BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat
merupakan induknya berbagai ilmu setiap problem-problem keilmuan kebanyakan
penyelesaiannya kembali lagi ke filsafat, maka dari itu filsafat sebuah kajian
yang sangat penting orang-orang yang belajar keilmuan khusus nya bagi kalangan
mahasiswa. Filsafat selalu berkembang terus-menerus dimulai dari filsafat zaman
yunani kuno sampai zaman sekarang dan telah melahirkan berbagai macam
cabang-cabang disiplin ilmu .
Munculnya
berbagai keilmuan di zaman sekarang banyak pengetahuan dan ilmu yang sulit kita
pahami inti ajarannya bahkan ada yang tidak sesuai dengan apa yang kita yakini
seperti aliran-aliran ajaran pendidikan islam sekarang ini. Yang menyebabkan
orang menjadi bingung dalam mempelajari pendidikan islam. Sehingga orang
mempelajari ilmu pendidikan islam tidak semaksimal mungkin. Atau mempelajari
pendidikan islam hanya setengah-setengah.
Dengan melihat
kondisi seperti itu maka seharusnya pendidikan islam itu di pelajari secara
komprehenship atau menyeluruh sehingga tujuan pendidikan islam bisa tercapai
dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut
salah satunya yaitu kita harus mengetahui metodenya.
Hampir diseluruh disiplin keilmuan dalam memberikan atau dalam proses
belajar mangajarnya menggunakan metode. Bagaimana suatu penyelidikan filsafat
dilakukan dari sudut pandang serta obyek material apa yang akan diselidiki,
akan menentukan metode apa yang cocok dipakai. Tepat tidaknya metode yang
dipergunakan akan menentukan keberhasilan penyelidikan kefilsafatan tersebut. Dengan ini akirnya pemakalah mengamabil judul metode mempelajari
filsafat pendidikan islam
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apayang dimaksud dengan pengertian
motode dalammempelajari filsafat pendidikan Islam?
2.
Apa sajakah metode yang digunakan dalam mempelajari filsafat pendidikan Islam?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian motode dalam mempelajari
filsafat pendidikan Islam.
2.Untuk mengetahui beberapa motode dalam mempelajari
filsafat pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Dalam Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua
kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Runes,
sebagaimana dikutip oleh Mohammad Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode
adalah :
1. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
2. Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu.
Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang
dikaji.[2]
Pengertian lain metode menurut senn
merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah yang sistematis. Pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dan langkah-langkah dalam metode disebut metodologi.[3]
Kata metode berasal dari istilah Yunani Meta
yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan yang dilalui. Dalam bahasa
Arab, metode di ungkapkan dengan istilah tariqah atau uslub, yang
menurut al-Jurjani berarti sesuatu yang memungkinkan untuk sampai dengan benar
kepada tujuan yang diharapkan. Dari pengertian inilah Noeng Muhadjir
mensyaratkan bahwa untuk mencapai tujuan baik, perlu ditempuh dengan cara atau
jalan yang baik pula. Tujuan baik yang ditempuh dengan jalan atau cara yang
tidak baik bukanlah aktivitas pendidikan, karena tujuan menghalalkan cara atau
jalan bukanlah semboyang yang bersemangatkan pendidikan. Sementara itu, Abu
al-‘Ainin menyatakan bahwa metode, materi, dan tujuan merupakan hal yang
integral, yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, artinya untuk
menentukan sebuah metode, tergantung kepada materi dan tujuan yang
diharapkannya.[4]
Menurut al-Syaibani, menjelaskan bahwa
metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh
guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya,
ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan
membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Sementara itu Ahmad Tafsir, secara umum
membatasi bahwa metode pendidikan adalah
semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan,
mengemukakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang digunakan untuk
menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak
didik.
Dari sudut pandang filosofis, metode adalah
merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
essensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu mempunyai fungsi ganda:
1. Polipragmatis yaitu manakala metode itu
mengandung kegunaan yang serbaganda (multi purpose). Misalnya metode tertentu
pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk merusak, pada
situasi dan kondisi yang lain dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki.
Kegunaannya dapat bergantung kepada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta
kemampuan dari metode sebagai alat. Contoh konkrit dalam hal ini seperti Audio
Visual Methods yang mempergunakan Video Casette Recorder yang dapat
merekam dan menayangkan semua jenis film, baik yang moralis maupun pornografis.
2. Monopragmatis yaitu alat yang hanya dapat
dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan saja. Misalnya metode eksperimen
ilmu alam yang menggunakan laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk
eksperimen ilmu-ilmu lain seperti ilmu sosial dan lain-lain.
Perlu difahami bahwa penggunaan metode
dalam pendidikan Islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam
pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan
Islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk
dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan dapat berakibat fatal sehingga
mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki peserta didik itu tidak akan
berkembang secara wajar, atau pada tingkat yang paling fatal dapat menyalahi
hukum-hukum dan arah perkembangannya sebagaimana yang telah digariskan oleh
Allah, Tuhan pencipta sekalian alam. Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan
yang utuh mengenai jati diri manusia dalam rangka membawa dan mengarahkannya
untuk memahami realitas diri, Tuhan dan alam semesta, sehingga ia dapat
menemukan essensi dirinya dalam lingkaran realitas itu.[5]
Metode pendidikan yang berfungsi sebagai pengantar
untuk sampai kepada tujuan dapat dikatakan baik menurut filsafat pendidikan
Islam apabila memenuhi ciri sebagai berikut:
1. Metode pendidikan Islam harus bersumber dan
di ambil dari jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia. Ia merupakan hal yang
integral dengan materi dan tujuan pendidikan Islam.
2. Metode pendidikan Islam bersifat luwes, dan
dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan dan suasana proses
pendidikan.
3. Metode pendidikan Islam senantiasa berusaha
menghubungkan antara teori dan praktek, antara proses belajar dan amal, antara
hafalan dan pemahaman secara terpadu.
4. Metode pendidikan Islam menghindari dari
cara-cara mengajar yang ersifat meringkas, karena ringkasan itu merupakan sebab
rusaknya kemampuan-kemampuan ilmiah yang berguna.
5. Metode pendidikan Islam menekankan
kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog dengan cara
yang sopan dan saling menghormati.
6. Metode pendidikan Islam juga menghormati
hak dan kebebasan pendidik untuk memilih metode yang dipandangnya sesuai dengan
watak pelajaran dan peserta didik itu sendiri.[6]
Dari semua
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motode dalam mempelajari
filsafat pendidikan islam yaitu sebuah cara dan langkah-langkah yang sistematis
untuk mempelajari filsafat yang memikirkan tentang masalah pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
B.
Metode
yang di Gunakan Untuk Mempelajari Filsafat pendidikan Islam
Sebagaimana
yang telah di kemukakan makalah-makalah sebelumnya bahwa sumber yang menjadi
dasar kajian filsafat pendidikan Islam
adalah al-quran dan al-hadits. Kedua sumber itu menjadi landasan utama bagi
pemikiran filsafat pendidikan Islam. Dan
adapun sumber pendukung yang lainnya terdiri atas ijma’ dan qiyas syar’i
sebagai sumber skunder. Sehubungan dengan hal tersebut maka pada garis besarnya
menurut Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman said ada dua pokok metode untuk
mempelajari filsafat pendidikan islam
yaitu pendekatan terhadap wahyu dan pendekatan historis (sejarah).[7]
1.
Pendekatan
Terhadap wahyu
Sebagai wahyu,
al-quran berisi ayat-ayat yang mendorong
manusia agar menggunakan akalnya untuk mencapai kebenaran. Yang jelas al-quran
menggunakan akal sebagai kata kerja bukan kata benda. Kenyataan ini menunjukkan
bukti bahwa al-quran lebih menganjurkan manusia untuk berfikir menggunakan
akal. Anjuran manusia untuk menggunakan akalnya agar manusia selalu ingat dan percaya kepada Allah,
selain itu agar manusia memperoleh pemahaman tentang kebenaran yang dimaksud
oleh Allah
SWT sebagai pencipta. Manusia disuruh menggunakan akal dan indranya agar
manusia tidak salah untuk memahami mana kebenaran yang sesungguhnya, mana
kebenaran yang dibenarkan atau yang dianggap benar.
Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran yang menunjukkan adanya hubungan ide dengan fakta, dan bukan
kebenaran antara hubungan ide dengan ide. Kebenaran yang pertama ini menyangkut
pemahaman dengan menggunakan pikiran terhadap yang terkandung dalam isi susunan
kata, dalam batas dapat diterima orang.
Adapun kebenaran yang menjadi telaah filsafat pindidikan Islam, pada
dasarnya adalah untuk mendekati pemahaman mengenai kebenaran yang sesungguhnya
dari sumber kebenaran itu sendiri (Allah) melalui tanda-tanda (ayat) yang
diciptakanNya. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam mempelaari filsafat
pendidikan Islam maka pendekatan terhadap wahyu akan membantunya.
Dengan menggunakan pendekatan terhadap wahyu ini dimaksudkan adalah
cara-cara yang ditempuh dalam upaya memahami kebenaran dengan menggunakan
ayat-ayat Tuhan sebagai premis. Kebenaran dicari dengan merenungkan, menggali,
menafsirkan, memperbandingkan, menghubungkan, serta mentakwilkan informasi yang
terkandung dalam wahyu. Dari kajian itu kemudian disusun konsep pemikiran dasar
tentang pendidikan Islam.
Metode ini dengan sendirinya berbeda dari metode dialektik yang
digunakan oleh Socrates yang dijadikannya sebagai metode dasar untuk pemikiran
falsafatnya. Metode dialektik bertitik tolak dari sikap ragu terhadap
kebenaran, dan berusaha mencari kebenaran baru sebagai alternatif. Adapun
metode pendekatan terhadap wahyu, adalah sebaliknya yaitu bertitik tolak dari
keyakinan terhadap kebenaran wahyu itu sendiri. Yang dicari bukan kebenaran
baru sebagai alternatif, melainkan pemahaman terhadap kebenaran mutlak yang
terkandung dalam wahyu tersebut. Dengan menggunakan kemampuan berfikir, manusia
diajak untuk mencari kebenaran yang diperkirakan dapat mendekati kebenaran yang
mutlak tersebut. Disini terlihat bahwa walaupun pemikiran filsafat pendidikan
Islam berdasarkan wahyu, tidak berarti meniadakan proses berfikir. Kebenaran
yang diperoleh bukan kebenaran yang dianugerahkan begitu saja, melainkan
kebenaran yang dicari.
Adapun keyakinan terhadap kebenaran wahyu, dalam upaya mencari
kebenaran, dalam proses ini dijadikan sebagai pembanding dan premis untuk
menemukan kebenaran yang dinilai sebagai kebenaran yang mendekati kebenaran
wahyu sebagai kebenaran mutlak. Dengan demikian kebenaran yang dicari adalah
kebenaran dalam batas-batas kemampuan akal manusia, namun walaupun tidak
mencapai tingkat kebenaran mutlak tetap sejalan dengan kebenaran mutlak wahyu.
2.
Pendekatan
Historis (sejarah)
Metode ini digunakan untuk mengkaji hasil pemikiran ulama (cendekiawan)
Islam di masa silam. Melalui pendekatan sejarah diharapkan dapat diketahui
bagaimana konsep-konsep pendidikan Islam dari zaman silam, perkembangan
pemikiran, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, serta latar belakang yang
mendorong lahirnya konsep-konsep tentang rancangan pendidikan Islam.
Kajian ini dimaksudkan untuk mencari persamaan, perbedaan, atau
temuan-temuan dalam konsep-konsep yang dihasilkan oleh pemikir pendidikan
tersebut masing-masing. Dengan mengadakan kajian terhadap karya-karya
dimaksudd, setidak-tidaknya akan memperoleh manfaat antara lain: pertama,
bagaimana perkembangan pemikiran (filsafat) pendidikan Islam dari zaman ke
zaman; kedua, memahami konsep dan hasil karya para pemikir (filosof) pendidikan
Islam; dan ketiga, dapat melanjutkan rangkaian pemikiran yang masih relevan,
sambil melakukan revisi pada hal-hal yang perlu disesuaikan dengan tuntutan dan
perkembangan zaman.
Bagaimanapun peradaban suatu bangsa akan banyak bergantung kepada jumlah
pemikir yang dimilikinya. Dan kelanggengan peradaban itu ditentukan pula oleh
jumlah generasi pelanjut yang akan meneruskan karya pendahulu mereka.
Perkembangan peradaban yang mengakar ke masa silam, dinilai akan memperkokoh
landasan dasar berpijak bagi pengembangan selanjutnya.
Dalam hubungannya dengan filsafat pendidikan Islam, maka kaian terhadap
karya-karya klasik para filosof pendidikan Islam adalah merupakan bagian yang
sudah mendesak. Pemikiran-pemikiran filosof tentang pendidikan, bagaimanapun
(seharusnya) tak layak dilepaskan dari ikatan pemikiran Islam klasik.
Pemahaman konsep berdasarkan pendekatan sejarah secara keliru, akan
mempengaruhi pendidikan Islam itu sendiri. Antara lain seperti dikemukakan oleh
Muhammad Munir Mursi mengenai premis “manusia adalah hewan yang berakal” yang
sering termuat dalam mantiq. Premis tersebut menurutnya bukan berasal dari
konsep ajaran Islam, tetapi dari pengaruh pemikiran Yunani. Menurut konsep
Islam, dari aspek manapun manusia tak mungkin disamakan dengan hewan. Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah. Karena itu menyamakan manusia dengan hewan, tidak
sejalan dengan konsep ajaran Islam.
Selain itu, filsafat pendidikan Islam dalam
memecahkan problem pendidikan Islam (problema pendidikan yang dihadapi umat
Islam) dapat menggunakan metode-metode antara lain[8]:
1. Metode Spekulatif dan Kontemplatif
Kontemplatif artinya perenungan, berarti memikirkan
sesuatu atau segala sesuatu tanpa keharusan mengadakan kontak langsung dengan
objeknya. Sedangkan spekulatif juga berarti perenungan atau merenung untuk
mengerti hakikat sesuatu. Dalam filsafat Islam disebut tafakur. Keduanya
merupakan metode yang utama dalam filsafat, baik meneyelidiki tentang hakikat,
makna hidup, mati, kebenaran, keadilan, keindahan, keimanan dan sebagainya.
2. Metode Analisa Konsep
Konsep berarti tanggapan atau pengertian seseorang
pada suatu objek. Pengertian seseorang berkaitan dengan bahasa, sebagai alat
untuk mengungkapkan pengertian tersebut. Pengertian tentang sesuatu objek
dirumuskan dalam bentuk definisi yang menggunakan bahasa atau kalimat tertentu.
Konsep seseorang tentang sesuatu objek berbeda dengan orang lain, dan konsep
inipun juga dibatasi oleh kurun waktu dan tempat. Al-Qur’an dan hadist Nabi
juga menggunakan bahasa manusia, yang berarti merupakan kumpulan dari
konsep-konsep yang bisa dimengerti oleh manusia. Dalam sistem filsafat Islam,
menafsirkan dan mentakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan praktek konkrit dari
pendekatan analisis konsep atau analisis bahasa. Ajaran Islam penuh dengan
konsep filosofis mengenai hidup dan kehidupan manusia seperti iman, Islam,
ihsan, amal shaleh, takwa, adil, amanah, dan sebagainya. Semuanya menjadi
problema pendidikan Islam.
3. Pendekatan Normatif
Norma menunjukkan keteraturan suatu sistem, juga
menunjukkan nilai sesuatu, baik buruknya, berguna atau tidak berguna. Norma
juga akan menunjukkan arah gerak sesuatu aktivitas. Dalam filsafat Islam sumber
nilai adalah Tuhan dan semua bentuk norma disempurnakan dalam Islam. Pendekatan
normatif dimaksudkan untuk mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan
nyata, dalam filsafat Islam bisa disebut
sebagai pendekatan Syar’iyyah yaitu mencari ketentuan tentang apa yang boleh
dan apa yang tidak dibenarkan menurut syari’at.
Objeknya berkaitan dengan tingkah laku manusia dan
amal perbuatannya. Metode ijtihad dalam fiqih seperti istihsan, maslahat al
mursalah, al-‘adat al muhakkamah merupakan hasil yang diperoleh dari
penerapan metode normatif dalam sistem filsafat Islam.
4. Pendekatan historis.
Histori artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran
dari peristiwa dan kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam
pandangan kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam
suatu setting situasi, kondisi dan waktunya sendiri-sendiri. Dalam sistem
pemikiran filsafat, pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya
tidak mungkin terjadi. Peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk
dalam membina masa depan. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa sejarah banyak manfaatnya
untuk pendidikan. Ayat-ayat Al-Qur’an banyak menganjurkan untuk mengambil
pelajaran dari sejarah. Dengan sistem filsafat Islam, penggunaan sunnah Nabi
sebagai sumber hukum, penelitian-penelitian akan hadis-hadis yang menghasilkan
pemisahan antara hadis palsu dan hadis shahih, pada hakikatnya merupakan contoh
praktis dari penggunaan analisis historis dalam filsafat pendidikan Islam.
5. Pendekatan yang sifatnya komprehensif dan
terpadu
Merupakan pemahaman atau pendalaman yang terpadu
antara sumber-sumber naqli, aqli dan Imani. Sebagaimana yang Nampak
dikembangkan oleh Al-Ghazali. Menurut Al-Ghazali, kebenaran yang sebenarnya
yaitu keenaran yang diyakininya betul-betul merupakan kebenaran. Kebenaran yang
mendatangkan keamanan dalam jiwa, bukan kebenaran yang mendatangkan
keragu-raguan. Untuk mencapai kebenaran yang benar-benar di yakini, harus
melalui pengalaman dan merasakan. Pendekatan ini lebih mendekati pola berfikir
yang empiris dan intuitif.
6. Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual yang
pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari berpikir
rasional, empiris dan eksperimental yang telah berkembang masa kejayaan
filsafat Islam. Pendekatan ini adalah realisasi dari ayat al-Qur’an surat
Ar-Ra’ad ayat 11 yang artinya:
“Allah tidak
akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang berusaha
untuk mengubahnya”[9].
Usaha
mengubah keadaan atau nasib, tidak mungkin bisa terlaksana kalau seseorang
tidak memahami permasalahan-permasalahan actual yang dihadapinya. Pendidikan
pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib
tersebut. dan ini adalah ungkapan problema pokok filsafat pendidikan Islam masa
sekarang.[10]
Demikian beberapa pendekatan filosofis yang
mungkin digunakan dalam memecahkan problematika pendidikan di kalangan umat
Islam. Adapun pendekatan yang efektif dan efisien, tentu bergantung pada sifat,
bentuk, dan ciri khusus terhadap problema yang dihadapi. Yang jelas bahwa
masalah pendidikan adalah masalah manusia yang menurut ajaran Islam adalah
merupakan khalifah Allah yang memiliki potensi-potensi manusiawi, maka
pendekatan filsafat pendidikan Islam, haruslah pendekatan yang melibatkan
seluruh aspek dan potensi manusia.
Dari beberapa metode yang dikemukakan para
pakar pendidikan Islam di atas, pada hakikatnya tidak ada satu metode yang
dipandang ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua mata pelajaran, dan semua
suasana dalam aktivitas pendidikan. Maka dari itu, dalam prakteknya dilapangan
tidak dapat dihindari untuk melakukan penggabungan berbagai metode. Hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan adalah: pertama, metode ini dapat membentuk
peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya semata; kedua,
metode itu mengandung nilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an dan
sunnah; dan ketiga, metode ini berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan
sesuai dengan ajaran Islam.
Setelah menggunakan metode-metode tertentu,
sebagaimana telah diterangkan di atas, akan memperoleh sejumlah data yang
diperlukan. Untuk selanjutnya dianalisa dalam rangka memperoleh kesimpulan
hasil penyelidikan pemikiran pendidikan Islam[11].
BAB III
ANALISIS
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat pendidikan
Islam sudah dipastikan memiliki metode pengembangan dan pengkajiannya yang
khas, karena metode inilah sesungguhnya yang memberikan petunjuk operasional
dan teknis dalm mengembangkan suatu ilmu. Dengan menguasai metode baik secara
teoritis maupun praktis memungkinkan seseorang tampil sebagai mujtahid atau
pemikir dalam suatu bidang ilmu. Dengan demikian, suatu ilmu akan terus
berkembang.
Pada dasarnya, metode mempelajari filsafat pendidikan
Islam hanya menggunakan pendekatan wahyu dan pendekatan historis. Pendekatan
wahyu yaitu sebagai wahyu,
al-quran berisi ayat-ayat yang mendorong
manusia agar menggunakan akalnya untuk mencapai kebenaran. Pendekatan historis yaitu merupakan
pemikiran pengembangan menurut ulama di masa silam.
Seiring dengan perkembangan zaman yang ada, maka
metode mempelajari filsafat pendidikan dilakukan melalui beberapa pendekatan
yaitu metode spekulatif dan kontemplatif adalah berfikir secara mendalam dan
dalam situasi yang tenang. Berarti untuk berfikir ini, tidak hanya ulama saja
yang melakukan tetapi bias dilakukan siapapun termasuk ahli pendidikan.
Pendekatan normatif yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mencari dan
menetapkan ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pendekatan
analisa konsep yaitu analisa bahasa. Pendekatan historis yaitu pendekatan yang
dilakukan untuk mengambil pelajaran yang terjadi pada masa lalu. Pendekatan
ilmiah yaitu penyempurnaan dari berfikir secara rasional. Yang terakhir
pendekatan komprehensif dan terpadu yakni berfikir secara intuitif dan empiris.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motode
dalam mempelajari filsafat pendidikan islam yaitu sebuah cara dan
langkah-langkah yang sistematis untuk mempelajari filsafat yang memikirkan
tentang masalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Dari beberapa
metode yang dikemukakan para pakar pendidikan Islam di atas, pada hakikatnya
tidak ada satu metode yang dipandang ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua
mata pelajaran, dan semua suasana dalam aktivitas pendidikan. Maka dari itu, dalam prakteknya dilapangan
tidak data dihindari untuk melakukan penggabungan berbagai metode. Hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan adalah: pertama, metode ini dapat membentuk
peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya semata; kedua,
metode itu mengandung nilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an dan
sunnah; dan ketiga, metode ini berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan
sesuai dengan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyidin, Samsul Nizar. 2005. Filsafat
Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,Teoritis, dan Praktis. Ciputat: PT
Ciputat Press.
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan. 2001. Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia
Jalaludin & Usman Said. 1996. Filsafat
Pendidikan Islam: konsep dan perkembangan
pemikirannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jujun S. Suriassumantri. 2010. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka
Sinar Harapan.
Muhammad As Said. 2011. Filsafat
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Mujamil Qomar. 2005. Epistemologi
pendidikan islam. Jakarta:
Erlangga.
Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan
historis, teoritis dan praktis.
Jakarta: Ciputat Press.
Toto Suharto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
[1] Al-Rasyidin,
Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, PT.
Ciputat Press, Ciputat, 2005, hlm. 65-66.
[2]Mujamil Qomar, Epistemologi
pendidikan islam, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm 20
[3] Jujun S. Suriassumantri, Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm 119
[4] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011. Hlm 134.
[5] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan historis, teoritis
dan praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
[6] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam. Hlm 134.
[7] Jalaludin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan
perkembangan pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Hlm 27.
[8] Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2011. Hlm 14.
[10]Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia, 2001. Hlm 207.
[11] Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah
Gagasan Membangun Pendidikan Islam, TERAS, Yogyakarta, 2009, hlm 22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar