Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Minggu, 13 Mei 2018

MAKALAH METODE YANG DIGUNAKAN DALAM MEMPELAJARI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat merupakan induknya berbagai ilmu setiap problem-problem keilmuan kebanyakan penyelesaiannya kembali lagi ke filsafat, maka dari itu filsafat sebuah kajian yang sangat penting orang-orang yang belajar keilmuan khusus nya bagi kalangan mahasiswa. Filsafat selalu berkembang terus-menerus dimulai dari filsafat zaman yunani kuno sampai zaman sekarang dan telah melahirkan berbagai macam cabang-cabang disiplin ilmu .
Munculnya berbagai keilmuan di zaman sekarang banyak pengetahuan dan ilmu yang sulit kita pahami inti ajarannya bahkan ada yang tidak sesuai dengan apa yang kita yakini seperti aliran-aliran ajaran pendidikan islam sekarang ini. Yang menyebabkan orang menjadi bingung dalam mempelajari pendidikan islam. Sehingga orang mempelajari ilmu pendidikan islam tidak semaksimal mungkin. Atau mempelajari pendidikan islam hanya setengah-setengah.
Dengan melihat kondisi seperti itu maka seharusnya pendidikan islam itu di pelajari secara komprehenship atau menyeluruh sehingga tujuan pendidikan islam bisa tercapai dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya yaitu kita harus mengetahui metodenya.
Hampir diseluruh disiplin keilmuan dalam memberikan atau dalam proses belajar mangajarnya menggunakan metode. Bagaimana suatu penyelidikan filsafat dilakukan dari sudut pandang serta obyek material apa yang akan diselidiki, akan menentukan metode apa yang cocok dipakai. Tepat tidaknya metode yang dipergunakan akan menentukan keberhasilan penyelidikan kefilsafatan tersebut. Dengan ini akirnya pemakalah mengamabil judul metode mempelajari filsafat pendidikan islam


B.     Rumusan Masalah

1.      Apayang dimaksud dengan pengertian motode dalammempelajari filsafat pendidikan Islam?
2.      Apa sajakah metode yang digunakan dalam mempelajari filsafat pendidikan Islam?

C.    Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian motode dalam mempelajari filsafat pendidikan Islam.
2.Untuk mengetahui beberapa motode dalam mempelajari filsafat pendidikan Islam

 
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Metode Dalam Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Runes, sebagaimana dikutip oleh Mohammad Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
1.      Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
2.      Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
3.      Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur[1]
Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji.[2] Pengertian lain metode menurut senn merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dan langkah-langkah dalam metode disebut metodologi.[3]
Kata metode berasal dari istilah Yunani Meta yang berarti melalui, dan hodos  yang berarti jalan yang dilalui. Dalam bahasa Arab, metode di ungkapkan dengan istilah tariqah atau uslub, yang menurut al-Jurjani berarti sesuatu yang memungkinkan untuk sampai dengan benar kepada tujuan yang diharapkan. Dari pengertian inilah Noeng Muhadjir mensyaratkan bahwa untuk mencapai tujuan baik, perlu ditempuh dengan cara atau jalan yang baik pula. Tujuan baik yang ditempuh dengan jalan atau cara yang tidak baik bukanlah aktivitas pendidikan, karena tujuan menghalalkan cara atau jalan bukanlah semboyang yang bersemangatkan pendidikan. Sementara itu, Abu al-‘Ainin menyatakan bahwa metode, materi, dan tujuan merupakan hal yang integral, yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, artinya untuk menentukan sebuah metode, tergantung kepada materi dan tujuan yang diharapkannya.[4]
Menurut al-Syaibani, menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Sementara itu Ahmad Tafsir, secara umum membatasi  bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.
Dari sudut pandang filosofis, metode adalah merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara essensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan itu mempunyai fungsi ganda:
1.      Polipragmatis yaitu manakala metode itu mengandung kegunaan yang serbaganda (multi purpose). Misalnya metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk merusak, pada situasi dan kondisi yang lain dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung kepada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta kemampuan dari metode sebagai alat. Contoh konkrit dalam hal ini seperti Audio Visual Methods yang mempergunakan Video Casette Recorder yang dapat merekam dan menayangkan semua jenis film, baik yang moralis maupun pornografis.

2.      Monopragmatis yaitu alat yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan saja. Misalnya metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu lain seperti ilmu sosial dan lain-lain.

Perlu difahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan Islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan Islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan dapat berakibat fatal sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki peserta didik itu tidak akan berkembang secara wajar, atau pada tingkat yang paling fatal dapat menyalahi hukum-hukum dan arah perkembangannya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah, Tuhan pencipta sekalian alam. Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan yang utuh mengenai jati diri manusia dalam rangka membawa dan mengarahkannya untuk memahami realitas diri, Tuhan dan alam semesta, sehingga ia dapat menemukan essensi dirinya dalam lingkaran realitas itu.[5]
Metode pendidikan yang berfungsi sebagai pengantar untuk sampai kepada tujuan dapat dikatakan baik menurut filsafat pendidikan Islam apabila memenuhi ciri sebagai berikut:
1.      Metode pendidikan Islam harus bersumber dan di ambil dari jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia. Ia merupakan hal yang integral dengan materi dan tujuan pendidikan Islam.
2.      Metode pendidikan Islam bersifat luwes, dan dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan dan suasana proses pendidikan.
3.      Metode pendidikan Islam senantiasa berusaha menghubungkan antara teori dan praktek, antara proses belajar dan amal, antara hafalan dan pemahaman secara terpadu.
4.      Metode pendidikan Islam menghindari dari cara-cara mengajar yang ersifat meringkas, karena ringkasan itu merupakan sebab rusaknya kemampuan-kemampuan ilmiah yang berguna.
5.      Metode pendidikan Islam menekankan kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog dengan cara yang sopan dan saling menghormati.
6.      Metode pendidikan Islam juga menghormati hak dan kebebasan pendidik untuk memilih metode yang dipandangnya sesuai dengan watak pelajaran dan peserta didik itu sendiri.[6]
Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motode dalam mempelajari filsafat pendidikan islam yaitu sebuah cara dan langkah-langkah yang sistematis untuk mempelajari filsafat yang memikirkan tentang masalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.

B.     Metode yang di Gunakan Untuk Mempelajari Filsafat pendidikan Islam
Sebagaimana yang telah di kemukakan makalah-makalah sebelumnya bahwa sumber yang menjadi dasar kajian  filsafat pendidikan Islam adalah al-quran dan al-hadits. Kedua sumber itu menjadi landasan utama bagi pemikiran filsafat pendidikan Islam. Dan adapun sumber pendukung yang lainnya terdiri atas ijma’ dan qiyas syar’i sebagai sumber skunder. Sehubungan dengan hal tersebut maka pada garis besarnya menurut Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman said ada dua pokok metode untuk mempelajari  filsafat pendidikan islam yaitu pendekatan terhadap wahyu dan pendekatan historis (sejarah).[7]
1.      Pendekatan Terhadap wahyu
Sebagai wahyu, al-quran  berisi ayat-ayat yang mendorong manusia agar menggunakan akalnya untuk mencapai kebenaran. Yang jelas al-quran menggunakan akal sebagai kata kerja bukan kata benda. Kenyataan ini menunjukkan bukti bahwa al-quran lebih menganjurkan manusia untuk berfikir menggunakan akal. Anjuran manusia untuk menggunakan akalnya agar manusia selalu ingat dan percaya kepada Allah, selain itu agar manusia memperoleh pemahaman tentang kebenaran yang dimaksud oleh Allah SWT sebagai pencipta. Manusia disuruh menggunakan akal dan indranya agar manusia tidak salah untuk memahami mana kebenaran yang sesungguhnya, mana kebenaran yang dibenarkan atau yang dianggap benar.
Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran yang menunjukkan  adanya hubungan ide dengan fakta, dan bukan kebenaran antara hubungan ide dengan ide. Kebenaran yang pertama ini menyangkut pemahaman dengan menggunakan pikiran terhadap yang terkandung dalam isi susunan kata, dalam batas dapat diterima orang.
Adapun kebenaran yang menjadi telaah filsafat pindidikan Islam, pada dasarnya adalah untuk mendekati pemahaman mengenai kebenaran yang sesungguhnya dari sumber kebenaran itu sendiri (Allah) melalui tanda-tanda (ayat) yang diciptakanNya. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam mempelaari filsafat pendidikan Islam maka pendekatan terhadap wahyu akan membantunya.
Dengan menggunakan pendekatan terhadap wahyu ini dimaksudkan adalah cara-cara yang ditempuh dalam upaya memahami kebenaran dengan menggunakan ayat-ayat Tuhan sebagai premis. Kebenaran dicari dengan merenungkan, menggali, menafsirkan, memperbandingkan, menghubungkan, serta mentakwilkan informasi yang terkandung dalam wahyu. Dari kajian itu kemudian disusun konsep pemikiran dasar tentang pendidikan Islam.
Metode ini dengan sendirinya berbeda dari metode dialektik yang digunakan oleh Socrates yang dijadikannya sebagai metode dasar untuk pemikiran falsafatnya. Metode dialektik bertitik tolak dari sikap ragu terhadap kebenaran, dan berusaha mencari kebenaran baru sebagai alternatif. Adapun metode pendekatan terhadap wahyu, adalah sebaliknya yaitu bertitik tolak dari keyakinan terhadap kebenaran wahyu itu sendiri. Yang dicari bukan kebenaran baru sebagai alternatif, melainkan pemahaman terhadap kebenaran mutlak yang terkandung dalam wahyu tersebut. Dengan menggunakan kemampuan berfikir, manusia diajak untuk mencari kebenaran yang diperkirakan dapat mendekati kebenaran yang mutlak tersebut. Disini terlihat bahwa walaupun pemikiran filsafat pendidikan Islam berdasarkan wahyu, tidak berarti meniadakan proses berfikir. Kebenaran yang diperoleh bukan kebenaran yang dianugerahkan begitu saja, melainkan kebenaran yang dicari.
Adapun keyakinan terhadap kebenaran wahyu, dalam upaya mencari kebenaran, dalam proses ini dijadikan sebagai pembanding dan premis untuk menemukan kebenaran yang dinilai sebagai kebenaran yang mendekati kebenaran wahyu sebagai kebenaran mutlak. Dengan demikian kebenaran yang dicari adalah kebenaran dalam batas-batas kemampuan akal manusia, namun walaupun tidak mencapai tingkat kebenaran mutlak tetap sejalan dengan kebenaran mutlak wahyu.


2.      Pendekatan Historis (sejarah)
Metode ini digunakan untuk mengkaji hasil pemikiran ulama (cendekiawan) Islam di masa silam. Melalui pendekatan sejarah diharapkan dapat diketahui bagaimana konsep-konsep pendidikan Islam dari zaman silam, perkembangan pemikiran, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, serta latar belakang yang mendorong lahirnya konsep-konsep tentang rancangan pendidikan Islam.
Kajian ini dimaksudkan untuk mencari persamaan, perbedaan, atau temuan-temuan dalam konsep-konsep yang dihasilkan oleh pemikir pendidikan tersebut masing-masing. Dengan mengadakan kajian terhadap karya-karya dimaksudd, setidak-tidaknya akan memperoleh manfaat antara lain: pertama, bagaimana perkembangan pemikiran (filsafat) pendidikan Islam dari zaman ke zaman; kedua, memahami konsep dan hasil karya para pemikir (filosof) pendidikan Islam; dan ketiga, dapat melanjutkan rangkaian pemikiran yang masih relevan, sambil melakukan revisi pada hal-hal yang perlu disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Bagaimanapun peradaban suatu bangsa akan banyak bergantung kepada jumlah pemikir yang dimilikinya. Dan kelanggengan peradaban itu ditentukan pula oleh jumlah generasi pelanjut yang akan meneruskan karya pendahulu mereka. Perkembangan peradaban yang mengakar ke masa silam, dinilai akan memperkokoh landasan dasar berpijak bagi pengembangan selanjutnya.
Dalam hubungannya dengan filsafat pendidikan Islam, maka kaian terhadap karya-karya klasik para filosof pendidikan Islam adalah merupakan bagian yang sudah mendesak. Pemikiran-pemikiran filosof tentang pendidikan, bagaimanapun (seharusnya) tak layak dilepaskan dari ikatan pemikiran Islam klasik.
Pemahaman konsep berdasarkan pendekatan sejarah secara keliru, akan mempengaruhi pendidikan Islam itu sendiri. Antara lain seperti dikemukakan oleh Muhammad Munir Mursi mengenai premis “manusia adalah hewan yang berakal” yang sering termuat dalam mantiq. Premis tersebut menurutnya bukan berasal dari konsep ajaran Islam, tetapi dari pengaruh pemikiran Yunani. Menurut konsep Islam, dari aspek manapun manusia tak mungkin disamakan dengan hewan. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Karena itu menyamakan manusia dengan hewan, tidak sejalan dengan konsep ajaran Islam.
Selain itu, filsafat pendidikan Islam dalam memecahkan problem pendidikan Islam (problema pendidikan yang dihadapi umat Islam) dapat menggunakan metode-metode antara lain[8]:
1.      Metode Spekulatif dan Kontemplatif
Kontemplatif artinya perenungan, berarti memikirkan sesuatu atau segala sesuatu tanpa keharusan mengadakan kontak langsung dengan objeknya. Sedangkan spekulatif juga berarti perenungan atau merenung untuk mengerti hakikat sesuatu. Dalam filsafat Islam disebut tafakur. Keduanya merupakan metode yang utama dalam filsafat, baik meneyelidiki tentang hakikat, makna hidup, mati, kebenaran, keadilan, keindahan, keimanan dan sebagainya.
2.      Metode Analisa Konsep
Konsep berarti tanggapan atau pengertian seseorang pada suatu objek. Pengertian seseorang berkaitan dengan bahasa, sebagai alat untuk mengungkapkan pengertian tersebut. Pengertian tentang sesuatu objek dirumuskan dalam bentuk definisi yang menggunakan bahasa atau kalimat tertentu. Konsep seseorang tentang sesuatu objek berbeda dengan orang lain, dan konsep inipun juga dibatasi oleh kurun waktu dan tempat. Al-Qur’an dan hadist Nabi juga menggunakan bahasa manusia, yang berarti merupakan kumpulan dari konsep-konsep yang bisa dimengerti oleh manusia. Dalam sistem filsafat Islam, menafsirkan dan mentakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan praktek konkrit dari pendekatan analisis konsep atau analisis bahasa. Ajaran Islam penuh dengan konsep filosofis mengenai hidup dan kehidupan manusia seperti iman, Islam, ihsan, amal shaleh, takwa, adil, amanah, dan sebagainya. Semuanya menjadi problema pendidikan Islam.
3.      Pendekatan Normatif
Norma menunjukkan keteraturan suatu sistem, juga menunjukkan nilai sesuatu, baik buruknya, berguna atau tidak berguna. Norma juga akan menunjukkan arah gerak sesuatu aktivitas. Dalam filsafat Islam sumber nilai adalah Tuhan dan semua bentuk norma disempurnakan dalam Islam. Pendekatan normatif dimaksudkan untuk mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata,  dalam filsafat Islam bisa disebut sebagai pendekatan Syar’iyyah yaitu mencari ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak dibenarkan menurut syari’at.
Objeknya berkaitan dengan tingkah laku manusia dan amal perbuatannya. Metode ijtihad dalam fiqih seperti istihsan, maslahat al mursalah, al-‘adat al muhakkamah merupakan hasil yang diperoleh dari penerapan metode normatif dalam sistem filsafat Islam.
4.      Pendekatan historis.
Histori artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam suatu setting situasi, kondisi dan waktunya sendiri-sendiri. Dalam sistem pemikiran filsafat, pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi. Peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalam membina masa depan. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa sejarah banyak manfaatnya untuk pendidikan. Ayat-ayat Al-Qur’an banyak menganjurkan untuk mengambil pelajaran dari sejarah. Dengan sistem filsafat Islam, penggunaan sunnah Nabi sebagai sumber hukum, penelitian-penelitian akan hadis-hadis yang menghasilkan pemisahan antara hadis palsu dan hadis shahih, pada hakikatnya merupakan contoh praktis dari penggunaan analisis historis dalam filsafat pendidikan Islam.
5.      Pendekatan yang sifatnya komprehensif dan terpadu
Merupakan pemahaman atau pendalaman yang terpadu antara sumber-sumber naqli, aqli dan Imani. Sebagaimana yang Nampak dikembangkan oleh Al-Ghazali. Menurut Al-Ghazali, kebenaran yang sebenarnya yaitu keenaran yang diyakininya betul-betul merupakan kebenaran. Kebenaran yang mendatangkan keamanan dalam jiwa, bukan kebenaran yang mendatangkan keragu-raguan. Untuk mencapai kebenaran yang benar-benar di yakini, harus melalui pengalaman dan merasakan. Pendekatan ini lebih mendekati pola berfikir yang empiris dan intuitif.
6.       Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari berpikir rasional, empiris dan eksperimental yang telah berkembang masa kejayaan filsafat Islam. Pendekatan ini adalah realisasi dari ayat al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 11 yang artinya:
“Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang berusaha untuk mengubahnya”[9].
Usaha mengubah keadaan atau nasib, tidak mungkin bisa terlaksana kalau seseorang tidak memahami permasalahan-permasalahan actual yang dihadapinya. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib tersebut. dan ini adalah ungkapan problema pokok filsafat pendidikan Islam masa sekarang.[10]
Demikian beberapa pendekatan filosofis yang mungkin digunakan dalam memecahkan problematika pendidikan di kalangan umat Islam. Adapun pendekatan yang efektif dan efisien, tentu bergantung pada sifat, bentuk, dan ciri khusus terhadap problema yang dihadapi. Yang jelas bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia yang menurut ajaran Islam adalah merupakan khalifah Allah yang memiliki potensi-potensi manusiawi, maka pendekatan filsafat pendidikan Islam, haruslah pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi manusia.
Dari beberapa metode yang dikemukakan para pakar pendidikan Islam di atas, pada hakikatnya tidak ada satu metode yang dipandang ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua mata pelajaran, dan semua suasana dalam aktivitas pendidikan. Maka dari itu, dalam prakteknya dilapangan tidak dapat dihindari untuk melakukan penggabungan berbagai metode. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah: pertama, metode ini dapat membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya semata; kedua, metode itu mengandung nilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an dan sunnah; dan ketiga, metode ini berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Islam.
Setelah menggunakan metode-metode tertentu, sebagaimana telah diterangkan di atas, akan memperoleh sejumlah data yang diperlukan. Untuk selanjutnya dianalisa dalam rangka memperoleh kesimpulan hasil penyelidikan pemikiran pendidikan Islam[11].
BAB III
ANALISIS
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat pendidikan Islam sudah dipastikan memiliki metode pengembangan dan pengkajiannya yang khas, karena metode inilah sesungguhnya yang memberikan petunjuk operasional dan teknis dalm mengembangkan suatu ilmu. Dengan menguasai metode baik secara teoritis maupun praktis memungkinkan seseorang tampil sebagai mujtahid atau pemikir dalam suatu bidang ilmu. Dengan demikian, suatu ilmu akan terus berkembang.
Pada dasarnya, metode mempelajari filsafat pendidikan Islam hanya menggunakan pendekatan wahyu dan pendekatan historis. Pendekatan wahyu yaitu sebagai wahyu, al-quran  berisi ayat-ayat yang mendorong manusia agar menggunakan akalnya untuk mencapai kebenaran. Pendekatan historis yaitu merupakan pemikiran pengembangan menurut ulama di masa silam.
Seiring dengan perkembangan zaman yang ada, maka metode mempelajari filsafat pendidikan dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu metode spekulatif dan kontemplatif adalah berfikir secara mendalam dan dalam situasi yang tenang. Berarti untuk berfikir ini, tidak hanya ulama saja yang melakukan tetapi bias dilakukan siapapun termasuk ahli pendidikan. Pendekatan normatif yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mencari dan menetapkan ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pendekatan analisa konsep yaitu analisa bahasa. Pendekatan historis yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mengambil pelajaran yang terjadi pada masa lalu. Pendekatan ilmiah yaitu penyempurnaan dari berfikir secara rasional. Yang terakhir pendekatan komprehensif dan terpadu yakni berfikir secara intuitif dan empiris.

BAB IV
KESIMPULAN
Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motode dalam mempelajari filsafat pendidikan islam yaitu sebuah cara dan langkah-langkah yang sistematis untuk mempelajari filsafat yang memikirkan tentang masalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Dari beberapa metode yang dikemukakan para pakar pendidikan Islam di atas, pada hakikatnya tidak ada satu metode yang dipandang ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua mata pelajaran, dan semua suasana dalam aktivitas pendidikan. Maka dari itu, dalam prakteknya dilapangan tidak data dihindari untuk melakukan penggabungan berbagai metode. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah: pertama, metode ini dapat membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya semata; kedua, metode itu mengandung nilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an dan sunnah; dan ketiga, metode ini berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Islam.



DAFTAR PUSTAKA


Al-Rasyidin, Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,Teoritis, dan Praktis. Ciputat: PT Ciputat Press.
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia
Jalaludin & Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan perkembangan
            pemikirannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jujun S. Suriassumantri. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
            Sinar Harapan.
Muhammad As Said. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Mujamil Qomar. 2005. Epistemologi pendidikan islam. Jakarta: Erlangga.
Samsul Nizar. 2002.  Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan historis, teoritis dan praktis.
            Jakarta: Ciputat Press.
Toto Suharto. 2011.  Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.



[1] Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan  Praktis, PT. Ciputat Press, Ciputat, 2005, hlm. 65-66.
[2]Mujamil Qomar, Epistemologi pendidikan islam, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm 20
[3]  Jujun S. Suriassumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm 119
[4] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Hlm 134.
[5] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan historis, teoritis dan praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
[6] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam. Hlm 134.
[7] Jalaludin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan perkembangan pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Hlm 27.
[8] Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011. Hlm 14.
[9]   Muhammad as-Said, Filsafat Pendidikan Islam, Mitra pustaka, Yogyakarta, 2011, hlm. 15.
[10]Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2001. Hlm 207.
[11]  Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, TERAS, Yogyakarta, 2009, hlm 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar