Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 14 Mei 2018

MAKALAH TUGAS MEREVIEW BUKU: ASAL USUL MANUSIA MENURUT BIBEL, AL-QUR'AN DAN SAINS

 

Judul: Asal-usul Manusia Menurut Bibel, Al-Quran, Sains
Penulis: Maurice Bucaille
Author : Rahmani Astuti, Ilyas Hasan
Penerbit: Mizan, 1998
Tebal: 267 halaman

Sejak dulu perbincangan mengenai dari mana asal muasal manusia selalu menjadi bahasan yang menarik. Hingga saat ini masih terlalu banyak yang tak diketahui manusia tentang dirinya sendiri. Pencarian ini seolah akan menjadi misteri hingga akhir zaman. Hanya Sang Pencipta yang mengetahui dari manakah asal-muasal manusia. Mengenai penciptaan manusia itu tertulis di beberapa kitab suci, terutama Injil dan Al-Quran secara eksplisit.
Perdebatan sengit mengenai asal-muasal manusia semakin menjadi-jadi, ketika teori-teori hasil penemuan manusia dibanding-bandingkan dengan apa yang tertulis di kitab-kitab suci tersebut. Sebut saja salah satunya teori Darwin. Teori Darwin mengatakan manusia mencapai bentuk sekarang ini setelah proses evolusi yang panjang. Penekanannya adalah manusia berawal dari hewan yang mengalami evolusi yang panjang. Ada yang mengatakan manusia berasal dari kera. Ada pula yang mengatakan dari reptil. Jika dibandingkan secara kasat mata dengan apa yang tertulis di kitab suci seperti Injil atau Al-Quran, sains atau penemuan manusia ini seakan sangat bertentangan.
Hal inilah yang kemudian memacu, Dr. Maurice Bucaille selama lebih dari 40 tahun memusatkan perhatiannya pada bidang biologi molekuler dan genetika. Dokter dari Prancis ini kemudian menelaah dari dekat kitab-kitab suci agama-agama monoteistik, Yahudi, Nasrani dan Islam. Buku ini adalah ringkasan dari hasil telaahnya itu.
Di dalam buku ini, ia menunjukkan, sains dan agama sama sekali tidak bertentangan. Keduanya bahkan sangat selaras. Dari kitab-kitab suci yang ia telaah tersebut ia menemukan Al-Quran berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya. Al-Quran terlepas dari kesalahan-kesalahan manusiawi yang bisa ditemukan pada kitab-kitab suci lain yang merupakan hasil penulisan kembali oleh orang lain.
Melalui buku ini, Bucaille meyakini bahwa ayat-ayat Al-Quran tentang berbagai fenomena di alam, khususnya tentang asal-usul makhluk hidup, proses biologis pada organisme makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme hidup, tidak berentangan dengan fakta yang ditemukan sains.
Salah satu contohnya kesesuaian antara teori ledakan besar (Big Bang) dengan ayat dalam Al-Quran (QS Al Anbiya [21]: 30): dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan keduanya, secara tersirat ayat tersebut menyatakan langit dan bumi dahulu merupakan suatu kesatuan lalu kemudian mengalami pemisahan. Dalam sains, mekanisme teori Big Bang juga menjelaskan mengenai pemisahan langit dan bumi tersebut.
Bucaille juga berpandangan ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang penciptaan Adam dalam (QS Al-Araf [7]: 11) Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu sebagai sebuah pernyataan sebuah proses. Ia meyakini ayat tersebut menyiratkan adanya proses perubahan atau transformasi bentuk manusia dalam perjalanan waktu transformasi bentuk manusia dalam perjalan waktu yang panjang sehingga mencapai bentuk sempurna seperti saat ini. Menurutnya, manusia juga mengalami proses evolusi sebagaimana hewan dan makhluk hidup lainnya. Namun, yang membedakan evolusi manusia ini telah diarahkan Tuhan dengan mendesainnya menjadi bentuk yang sempurna seperti sekarang.
Sayangnya, Bucaille sendiri tidak memberikan penjelasan bagaimana proses transformasi dari makhluk hidup sebelumnya menjadi manusia yang sekarang ini. Penjelasan Bucaille menjadi kurang dapat dipahami ketika di beberapa bagian buku ini, Bucaille mengakui kebenaran teori evolusi pada makhluk selain manusia. Namun, dia tidak menyatakan evolusi manusia tidak berkaitan dengan evolusi makhluk lain. Di lain sisi ia meyakini khusus dalam penciptaan manusia ada peran Tuhan dengan mekanisme evolusi kreatif-Nya (meminjam istilah Bucaille). Lalu bagaimana dengan penciptaan makhluk lain. Apakah tidak memerlukan evolusi kreatif dari Tuhan? Apakah tidak memerlukan desain yang Maha Kuasa? Padahal keanekaragaman hayati di alam ini sungguh luar biasa mengagumkan, masing-masing spesies memiliki keunikan, strategi hidup, keindahan bentuk, struktur bentuk, struktur anatomi, fisiologi dan genetika. Semuanya begitu mengagumkan bahkan jika diamati pada satu sel bakteri sekalipun. Apakah mungkin hal ini terjadi hanya dengan mekanisme alamiah tanpa desain Tuhan?.
Terlepas dari semua itu, walaupun buku ini bukan gugatan secara menyeluruh menganai teori evolusi. Buku ini merupakan upaya yang menarik untuk mendiskusikan masalah asal usul manusia dengan ayat-ayat suci dan membandingkannya dengan temuan ilmiah dalam sains modern. Gagasan dan pemikiran Bucaille dalam buku ini dapat memperkaya wawasan dalam perbincangan tentang asal-usul manusia.
Pada era yang modern ini, ada banyak penemuan, ilmu pengetahuan, dan teori yang berkembang dan dikembangkan, baik oleh ilmuan dalam negeri maupun luar negeri.Namun, diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia.
Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia.Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana, kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini.Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.
Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama.Amat penting memahami dengan gamblang bagaimana asal-usul manusia yang sebenarnya.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT.Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti: Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman.Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.{“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar.Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan.
Al-Quran menyatakan dengan tegas bahawa manusia diciptakan dari tanah dengan berbagai istilah seperti debu (Surah Ali Imran: 59), tanah kering dan lumpur hitam (Surah Al-hijr: 28), tanah liat (Surah Ashshafat: 11), sari pati tanah (Surah Al-shad: 71) dan sebagainya. Semasa penciptaan Adam, Allah telah berfirman bahawa “Jadilah,maka jadilah ia” (Surah Ali Imran: 59). Oleh itu, proses kejadian manusia menurut Al-Quran adalah lebih sahih dan relevan karena mempunyai bukti yang kukuh. Setalah berpandukan pada (Surah Al-A’la: 1-3), penciptaan atau kejadian manusia terbagimenjadi tiga (3). Hal ini telah menjadi titik tolak kepada proses kejadian manusia dan menunjukkan tanda-tanda kemuliaan manusia.
Pertama, Allah telah menciptakan manusia pertama daripada tanah (Adam). Kedua, penciptaan manusia kedua daripada bahan baku manusia pertama (Hawa). Ketiga, penciptaan manusia daripada bahan baku manusia pertama (Adam) dan manusia kedua (Hawa). Oleh itu, kita sebagai anak cucu Adam haruslah berasa bangga kerana kita ini daripada sebaik-baik kejadian dan lebih mulia daripada makhluk yang lain. Dalam Surah Al-Qiyamah (75: 37-39),penciptaan manusia terbahagi menjadi empat (4) tahap.
Allah telah menyatakan bahawa manusia terjadi daripada percampuan Nutfah. Nutfah ialah air mani. Air mani ini terdiri daripada air mani lelaki dan perempuan. Allah telah berfirman dalam Al-Quran melalui (surah Al-Insan:2). Mafhumnya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia daripada setetes air mani yang bercampur yang kami (hendak menguji dengan perintah dan larangan).
Di dalam Al-Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Sedangkan dalam sains dikenal teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384-322M) yang disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea.Menurut teori ini, semua yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi.Adapula teori Darwin yang berdasarkan atas seleksi alam yang dapat menghasilkan perubahan besar pada organisme setelah waktu yang lama bahkan pada suatu saat tertentu dapat menghasilkan spesies baru. Dia juga mengatakan bahwa semua organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada dan pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang sangat sederhana melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam.
Namun, seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini lambat laun digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena kegagalan Darwin dalam menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen dari DNA kera menjadi manusia. Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan kita pada saat ini yang telah lama belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.
Hal ini dapat dilihat melalui dalam diagram yang dibuat oleh Washburn (tahun 1960). Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa manusia tidak berubah menjadi kera dan begitu juga sebaliknya.Oleh sebab itu, manusia dan kera berbeda dan teori ini tidak relevan.
    Dengan melakukan penyelidikan obyektif terhadap teks-teks, Maurice Bucaille telah dapat menumbangkan beberapa ide lama yang selama ini diperoleh manusia dari Perjanjian Lama, Injil dan Qur-an, yaitu dengan membedakan dalam keseluruhannya, hal-hal yang berasal dari wahyu dan hal-hal yang dinodai kekeliruan atau tafsiran manusia.
    Penelitiannya telah menjernihkan Kitab-kitab suci kembali. Dengan menyajikan suatu bacaan yang memukau, ia menempatkan seorang yang percaya berhadapan dengan suatu hal yang pokok, yaitu kesinambungan wahyu yang datang dari Tuhan yang sama, dengan cara-cara ekspresi yang berbeda menurut zaman. Ini semua akan mendorong kita untuk memikirkan faktor-faktor yang pada zaman ini harus mempersatukan dan tidak memecah belah orang-orang yang beragama Yahudi, Masehi atau Islam.
    Ahli bedah, Maurice Bucaille; telah berada beberapa kali dalam keadaan di mana ia dapat menyelidiki, bukan hanya badan manusia tetapi juga jiwa manusia. Karena keadaan itulah ia dapat merasakan arti taqwa dalam Islam serta aspek-aspek lainnya yang selama ini kebanyakan orang yang di luar Islam tidak mengetahuinya.
    Ia belajar bahasa Arab dan mempelajari Qur-an untuk mencari penerangan yang tidak akan dapat diperoleh dengan jalan lain. Ia heran karena dalam Qur-an ia menemukan keterangan-keterangan tentang fenomena-fenomena alamiah, yang hanya dapat difahami oleh pengetahuan ilmiah modern.
    Kemudian ia membicarakan masalah otentitas (keaslian) teks kitab-kitab suci agama-agama monoteis, dan akhirnya, melakukan konfrontasi antara Bibel dan hasil-hasil Sains.
    Hasil penyelidikan-penyelidikan tersebut, untuk wahyu Judeo Kristiani dan untuk Qur-an dijelaskan dalam buku ini.
    Asal-usul Manusia merupakan sebuah karya yang ditulis berdasarkan pengkajian mendalam, dimaksudkan untuk menjawab masalah-masalah di sekitar pertentangan-pertentangan lama antara sains dan agama. Selama lebih dari empat puluh tahun, penulisnya mencurahkan perhatian pada bidang biologi molekuler dan genetika serta menelaah dari dekat Kitab-kitab Suci agama-agama monoteistik, Yahudi, Nasrani dan Islam. Berdasarkan itu semua, ia menyimpulkan bahwa sains dan agama, sebaliknya dari saling bertentangan, justru benar-benar selaras dalam hal ini. Terbukti sekali lagi dari pengkajiannya itu, betapa Al-Quran -berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya- sepenuhnya bebas dari pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan penemuan-penemuan sains modern. Hal itu sekaligus membuktikan, bahwa kata per kata Al-Quran sepenuhnya merupakan wahyu samawi yang, oleh karena itu, bebas pula dari kesalahan-kesalahan manusiawi yang bisa ditemukan pada kitab-kitab suci lain yang merupakan penulisan kembali oleh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar