Karya karya Suhrawardi
Suhrawardi adalah sosok pemuda yang cerdas, kreatif, dan dinamis. Ia termasuk dalam jajaran para filosof sekaligus sufi yang sangat produktif sehingga dalam usianya yang relatif pendek itu ia mampu melahirkan banyak karya kurang lebih 50 karya. Hal ini menunjukkan kedalaman pengetahuannya dalam bidang filsafat dan tasawuf yang ia tekuni.
Sayyed Hussein Nasr mengklasifikasikan karya-karyanya menjadi lima kategori:
1. Memberi interpretasi dan memodifikasi kembali ajaran peripatetik serta hikmah isyraqinya, dalam kelompok ini antara lain kitab: al-Talwihat, al-Muqawamat, al-Mutharahat, Hikmahal-Ishraq.
2. Membahas tentang filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa yang mudah dipahami baik yang berbahasa arab ataupun yang berbhasa persi: al-Lamhat, Hayakil al-Nur, Risalah fi al-Ishraq.
3. Karya yang bermuatan sufistik dan menggunakan lambang-lambang yang sulit dipahami, dalam hal ini menggunakan bahasa persi walaupun ada sebagian yang berbahasa arab: al-Aql al-Ahmar, al-Gharb al-Gharbiyah, yaumun ma’a jama’at as-sufiyyin dan lain-lain.
4. Karya yang merupakan ulasan dan terjemahan dari filsafat klasik: Risalah al-Thair, dan risalah fi haqiqah al-ishq, ini semua karya Ibn sina yang kemudaian di terjemahkan oleh Suhrawardi kedalam bahasa Persia.
5. Karya yang berupa serangkaian doa-doa, yang dikenal dengan kitab al-Waridat wa al-Taqdisat.
Banyaknya karya ini menunjukkan bahwa Suhrawardi benar-benar menguasai ke ilmuan yang mendalam tentang filsafat kuno dan filsafat Islam. Ia juga memahami dan menghayati doktrin-doktrin tasawuf, khususnya doktrin-doktrin sufi sebelumnya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila ia mampu menghasilkan karya besar serta memunculkan sebuah corak pemikiran baru, yang kemudian dikenal dengan corak pemikiran mistis-filosofis (teosofi).
Al-Suhrawardi merupakan seorang penulis, walaupun usianya muda, tetapi banyak juga karya-karya dari hasil ciptaannya. Ia juga dikenal sebagai salah satu seorang filosof muslim yang handal dalam membuat sebuah ungkapan-ungkapan dari pikirannya sendiri.
Di samping itu, al-Suhrawardi juga mampu memadukan antara filsafat Aristoteles dan filsafat iluminasi yang ia kembangkan sebagai basis ulama filsafat dan tasawufnya. Dengan paduan ini, Suhrawardi menganggap bahwa seorang pengkaji teologi lebih unggul daripada seorang pencinta Tuhan an sich. Hal ini dapat kita lihat dalam ungkapannya, ”jika dalam waktu yang sama seseorang menjadi pencinta Tuhan dan pengkaji teologi, dirinya telah menduduki derajat kepemimpinan (riyasah). Jika tidak dapat memadukannya, derajatnya hanyalah seorang pengkaji teologi atau seorang pencita Tuhan, tetapi tidak mengkaji-Nya. ”pemikiran inilah yang menggambarkan bahwa Suhrawardi bukanlah seorang sufi murni, melainkan seorang sufi dan sekaligus filsuf, bahkan sangat dekat dengan para filsuf peripatetik yang sering diserangnya.
Kemudian al-Suhrawardi membuat banyak karya, dan dari karya-karyanya dibagi menjadi tiga bagian, antara lain :
1. Karya Pertama adalah Kitab induk Filsafat Iluminasinya, antara lain :
a. Al-Talwihat (Pemberitahuan),
b. Al-Muqawwamat (Yang Tepat),
c. Al-Masyari wa Al-Mutarahat (Jalan dan Pengayoman),
d. Al-Hikmah Al-Isyraq (Filsafat Pencerahan).
Karya Hikmah al-Ishraq memuat tiga subyek yang mendasari bangunan filsafat iluminasinya, yaitu:
1) Mengenai alasan-alasan Suhrawardi menyusun Hikmat al-Ishraq.
2) Metodologi Hikmat al-Ishraq, yang terdiri atas empat tahap, yaitu:
a) Aktifitas-aktifitas diri seperti menasingkan diri, berhenti makan daging, dan mempersiapkan diri untuk menerima ilham. Dalam hal ini filosof dengan kekuatan intuisinya dapat merasakan “Cahaya Tuhan” dan “Penyikapan Diri”.
b) Tahap dimana Tuhan memasuki wujud manusia.
c) Tahap pembangunan suatu ilmu yang benar.
d) Tahap penulisan atau menurunkan hal-hal yang mendasari bangunan filsafat iluminasi.
3) Memuat hal-hal yang mendasari bangunan filsafat iluminasi, yaitu pandangan Suhrawardi tentang sejarah filsafat.
2. Karya Kedua adalah risalah ringkas filsafat, antara lain:
a. Hayakil al-Nur (Rumah Suci Cahaya)
b. Al-Alwah al-Imadiyah (Lembaran Imadiyah)
c. Partaw-Namah (Uraian Tentang Tajalli),
d. Bustan al-Qulub (Taman Kalbu). Selain berbahasa Arab, risalah ini ada juga yang ditulis dalam bahasa Persia.
3. Karya ketiga berupa kisah perumpamaan, antara lain:
a. Qishshah al-Gurbah al-Garbiyyah (Kisah Pengasingan ke Barat)
b. Risalah al-Thair (Risalah Burung), Buku ini banyak membahas karya Ibnu Sina, yakni kitab Isyyarah wa Tanbihat
c. Awzi Parii Jibra’il (Suara Sayap Jibril)
d. Aqli-surkh (Akal Merah)
e. Ruzi ba Jama’ati Sufiyan (Sehari dengan Para Sufi)
f. Fi Haqiqah al-Isyaq (Hakikat Cinta Ilahi), Pembahasan buku ini juga tentang filsafat Masyriqiyah Ibnu Sina
g. Fi Halah al-Thufuliyyah
h. Lugah al-Muran (Bahasa Semit)
i. Safiri Simurgh (Jerit Merdu Burung Pingai). Kisah ini memiliki nilai sastra yang tinggi.
Mansur
Daftar Laman
Selasa, 29 Mei 2018
Karya karya Suhrawardi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar