Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Jumat, 18 November 2016

MAKALAH VISI DAN KOMITMEN SEORANG MUSLIM MENURUT AL QUR'AN DAN HADIS



MAKALAH
VISI DAN KOMITMEN SEORANG MUSLIM
MENURUT AL-QUR’AN DAN HADITS
Disusun untuk Memenuhi  Tugas Mata Kuliah
STUDI AL-QUR’AN HADITS

A.     PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Manusia adalah salah satu sosok makhluk hidup yang bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, maka manusia adalah makhluk yang paling baik. Manusia dikatakan baik  menurut Allah, karena manusia tidak hanya dianugerahi  bentuk tubuh yang paling baik  dan lengkap, tetapi manusia juga diberi akal. Jadi manusia diberi kelengkapan jasmani dan rohani.
Dengan potensi inilah manusia menerima amanah  Allah yang menurut al-Qur’an bahwa ketika amanah tersebut Allah tawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka enggan untuk menerima amanah tersebut karena langit, bumi dan gunung-gunung tidak sanggup menerima amanah tersebut.
Keengganan langit, bumi dan gunung-gunung untuk menerima amanat tersebut disebabkan karena ada konsekwensi dari diterimanya amanah tersebut.Jika manusia menjaga hak-hak amanah maka konsekwensinya dibalas dengan kebahagiaan berupa surga.Jika hak-hak amanah tersebut tidak dijaga atau dilanggar, maka konsekwensinya adalah mendapat siksa neraka.
Hal tersebut telah diketahui juga oleh manusia, yakni ketika manusia diciptakan Allah dalam Rahim ibunya dan telah menjadi bentuk yang sempurna, maka sebelum ditiupnya ruh ke dalam jasad manusia, terjadilah suatu dialog yang sangat menarik yakni Allah mengajukan pertanyaan, siapakah Tuhanmu ? ketika itu jiwa manusia menjawab, kami bersaksi bahwa Engkaulah Tuhan kami.
Dengan pernyataan ini menunjukkan bahwa manusia menyatakan kesiapannya untuk menerima amanah Allah dengan segala konsekwensinya.
Dari uraian di atas, maka makalah ini diberi judul “Visi  dan Komitmen Seorang Muslim Menurut Al-Qur’an dan Hadits.
2.      Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul makalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa hal dalam kajian ini adalah :
a.      Apakah pengertian visi dan komitmen seorang muslim menurut al-Qur’an dan hadits.
b.      Visi dan komitmen apakah yang terdapat dalam al-Qur,an dan hadits ?
c.       Bagaimanakah sikap seorang muslim terhadap visi dan komitmen menurut al-Qur’an dan Hadits tersebut ?
3.      Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
a.       Untuk mengetahui pengertian visi dan komitmen seorang muslim menurut al-Qur’an dan Hadits.
b.      Untuk mengetahui visi dan komitmen apakah yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits.
c.       Bagaimanakah sikap seorang muslim terhadap visi dan komitmen menurut al-Qur’an dan Hadits.
B.      PEMBAHASAN
1.      Pengertian Visi dan Komitmen Seorang Muslim Menurut al-Qur’an dan Hadits
a.      Pengertian visi dan komitmen
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa visi adalah kemampuan
untuk melihat pada inti persoalan. [1])
Sedangkan komitmen artinya kesepakatan/perikatan (antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan sesuatu secara bersama-sama); kontrak; perjanjian.[2])

b.      Pengertian al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw.Yang dapat digunakan sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia.
Menurut Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, yang dikutip  Dr. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag. mendefinisikan al-Qur’an adalah kitabullah atau kalamullah Swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Secara makna dan lafadh , yang membacanya adalah ibadah, susunan kata dan isinya merupakan mu’jizat, termaktub di dalam mushaf dan dinukil secara mutawatir”. [3]
Sedangkan hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad Saw., baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly) dan ketetapan (taqriri).[4]
c.       Pengertian Visi dan Komitmen Menurut Al-Qur’an dan Hadits
Dari pengertian visi, komitmen, al-Qur’an dan Hadits di atas  penulis dapat simpulkan bahwa visi dan komitmen seorang muslim menurut al-Qur’an dan Hadits adalah kemampuan seorang muslim melihat nilai-nilai prinsip yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits untuk ditegakkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Visi dan komitmen seorang muslim menurut al-Qur’an dan Hadits.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia ini tidak sia-sia. Ketika Allah akan menciptakan manusia, rencana ini disampaikan Allah kepada para malaikat yang terlebih dahulu diciptakan Allah Swt. dengan firman-Nya :
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Al-Baqarah :30) [5]
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa Allah hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi yang bertugas memakmurkan bumi, akan tetapi hal itu dikhawatirkan oleh para malaikat karena hanya akan membuat kerusakan dan terjadi pertumpahan darah, sedangkan para malaikat senantiasa memuji dan bertasbih kepada-Nya.
Jika kita perhatikan surat al-Baqarah ayat 30 sampai ayat 38, maka peristiwa penciptaan manusia sampai terusir dari surga dan tinggal di bumi adalah suatu skenario yang telah direncanakan oleh Allah Swt. yang tidak diketahui oleh makhluk ciptaan-Nya.
Suatu visi  singkat dan padat dan harus diperhatikan seorang muslim, yang tertuang dalam al-Qur’an, sebagaimana  tercantum dalam  surat al-An’am ayat 162 sebagai  :
162. Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.[6]
Rasulullah saw bersabda :
عَنْعُمَرَرَضِيَاللهُعَنْهُأَيْضاًقَالَ : بَيْنَمَانَحْنُجُلُوْسٌعِنْدَرَسُوْلِاللهِصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَذَاتَيَوْمٍإِذْطَلَعَعَلَيْنَارَجُلٌشَدِيْدُبَيَاضِالثِّيَابِشَدِيْدُسَوَادِالشَّعْرِ،لاَيُرَىعَلَيْهِأَثَرُالسَّفَرِ،وَلاَيَعْرِفُهُمِنَّاأَحَدٌ،حَتَّىجَلَسَإِلَىالنَّبِيِّصلىاللهعليهوسلمفَأَسْنَدَرُكْبَتَيْهِإِلَىرُكْبَتَيْهِوَوَضَعَكَفَّيْهِعَلَىفَخِذَيْهِوَقَالَ: يَامُحَمَّدأَخْبِرْنِيعَنِاْلإِسْلاَمِ،فَقَالَرَسُوْلُاللهِصلىاللهعليهوسلم : اْلإِسِلاَمُأَنْتَشْهَدَأَنْلاَإِلَهَإِلاَّاللهُوَأَنَّمُحَمَّدًارَسُوْلُاللهِوَتُقِيْمَالصَّلاَةَوَتُؤْتِيَالزَّكاَةَوَتَصُوْمَرَمَضَانَوَتَحُجَّالْبَيْتَإِنِاسْتَطَعْتَإِلَيْهِسَبِيْلاًقَالَ : صَدَقْتَ،فَعَجِبْنَالَهُيَسْأَلُهُوَيُصَدِّقُهُ،قَالَ: فَأَخْبِرْنِيعَنِاْلإِيْمَانِقَالَ : أَنْتُؤْمِنَبِاللهِوَمَلاَئِكَتِهِوَكُتُبِهِوَرُسُلِهِوَالْيَوْمِالآخِرِوَتُؤْمِنَبِالْقَدَرِخَيْرِهِوَشَرِّهِ. قَالَصَدَقْتَ،قَالَفَأَخْبِرْنِيعَنِاْلإِحْسَانِ،قَالَ: أَنْتَعْبُدَاللهَكَأَنَّكَتَرَاهُفَإِنْلَمْتَكُنْتَرَاهُفَإِنَّهُيَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِيعَنِالسَّاعَةِ،قَالَ: مَاالْمَسْؤُوْلُعَنْهَابِأَعْلَمَمِنَالسَّائِلِ. قَالَفَأَخْبِرْنِيعَنْأَمَارَاتِهَا،قَالَأَنْتَلِدَاْلأَمَةُرَبَّتَهَاوَأَنْتَرَىالْحُفَاةَالْعُرَاةَالْعَالَةَرِعَاءَالشَّاءِيَتَطَاوَلُوْنَفِيالْبُنْيَانِ،ثُمَّانْطَلَقَفَلَبِثْتُمَلِيًّا،ثُمَّقَالَ : يَاعُمَرَأَتَدْرِي
مَنِالسَّائِلِ؟قُلْتُ : اللهُوَرَسُوْلُهُأَعْلَمَ . قَالَفَإِنَّهُجِبْرِيْلُأَتـَاكُمْيُعَلِّمُكُمْدِيْنَكُمْ .  [رواهمسلم]
Arti hadits / ترجمةالحديث :
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Diaadalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.  (Riwayat Muslim) [7]
Dengan menelaah ayat al-Qur’an dan Hadits di atas, maka manusia harus berkomitmen, harus istiqamah atau berpegang teguh pada janjinya ketika jiwanya mengangkat kesaksian di hadapan Allah swt., sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172 :
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",[8]
Berdasarkan ayat ini, tidak ada alasan bagi seseorang terutama seorang muslim untuk mengingkari adanya Allah, serta melanggar larangan-larangan-Nya yang telah ditetapkan bagi hamba-hamba-Nya. Sebagai seorang muslim seseorang harus menyadari bahwa ia diutus ke dunia ini dengan tugas utama sebagai hamba/pengabdi dan juga sebagai khalifah.
Tugas manusia sebagai hamba atau ‘abdullah, Allah berfirman :
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.[9]
Menurut Drs. Muhaimin, M.A. tugas manusia sebagai hamba (‘abdullah) bahwa : “Pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari materi sehingga eksistensinya meski tunduk kepada aturan-aturan atau hokum Allah yang berlaku di alam materi.Sedangkan roh-roh manusia sejak berada di alam arwah, sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepada-Nya”.[10] * Paradigma hlm21.
Manusia juga menerima tugas sebagai khalifah, sebagaimana firman Allah :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Q.S. Al-Baqarah : 30)[11]
Khalifah artinya mengganti atau menggantikan.Karena manusia itu sebagai pengganti, maka tugasnya adalah memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi sebagai tugas yang diemban oleh Allah kepada manusia.
Menurut Drs. Muhaimin,  “Tugas kekhalifahan yang diemban manusia itu meliputi :
“Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga, tugas kekhalifahan dalam masyarakat, dan.tugas kekhalifahan terhadap alam”.[12]
a.      Tugas kekhalifahan  terhadap diri sendiri meliputi :
1)      Menuntut ilmu pengetahuan karena manusia itu adalah manusia itu adalah makhluk yang dididik/diajar dan yang mampu mendidik/mengajar.
2)      Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan kesengsaraan.
3)      Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.
b.      Tugas kekhalifahan dalam rumah tangga, yaitu tugas membentuk dan membina rumah tangga yang bahagia sejahtera, dengan  cara menyadari akan hak dan tanggung jawab masing-masing, baik sebagai suami maupun sebagai istri.
c.       Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi :
1)      Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat
2)      Tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa
3)      Menegakkan keadilan dalam masyarakat
4)      Bertanggung jawab dalam amar ma’ruf nahi mungkar
5)      Berlaku baik terhadap orang lain
d.      Tugas kekhalifahan terhadap alam semesta meliputi :
1)      Melestarikan alam
2)      Melestarikan budaya dengan menyesuaikannya dengan nilai-nilai Isalmi
3)      Tetap berkomitmen terhadap nilai-nilai Islam dalam berbudaya.
        Inilah tugas-tugas yang diemban manusia sebagai khalifah di muka bumi yang bila dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab, maka hal itu merupakan terwujudnya visi dan dan teguhnya komitmen seorang muslim terhadap pedoman hidupnya, yakni al-Qur’an dan Hadits.
3.      Sikap Seorang Muslim Terhadap Visi dan Komitmen Menurut al-Qur’an dan Hadits
Menurut penulis, manusia adalah makhluk potensial yang layak menerima amanah Allah (syariat agama), jika dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainya, karena ada dua faktor penting yang mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah (Abdullah) maupun sebagai pemimpin (Khalifah), yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu hal-hal yang berkaitan langsung dengan diri manusia itu sendiri, yaitu :
a.      Fitriyah (naluri), yaitu suatu potensi yang ada dalam diri manusia yang menggerakkan hati seseorang untuk meyakini adanya Allah swt, sebagai Khalik yang menciptakan langit dan bumi serta alam dan segala isinya termasuk manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar-Ruum : 30).
b.      Khalqiyah, yaitu bentuk tubuh yang paling baik dan sempurna.
Setiap anggota tubuh manusia tumbuh berimbang antara yang satu dengan yang lainnya, pada diri manusia selalu ada keseimbangan sehingga tidak menyulitkan manusia untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat at-Tiin ayat 4 :

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” .
c.       Aqliyah (akal).
Di samping manusia diberi kelengkapan tubuh, manusia juga dianugerahi suatu potensi yang amat besar pengaruhnya dalam kehidupan  jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Dengan akal manusia berpikir, mengelola alam semesta ini, dengan akal pula manusia mengenal siapakah dirinya dan siapa penciptanya, untuk apa ia diciptakan, apakah tugas dan fungsinya di dunia ini.
d.      Nafsu
Manusia memiliki fitrah, diciptakan dalam bentuk yang baik dan sempurna, dilengkapi dengan akal, tapi Allah juga memberinya nafsu.Nafsu merupakan suatu potensi dalam diri manusia, yang apabila dituntun dengan baik oleh akal dan agama, maka ia akan melahirkan sesuatu yang baik dan berguna. Tetapi apabila tidak dituntun dengan baik, maka dia akan mendatangkan  sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah, karena nafsu cenderung melanggar perintah Allah dan mudah dipengaruhi setan.
118. Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya). (An-Nisa : 118).
Adapun factor eksternal yang turut berpengaruh pada seseorang untuk melaksanakan tugas dan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi adalah :
a.      Adanya pedoman hidup bagi seorang muslim yaitu al-Qur’an dan Hadits, yang telah memberikan petunjuk yang jelas baik untuk kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
b.      Adanya alam beserta segala isinya yang dikelola manusia untuk menunjang kehidupannya di dunia dalam rangka mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al’Araf ayat 10 :
10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Dengan memperhatikan potensi  internal dan ekternal pada manusia, maka seorang muslim mampu menjalankan visi yang terkandung dalam al-Qur’an, dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah sebagai bukti komitmennya terhadap janji atau kontraknya kepada Allah ketika akan ditiupnya ruh ke dalam jasad manusia saat masih berada dalam kandungan ibunya.
C.      PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari pembahasan isi makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a.      Alllah telah menetapkan visi dan komitmen dalam al-Qur’an dan Hadits yang harus dipelajari, dihayati, diamalkan, disebar luaskan dan dijaga atau dipertahankan oleh setiap muslim dalam kehidupannya.
b.      Satu contoh visi yang digariskan Allah dalam al-Qur’an adalah tercantum dalam terdapat pada surat al-An’am ayat 162 yaitu :
162. Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matikuhanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
c.  seorang muslim harus memegang teguh perjanjiannya dengan Allah Swt. dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah sebagai suatu komitmen dengan penuh rasa tanggung jawab (istiqamah).
             2.    Usul/Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik konstruktif dan usul saran yang baik agar kami dapat melengkapi makalah ini.
Semoga Allah senantiasa meridhoi amal ibadah kita, Amiin.


[1] ) Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke 6, PT. Media Pustaka Phonix, Jakarta 2012, hlm 932.
[2] ) Ibid hlm 464
[3]) Dr, Hj. Umi Sumbulah, dkk.Studi Al-Qur’an dan Hadits, UIN Maliki Press, Malang, 2014. Hlm 5
[4]) Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag. Ulumul Hadits, Amzah, Jakarta, 2013 hlm. 3
[5] ) Departemen Agama RI, Syamil Al-Qur’an The Miracle 15 in 1, PT. Sygma Examedia Arkanleema, Bandung, 2009, hlm. 9
[6] ) ibid, Q.S Al-An’am : 162 hlm. 297
[7] ) Hadits no. 2 shahih Muslim
[8]) Ibid, Q.S. Al-A’raf   : 172 hlm. 343
[9] ) Ibid Q.S Adz-Dzariyat : 56 hlm. 1043
[10] ) Drs. Muhaimin, M.A., et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,  Remaja Rosdakarya,  Bandung 2012
[11]) Ibid, QS. Al-Baqarah : 30 hlm. 9
[12] ) Ibid hlm 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar