perjanjian Lama, Injil dan Qur-an, yaitu
dengan membedakan dalam keseluruhannya, hal-hal yang berasal dari wahyu dan
hal-hal yang dinodai kekeliruan atau tafsiran manusia.
Penelitiannya telah menjernihkan
Kitab-kitab suci kembali. Dengan menyajikan suatu bacaan yang memukau, ia
menempatkan seorang yang percaya berhadapan dengan suatu hal yang pokok, yaitu
kesinambungan wahyu yang datang dari Tuhan yang sama, dengan cara-cara ekspresi
yang berbeda menurut zaman. Ini semua akan mendorong kita untuk memikirkan
faktor-faktor yang pada zaman ini harus mempersatukan dan tidak memecah belah
orang-orang yang beragama Yahudi, Masehi atau Islam.
Ahli bedah, Maurice Bucaille; telah berada
beberapa kali dalam keadaan di mana ia dapat menyelidiki, bukan hanya badan
manusia tetapi juga jiwa manusia. Karena keadaan itulah ia dapat merasakan arti
taqwa dalam Islam serta aspek-aspek lainnya yang selama ini kebanyakan orang
yang di luar Islam tidak mengetahuinya.
Ia belajar bahasa Arab dan mempelajari
Qur-an untuk mencari penerangan yang tidak akan dapat diperoleh dengan jalan
lain. Ia heran karena dalam Qur-an ia menemukan keterangan-keterangan tentang
fenomena-fenomena alamiah, yang hanya dapat difahami oleh pengetahuan ilmiah
modern.
Kemudian ia membicarakan masalah otentitas
(keaslian) teks kitab-kitab suci agama-agama monoteis, dan akhirnya, melakukan
konfrontasi antara Bibel dan hasil-hasil Sains.
Hasil penyelidikan-penyelidikan tersebut,
untuk wahyu Judeo Kristiani dan untuk Qur-an dijelaskan dalam buku ini.
Asal-usul Manusia merupakan sebuah karya
yang ditulis berdasarkan pengkajian mendalam, dimaksudkan untuk menjawab
masalah-masalah di sekitar pertentangan-pertentangan lama antara sains dan
agama. Selama lebih dari empat puluh tahun, penulisnya mencurahkan perhatian
pada bidang biologi molekuler dan genetika serta menelaah dari dekat
Kitab-kitab Suci agama-agama monoteistik, Yahudi, Nasrani dan Islam.
Berdasarkan itu semua, ia menyimpulkan bahwa sains dan agama, sebaliknya dari
saling bertentangan, justru benar-benar selaras dalam hal ini. Terbukti sekali
lagi dari pengkajiannya itu, betapa Al-Quran -berbeda dengan kitab-kitab suci
lainnya- sepenuhnya bebas dari pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan
penemuan-penemuan sains modern. Hal itu sekaligus membuktikan, bahwa kata per
kata Al-Quran sepenuhnya merupakan wahyu samawi yang, oleh karena itu, bebas pula
dari kesalahan-kesalahan manusiawi yang bisa ditemukan pada kitab-kitab suci
lain yang merupakan penulisan kembali oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar