Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Kamis, 17 November 2016

MAKALAH TEORI KEPEMIMPINAN AUTENTIK DAN TRANSFORMASI DALAM PENDIDIKAN



TEORI KEPEMIMPINAN AUTENTIK DAN TRANSFORMASIONAL
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Manusia, sesuai kodratnya, dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia diberi tugas sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 30.
Artinya,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 

Pemimpin adalah hal yang sangat sering kita dengar, segala sesuatu didunia ini pasti memerlukan  pemimpin, dari manusia, hewan, dan lain-lain. pemimpin adalah hal yang sangat vital dalam kehidupan, coba anda bayangkan jika kita tidak memiliki pemimpin contoh kecil saja pemimpin dalam kelas atau suatu forum maka segala program yang ada tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik karena tidak ada yang mengendalikan, mendorong serta menggerakkan untuk bersama-sama melaksanakan program itu. Jadi perlu kiranya kita menelaah bersama dan belajar bersama apa hakikat dari seorang pemimpin, utamanya pemimpin dalam pendidikan yaitu kita sebut saja disini kepala sekolah.
Kepala sekolah dalam dunia pendidikan sangatlah penting karena dia yang memiliki tanggung jawab penuh dalam proses perkembangan sekilah yang dipimpinya. Realitas sosial memastikan bahwa pemimpin adalah orang yang dipilih, ditunjuk dan diberikan kepercayaan untuk memimpin selalu organisasi atau kelompok. Pemimpin terdapat pada organisasi formal dan informal baik dalam bidang kenegaraan, pendidikan, sosial dan keagamaan. Pemimpin adalah imam. Imam berarti ikutan bagi makmum (orang yang dipimpinnya) dalam kebaikan. Dalam konteks agama imam adalah orang yang berdiri di depan jama'ah dan memimpin ibadat. Dalam konteks politik imam berarti kepala negara dan semua penyelenggara negara, eksekutif, legeslatif, yudikatif dan lembaga yang terkait dengan pengambilan keputusan yang menentukan hajat hidup orang banyak. Pemimpin adalah orang yang berada di depan, mempunyai otoritas kepada masyarakat dan juga kepada urusan-urusan mereka, memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem, membutuhkan pemimpin yang mampu melaksanakan apa-apa yang diserahkan kepadanya dengan baik. Mampu pula mengetahui cara mengerjakan yang ditugaskan kepadanya dan harus amanah, sehingga senang (tenteram) hati orang dengan kepemimpinannya. Pemimpin adalah orang didahulukan orang karena kelebihannya.
Disisi lain, kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari kepengikutan (followership), karena kepemimpinan menjadi tidak berarti jika tanpa adanya peran serta pengikut[1]. Tingginya rasa kepengikutan akan terpengaruh pada sejauh mana pemimpin pendidikan sebagai seorang pemimpin, dan melibatkan semua personel pendidikan dalam menjalankan program maupun keterlibatan dalam menyusun program akan berpengaruh terhadap keikutsertaan personel pendidikan pada setiap program. Namun perlu dipahami bahwasanya walaupun semua pemimpin memiliki tujuan dasar yang sama, mereka tetaplah individu yang berbeda. Maka tidak aneh jika setiap pemimpin memiliki cara yang berbeda. Inilah yang sering kita kenal dengan kepemimpinan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat disimpulkan setiap pemimpin memiliki gaya atau jenis kepemimpinan yang berbeda. Jika ada seribu pemimpin maka akan ada pula seribu gaya kepemimpinan yang juga ikut terbentuk. Diantara jenis kepemimpinan itu adalah kepemimpinan Autentik dan transformasional. Kedua gaya kepemimpinan itu akan dibahas dieksplorasi dalam makalah ini dari perspektif pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa hal yang menjadi focus perhatian dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apa definisi kepemimpinan autentik itu?
2.      Bagaimana karakter pemimpin autentik?
3.      Apa definisi kepemimpinan transformasional itu?
4.      Bagaimana karakter pemimpin transformasional itu?
5.      Bagaimana efektivitas kepemimpinan autentik dan transformasional dalam pendidikan Islam?

C.    TujuanPembahasan
Sesuai dengan fokus masalah, makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui definisi kepemimpinan autentik
2.      Mengetahui definisi kepemimpinan transformasional
3.      Mendeskripsikan karakter pemimpin autentik dan transformasional
4.      Mendeskripsikan efektivitas kepemimpinan autentik dan transformasional dalam pendidikan Islam


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Kepemimpinan Autentik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, autentik berarti  1. Dapat dipercaya, 2. Asli, tulen, 3. Sah.[2] Sedangkan kepemimpinan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dan situasi tertentu. [3] Dari kedua hal tersebut, maka kepemimpinan autentik secara bahasa bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang yang tidak dibuat-buat / asli untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dan situasi tertentu.
Secara bahasa, kepemimpinan autentik tampak mudah didefinisikan. Sebenarnya, ini adalah proses kompleks yang sulit untuk digambarkan. Di kalangan pakar kepemimpinan, tidak ada satu definisi yang diterima tentang kepemimpinan autentik. Ada banyak definisi lain, masing-masing dari sudut pandang yang berbeda dan dengan penekanan yang berbeda. Beberapa prespektif itu antara lain :
1.      Shamir & Eilam  tentang kepemimpinan autentik menurut pendekatan antar pribadi, dinyatakan bahwa pemimpin yang autentik adalah menampilkan kepemimpinan yang asli, memimpin dengan autentisitas hati, dan asli, bukan palsu. Perspektif ini menekankan pengalaman hidup pemimpin dan makna yang dikaitkan dengan pengalaman tersebut, sebagai hal penting untuk pengembangan pemimpin yang autentik.
2.      Eagly, tentang kepemimpinan autentik menurut proses antar pribadi. Perspektif ini mendeskripsikan kepemimpinan autentik sebagai sesuatu yang bersifat antar pribadi, diciptakan oleh pemimpin dan pengikut secara bersama. Hal itu tidak dari upaya pemimpin sendiri, tetapi jug respons dari pengikut. Autentisitas muncul dari interaksi antara pemimpin dan pengikut. Hal itu adalah proses timbal balik karena pemimpin mempengaruhi pengikut dan pengikut mempengaruhi pemimpin.
3.      Avolio & rekan, tentang kepemimpinan autentik menurut perspektif perkembangan. Perspektif ini melihat kepemimpinan autentik sebagai sesuatu yang bisa didorong dalam diri pemimpin, bukan seperti sifat yang pasti. Kepemimpinan autentik berkembang di dalam diri manusia selama hidupnya dan bisa dipicu oleh peristiwa besar dalam hidupnya.
Walumba et.al, dengan menggunakan pendekatan perkembangan membuat konsep kepemimpinan autentik sebagai pola perilaku pemimpin yang berkembang dari dan didasarkan pada karakter psikologis positif pemimpin serta etika yang kuat. Mereka menyatakan kepemimpinan autentik terdiri dari 4 komponen yang berbeda tetapi terkait: pemahaman diri, prespektif moral yang digunakan, pengolahan yang seimbang, serta transparansi hubungan. Selama hidupnya pemimpin autentik belajar dan mengembangkan empat jenis perilaku ini.[4]

B.     Karakter Pemimpin Autentik
Menurut Bill George, pemimpin yang autentik menunjukkan 5 karakter utama, yakni :
1.      Tujuan (purpose)
Pemimpin yang autentik memiliki pemahaman akan tujuan. Mereka mengetahui siapakah diri mereka dan arah yang mereka tuju. Selain mengetahui tujuannya, pemimpin yang autentik diinspirasi dan secara intrinsik dimotivasi oleh tujuan mereka. Mereka adalah individu yang antusias dan memiliki minat mendalam terhadap apa yang mereka lakukan dan benar-benar peduli dengan pekerjaan mereka.
2.      Nilai (values)
Pemimpin yang autentik memahami nilai diri mereka dan berperilaku terhadap orang lain berdasarkan pada nilai ini. Pemimpin yang autentik mengetahui “arah yang mereka tuju”. Mereka memiliki ide yang jelas tentang siapa mereka, kemana mereka akan melangkah, dan hal benar apa yang harus dilakukan. Ketika diuji dalam situasi yang sulit, maka pemimpin yang autentik tidak melanggar nilai mereka, tetapi menggunakan situasi tersbut untuk memperkuat nilai mereka.
3.       Hubungan (relationship)
Pemimpin yang autentik memiliki kemampuan untuk membuka dirinya dan membuat hubungan yang kuat dengan orang lain. Mereka bersedia untuk berbagi cerita dengan orang lain dan mendengarkan cerita orang lain. Lewat tindakan yang saling membuka diri ini, pemimpin dan pengikut mengembangkan rasa percaya dan kedekatan.

4.      Disiplin Diri (self-discipline)
Disiplin diri memberikan konsentrasi dan kekuatan tekad. Ketika pemimpin menetapkan tujuan dan standar yang harus dicapai, maka disiplin diri membantu untuk mencapai tujuan ini dan membuat semua orang bertanggungjawab. Disiplin diri juga memberikan pemimpin energi untuk melakukan pekerjaan dalam kesesuaian dengan nilai permimpinnya.
5.      Hati (heart)
Simpati dan hati sebagai aspek penting dalam kepemimpinan autentik. Simpati merujuk pada sikap peka terhadap kesulitan yang dialami orang lain, membuka diri terhadap orang lain dan bersedia untuk membantu mereka.[5]
Sedangkan menurut Hubert K. Rampersad menyebutkan bahwa kriteria Authentic Personal Branding yang efektif adalah :
1.     Keontetikan
2.     Integritas
3.     Konsistensi
4.     Spesialisasi
5.     Otoritas
6.     Keberbedaan
7.     Relevan
8.     Visibilitas
9.     Persistensi
10.                        Goodwill
11.                        Kinerja
Dari sebelas kriteria tersebut maka 3 (tiga) kriteria pertama sangat relevan untuk dipraktekkan menjadi pemimpin yang autentik, yaitu :
1)   Keotentikan (Authenticity)
Menjadi merek kita sendiri. Kita adalah CEO hidup kita. Merek yang kita bangun harus dibangun dari kepribadian sejati dan harus mencerminkan karakter, perilaku, nilai, serta visi kita. Oleh karena itu Merek Pribadi harus diselaraskan dengan Ambisi Pribadi.
2)   Integritas (Integrity)
Kita harus berpegang pada pedoman moral dan perilaku yang sudah  ditetapkan oleh Ambisi Pribadi.
3)   Konsistensi (Consistency)
Kita memerlukan konsistensi dalam berperilaku. Untuk konsisten memerlukan keberanian. Dapatkah orang lain selalu berpegang dan mengandalkan kita. [6]

C.    Definisi Kepemimpinan Transformasional
Istilah transformasional berinduk dari kata “to transform”, yang bermakna mentransfer atau mengubah nilai,  mindset, kemampuan, kewenangan dari sebagai pengikut menjadi pemimpin. Seorang pemimpin transormasi berupaya mentranfer  nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki, mindset sebagai pemimpin, kewenangannya sebagai pemimpin kepada bawahan atau pengikut agar bawahan atau pengikut mampu berperan sebagai pemimpin baik bagi diri sendiri, dalam menjalankan tugas maupun bagi orang lain. Bagi seorang pemimpin transformasional, memimpin para pemimpin akan lebih mulia, lebih hebat dan lebih berhasil daripada memimpin pengikut. Karena itu tugas pemimpin transformasi bukan melanggengkan hubungan pemimpin-pengikut atau atasan-bawahan, melainkan merubah dan menciptakan para pemimpin baru di semua lini. Kepemimpinan transformasional biasa didefinisikan sebagai:
Transformational leadership is defined as a leadership approach that causes change in individuals and social systems. In its ideal form, it creates valuable and positive change in the followers with the end goal of developing followers into leaders.[7]
Kepemimpinan transformasional pertama kali digagas oleh Burns tahun 1978. Istilah transformasional berinduk dari kata to transform yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.[8] Sebagai contoh adalah mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi energi, laten menjadi manifest dimana terjadi perubahan bentuk atau action dari sebelumnya.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemmpin dalam bekerja dengan melalui orang lain untuk menstransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.[9] Sumber daya ini melingkupi SDM, fasilitas,dana, dan factor- factor eksternal  keorganisasian. Kepemmpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin kearah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi yang menjadi keharusan dalam skema restrukturasi sebuah lembaga.
 Menurut Bass sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan atau mendorong semua unsure yang ada di lingkup sekolah untuk bekerja atas dasar system nilai yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru, staf, pengajar, orang tua dan masyarakat) bersedia tanpa paksaan berpartisipasi secara optimal dalam rangka mencapai tujuan sekolah.[10]
Menurut Salder sebagaimana yang dikutip oleh Wuradji menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu proses kepemimpinan dimana pemimpin mengembangkan komitmen pengikutnya dengan berbagi nilai- nilai dan berbagi visi organisasi[11]Transformasional merupakan perubahan yang besar dan menyeluruh, bukan sekedar perubahan secara alami (change), akan tetapi seorang pemimpin harus memiliki ambisi besar untuk melakukan perubahan- perubahan yang diperlukan dalam sebuah organisasi, agar diperoleh tingkat produktivitas organisasi yang lebih tinggi. Dengan demikian pemimpin transformasioal harus visioner dan futuristik yaitu pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan.
Kepemimpinan transformasional adalah suatu proses, yaitu pemimpin dan pengikutnya saling merangsang diri satu sama lain untuk penciptaan level yang tinggi dari moralitas dan motivasi yang dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi mereka. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut (followers) dengan memunculkan ide- ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional, cita- cita bersama dan nilai- nilai moral (moral values).[12] Kepemimpinan ini merupakan jenis kepemimpinan yang menekankan pentingnya sistem nilai untuk meningkatkan kesadaran pengikut serta mampu mengerakkan pengikut untuk terlibat aktif dalam proses perubahan.[13] Oleh karena itu, pemimpin transformasional biasanya memiliki kepribadian yang kuat sehingga mampu membangun ikatan emosional pengikut untuk mewujudkan tujuan ideal institusi.
Kepemimpinan transformasional menurut para ahli didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan yang mendorong semua unsur atau elemen sekolah (guru,siswa, pegawai/staf, orang tua siswa, masyarakat sekitar dan lainnya) untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah tersebut bersedia untuk berpartisipatif secara optimal dalam mencapai visi sekolah. Kepemimpinan ini memperhatikan nilai-nilai kolektif umum seperti kebebasan, kesamaan, komunitas, keadilan, dan persaudaraan.[14] sehingga mengundang perhatian orang pada tujuan pokok organisasi. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personel sekolah.[15]
Untuk menjadi pemimpin transformasional, sebagimana dijelaskan oleh, Wuradji, harus melakukan tugasnya melalui dua ciri yakni sebagai berikut:
1.      Membangaun kesadaran pengikutnya akan pentingnya semua pihak untuk mengembangkan, dan perlu semua pihak harus berkerja keras untuk meningkatkan produktivitas organisasi.
2.      Mengembangkan komitmen berorganisasi dengan menegembangkan kesadaran ikut memiliki organisasi (sense of belogin), kesadaran ikut bertanggungjawab menjaga keutuhan dan kehidupan organisasi, serta berusaha memelihara dan memajukan organisasi (sens of responsibility).[16]

D.    Karakter Pemimpin Transformasional
Adapun karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Avolio dkk adalah sebagai berikut:[17]
1.    Idealized Influence or charismatic influence
Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin transformasional menunjukan perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.
Pemimpin yang demikian memiliki, menunjukkan dan mampu menularkan ide besar, keyakinan, niat kuat, optimis, komitmen, konsisten, fokus, all out, siap berkorban dan kebanggaan.Perilaku ini diperoleh pemimpin tersebut apabilaselalu berfikir positif dan optimis sertamempunyai pengalaman sukses dalam kepemimpinan.[18]
2.      Inspirational Motivation
Inspirational motivation berarti pemimpin yang mampu menerapkan standar yang tinggi, tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut.Karakter seperti ini mampu membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari para bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi bawahannya.
Untuk menimbulkan inspirasi dan motivasi bagi karyawannya, pemimpin transformasional menjadi orang terdepan dalam melakukan sesuatu, dengan jargon ibda’ binafsik (memulai dari diri sendiri). Dia juga mempercepat keberhasilan (menghasilkan bukti bukan janji) akan visinya untukmenginspirasi dan memotivasi mereka.[19] Wujud nyata dari pemimpin yang demikian adalah menjadikan dirinya teladan, komunikasi meyakinkan, mengajak ke perubahan dan perbaikan, menampilkan visi menarik, mengampanyekan action, memberikan makna pada pekerjaan, membandingkan kerja, dan memberikan solusi.
3.      Intellectual Stimulation
Intellectual stimulation merupakan karakter seorang pemimpin transformasional yang mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk menemukan cara baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif. Wujud nyata dalam karakter pemimpin ini adalah mengajak bermimpi, studi lanjut, menentang status quo, mengajak tidak berfikir prosedural, mengajak ke perspektif baru, mempertanyakan asumsi lama, dan menggunakan simbol inovasi
4.      Individualized Consideration
Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang mampu memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan.Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta memfasilitasinya.
Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestasi dan berkembang para bawahan. Wujud nyata karakter ini adalah memperhatikan kebutuhan, bertukar pengalaman, selalu menghadirkan dirinya, memberikan penghargaan dan hukuman, memperhatikan potensi dan kemampuan.

E.     Efektivitas Kepemimpinan Autentik Dan Transformasional Dalam Pendidikan Islam
1.      Efektivitas Kepemimpinan Autentik
Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendak atau gagasannya. Adapun kepemimpinan pendidikan Islam merupakan roses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisasi dalam usaha-usaha menentukan tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapainya, yaitu untuk membentuk manusia menjadi insan paripurna, baik didunia maupun di akhirat.[20]
Dalam kerangka pemikiran Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Ahmad Warid Khan,[21] lebih menyederhanakan tujuan pendidikan Islam ke dalam tujuan pokok. Pertama, membentuk individu muslim, kedua membentuk umat muslim. Dan ketiga, dakwah Islam di dunia. Maka, kepemimpinan pendidikan Islam merupakan segmen (bagian) penting dari organisasi atau lembaga pendidikan Islam, dimana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi yang berbeda serta harus dilaksanakan.
Dalam definisi lain, pendidikan Islam merupakan system pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikannya.[22]
Kata niat mengandung pengertian suatu usaha yang direncanakan dengan sungguh-sungguh, yang muncul dengan hati yang bersih dan suci karena mengharap ridha-Nya. Niat tersebut ditindak lanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha dengan seungguh-sungguh untuk mewujudkan niat serta berusaha melakukan kebaikan atau konsisten dengan sesuatu yang direncanakan. Kemudian dilakukan  muhasabah, yakni melakukan control dan evaluasi terhadap rencana yang telah dilakukan.
Kemudian, yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah kekuatan kunci kepemimpinan pendidikan Islam seperti yang diungkapkan Allah SWT dalam Q.S Ali Imran (3) : 159 bahwa :
”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[23]
Ada beberapa ciri kepemimpinan efektif yang bisa disebutkan dalam ayat tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Djalaluddin, bahwa sifat-sifat tersebut antara lain adalah :[24]
a.       Lemah lembut
b.      Menghindari ucapan keras dan kasar
c.       Menghindari ghalidzatu al qalbi (kekerasan hati)
d.      Al ‘afwu (pemaaf)
e.       Memohon ampunan
f.       Bermusyawarah
g.      Tekad kuat (‘azimah) dan tidak ragu
h.      Tawakkal kepada Allah
Sifat-sifat tersebut dalam kerangka pendidikan Islam diterjemahkan dalam bentuk perilaku kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif yang termuat dalam empat wilayah, yaitu :
1)      Kepemimpinan Instruksi (directif leadership)
Penerapannya pada bawahan (guru) yang masih baru atau baru bertugas untuk terus mengikuti peraturan, prosedur, mengatur waktu dan mengkoordinasi pekerjaan mereka.
2)      Kepemimpinan yang mendukung (supportive ledership)
Memberi perhatian pada kebutuhan bawahan, memperlihatkan perhatian terhadap kesejahteraan mereka dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja mereka.
3)      Kepemimpinan partisipasi (prtisipatif leadership)
Berkonsultasi pada para bawahan dan memperhitungkan opini dan saran mereka.
4) Kepemimpinan yang berorientasi pada keberhasilan (aviechement    oriented leadership)
Menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, menerapkan pada keunggulan dalam kinerja,  dan memperlihatkan kepercayaan pada bawahan akan mencapai standar yang tinggi.[25]
Dari uraian diatas, apabila kemudian kita tarik benang merah terdapat korelasi antara kepemimpinan pendidikan Islam dengan pengertian, komponen dan karakter kepemimpinan autentik.
Dalam definisi pendidikan Islam merupakan system pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikannya. Kata niat mengandung pengertian suatu usaha yang direncanakan dengan sungguh-sungguh, yang muncul dengan hati yang bersih dan suci karena mengharap ridha-Nya. Jika dihubungkan dengan definisi kepemimpinan autentik menurut pendekatan antar pribadi, dinyatakan bahwa pemimpin yang autentik adalah menampilkan kepemimpinan yang asli, memimpin dengan autentisitas hati, dan asli, bukan palsu. Akan terjadi korelasi yang sangat kuat. Karena niat itu timbul dari hati, dan tidak mungkin seseorang itu mengada-ada akan sebuah niat.
Dan untuk mencapai hal  ini, dari karakter utama pertama kepemimpinan autentik yakni purpose dimana pemimpin yang autentik memiliki pemahaman akan tujuan. Mereka mengetahui siapakah diri mereka dan arah yang mereka tuju. Maka niat yang ada akan menjadi sebuah tujuan, yang akan dapat dicapai dengan kepemimpinan autentik.
Kemudian niat tersebut ditindak lanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha dengan seungguh-sungguh untuk mewujudkan niat serta berusaha melakukan kebaikan atau konsisten dengan sesuatu yang direncanakan. Untuk dapat melakukan mujahadah ini, diperlukan nilai (values) sebagai karakter kepemimpinan autentik yang kedua. Karena pemimpin yang autentik memahami nilai diri mereka dan berperilaku terhadap orang lain berdasarkan pada nilai ini. Pemimpin yang autentik mengetahui “arah yang mereka tuju”. Mereka memiliki ide yang jelas tentang siapa mereka, kemana mereka akan melangkah, dan hal benar apa yang harus dilakukan. Ketika diuji dalam situasi yang sulit, maka pemimpin yang autentik tidak melanggar nilai mereka, tetapi menggunakan situasi tersebut untuk memperkuat nilai mereka.
Kemudian dilakukan  muhasabah, yakni melakukan control dan evaluasi terhadap rencana yang telah dilakukan. Hal ini memerlukan Hubungan (relationship) sebagai karakter pemimpin autentik yang ketiga Pemimpin yang autentik memiliki kemampuan untuk membuka dirinya dan membuat hubungan yang kuat dengan orang lain. Hal ini akan memudahkan control dan evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
Dari uraian tersebut, dapat di  ketahui, bahwa kepemimpinan autentik sangat efektif jika diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam. Karena kebutuhan-kebutuhan dalam kepemimpinan pendidikan Islam, mampu dijawab oleh kepemimpinan autentik, dengan demikian apa yang menjadi tujuan yang telah ditentukan dalam kepemimpinan pendidikan Islam dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan apabila dalam pelaksanaannya menggunakan teori kepemimpinan autentik.

2.      Efektivitas Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin yang Transformasional memandang nilai-nilai organisasi Pendidikan islam sebagai nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan diterapkan oleh seluruh komponen organisasi sehingga para komponen organisasi mempunyai rasa memiliki dan komitmen dalam pelaksanaannya.Hal tersebut menjadi tugas pemimpin untuk mentransformasikan nilai organisasi pendidikan islam untuk membantu mewujudkan visi lembaga pendidikan islam secara institusi dan visi pendidikan Islam secara etik-normatif.[26]Oleh sebab itu,seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang mempunyai keahlian diagnosis,selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian dalam upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek serta mempersiapkan sesuatu di masa yang akan datang untuk kepentingan lembaga pendidikan Islam sendiri.Hal ini secara ilustratif dideskripsikan dalam QS Al-Anfal (8):60 bahwa:ƒ
 Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).[27]
Dalam kepemimpinan transformasional di lembaga pendidikan islam paling tidak mengangkat tujuh prinsip untuk menciptakan transformasional yang sinergis, sebagaimana berikut ini.[28]
a.    Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan pendidikan islam diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan pendidkan islam.Kemampuan dan keterampilan mengungkapkan visi secara jelas,praktis dan tentu saja transformasional dalam mengungkapkan visi secara jelas,”Kemana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang  penting untuk di implementasikan.
b.    Motivasi,kemampuan untuk mendpatkan komitmen dari setiap komponen organisasi pendidikan Islam yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang harus dilakukan.
c.    Fasilitas,dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi”pembelajaran”yang terjadi di dalam organisasi pendidikan islam secara kelembagaaan,kelompok ataupun individual.Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelekyual dari setiap komponen organisasi pendidikan islam yang terlibat di dalamnya.
d.   Inovasi,yaitu kemampuan untuk secara secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan bilaman diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi.
e.    Mobilitas,yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap komponen pendidikan Islam yang terlibat di dalamnya dalam mencapai misi dan tujuan.Pemimpin yang transformasional akan mengupayakan pengikut yang penuh dengan dedikasi,loyal,dan bertanggung jawab.
f.     Siap siaga,yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigm baru yang pisitif.
g.    Tekad, yaitu tekad bulat untuk terus sampai pada akhir,tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.untuk ini tentu perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin spritualitas,emosi,dan fisik serta komitmen.
Ketujuh prinsip transformasional tersebut bersinergi satu denga yang lain secara utuh. Dengan ketujuh prinsip tersebut kepemimpinan transformasional di lembaga pendidikan Islam untuk terus menggiring komponen lembaga pendidikan Islam yang di pimpinnya ke arah stage pertumbuhan sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi pendidikan Islam,pengembangan visi pendidikan Islam secara bersama,pendidstribusian kewenangan kepemimpinan terhadap anggota atau staf lembaga pendidikan islam dan membangun kultur peningkatan mutu di organisasi lembaga pendidikan Islam yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi lembaga.Jadi, pada bagian ini, kepemimpinan transformasional akan terus membangun dan memotivasi bawahan untuk bekerja demi tercapainya sasaran organisasi pendidikan islam dan juga terus memuaskan kebutuhan mereka pada tingkat yang lebih tinggi.
Selain itu, pada tahun 1990-an,B.M. Bass dan B.J.Avolio,seperti yang di kutip oleh Gari Yukl,mencoba untuk mengkritisibperilaku kepemimpinan transformasional dengan menambahkan sat uteri perilaku transformasional baru yang di sebut dengan”inspirasi”(atau motivasi inspirasional),yaitu sejauh mana seorang pemimpin mengomunikasikan sebuah visi yang menarik,menggunakan symbol-simbol untuk memfokuskan usaha-usaha bawahan,dan memodelkan perilaku-perilaku yang sesuai.[29]Hal ini dalam islam harus di wujudkan dalam bentuk amal,fakta ini dijelaskan dalam QS At-Taubah(9):105 bahwa:

  
 Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS-Al-Taubah(9):105)[30]
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Umar didapati sedang menangis, di sela-sela itu, ia ditanya oleh istrinya mengapa ia menangis. Umar menjawab,”Ketahuilah wahai Fatimah, sesungguhnya aku mengemban amanah urusan umat ini, aku berfikir tentang orang-orang fakir yang lapar dan tidak berpakaian, orang-orang sakit yang terlantar, anak yatim yang terluka (kehilangan kasih sayang), orang yang terzalimi serta tertindas. Orang-orang jompo dan janda-janda,yang banyak tanggungan anak sementara rezekinya sedikit, dan sesama dengan merka yang ada di penjuru bumi. Sungguh kelak pada hari kiamat, Tuhanku (Allah) akan bertanya kepadaku dan aku berharap dengan Nabi Muhammad Saw. Maka akupun takut, khawatir tidak akan mampu menjawab dan beralasan. Maka akupun menangis.”
Sekelumit kisah ini mengisyaratkan bahwa simbol-simbol nilai yang tertuang dalam ajaran Islam mampu diintegralisasikan dalam diri pemimpin dengan perilaku-perilaku yang dapat dijadikan contoh bagi bawahannya (keluarga, staf pemerintahannya atau sahabat-sahabatnya).[31]Penulis berasumsi sekiranya setiap pemimpin memiliki sifat kepedulian terhadap bawahannya yang memiliki latar belakang kehidupan sosial yang berbeda-beda, seperti diceritakan dalam kisah Umar tersebut, maka akan terciptalah suasana yang tentram,damai dan sejahterah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita cita-citakan yakni bangsa yang “Baldhatun Toyyibatun waRobbun ghofur”.
Dengan demikian dapat ditarik benang merah, bahwa kepemimpinan transformational sangat efektif jika diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam. Karena visi misi pendidikan Islam mampu untuk di transformasikan oleh kepemimpinan transformational, dengan demikian apa yang menjadi tujuan yang telah ditentukan dalam kepemimpinan pendidikan Islam dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan apabila dalam pelaksanaannya menggunakan teori kepemimpinan transformational.





BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
  1. Kepemimpinan autentik  dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang tidak dibuat-buat/asli untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dalam situasi tertentu
  2. Karakter kepemimpinan autentik :
a.       tujuan (purpose)
b.      nilai (values)
c.       hubungan (relationship)
d.      disiplin diri (self-discipline)
e.       hati (heart)
  1. Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangangan dan rangsangan, pemimpin seperti ini selalu mencurahkan perhatian pada kebutuhan pengikutnya dan bisa mengubah kesadaran persoalan, dan juga mementingkan organisasai dari pada diri sendiri
  2. Dalam model kepemimpinan transformasional mempunyai karakteristis masing-masing sebagai berikut:
a.     Idealized Influence (or charismatic influence)
b.     Inspirational Motivation
c.     Individualized Consideration
d.    Intellectual Stimulation
  1. Efektifitas kepemimpinan autentik dan transformasional dalam pendidikan Islam
Kepemimpinan autentik sangat efektif jika diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam, karena kebutuhan-kebutuhan dalam kepemimpinan pendidikan Islam mampu dijawab oleh teori kepemimpinan autentik. Demikian juga kepemimpinan transformational sangat efektif jika diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam. Karena visi misi pendidikan Islam mampu untuk di transformasikan oleh kepemimpinan transformational, dengan demikian apa yang menjadi tujuan yang telah ditentukan dalam kepemimpinan pendidikan Islam dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan apabila dalam pelaksanaannya menggunakan teori kepemimpinan transformational.

B.     Saran
Berpijak pada kajian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka terdapat beberapa hal yang bisa diajukan sebagai saran-saran terkait dengan kepemimpinan autentik dan transformational dalam pendidikan Islam. Diantaranya:
1.      Bagi kepala sekolah, baik teori kepemimpinan autentik maupun transformational dapat di implementasikan dalam lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
2.      Bagi pengawas, model atau gaya kepemimpinan autentik maupun transformational perlu diketahui dan dipahami untuk memetakan tipe-tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah yang diawasi dengan harapan dapat segera mengidentifikasi sebuah permasalahan dan dengan segeran dapat memberikan solusi dan penyelesaiannya.


[1] Rohmad,  Kepemimpinan Pendidikan (Strategi Menuju Sekolah Efektif), (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2010), hlm.59
[3] Veithzal Rivai dkk,  Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta:Raja grafindo Persada, 2013), hlm:5
[4] Peter G. Northouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik (Jakarta Barat:Indeks,2013),hlm.240
[5] Peter G. Northouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik (Jakarta Barat:Indeks,2013),hlm.246
[6] Raampesad K Huberd, Authentic Personal Branding – A New Blueprint for Building and Aligning a Poweful Leadership Brand (Sukses Membangun Authentic Personal Branding- Konsep baru Membangun Personal Brand yang Kuat dan Unggul, dan Mengembangkan Company Brand dengan Pendekatan Holistik), (Jakarta:PPM Pusat Pengembangan Manajemen, 2008), Hlm.150
[8] Sudarman Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran),  (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2005) hlm. 54.
[9] Sudarman Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), hlm.54.
[10] Sudarwan Danim, Manajamen dan Kepemipinan Transformasional Kekepalasekolahan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 53.
[11] Wuradji, The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional), (Yogyakarta: Gama Media, 2009), hlm.48.
[12] Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hlm.58.
[13] Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hlm.58.
[14] Robert J. Starratt, Menghadirkan Pemimpin Visioner  Kiat Menegaskan Peran Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm. 140.
[15] Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan : untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung, Pustaka Setia, 2005), hlm. 119.
[16] Burhanuddin. hlm.31.
[17] P Sadler, Leadership, (London: Kogen Page, 1997), hlm.42.
[18] Mohammad Karim, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm.158.
   [19] Mohammad Karim. Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam ,hlm.169.          
[20] Djamaludin dan Abdullah Aly,Kapita Selekta Pendidikan Islam: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah Komponen MKK, (Bandung:CV.Pustaka Setia, 1999), hlm:15
[21] Ahmad Warid Khan, Membebaskan Pendidikan Islam (____ : Istawa, 2002), hlm. 178
[22] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,  2014), hlm. 8
[23] Al Quran ,Terjemah,Departemen Agama RI,2001
[24] Ahmad Djalaluddin, Manajemen Qur’ani : Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam Kehidupan ( Malang : UIN Malang Press, 2007) hlm. 46-51
[25] Baharudin dan Umiarso,  Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta : AR RUZZ MEDIA, 2012), hlm. 109
[26]Baharuddin&Umiarso’’KepemimpinanPendidikanIslam”.(Jogjakarta:Ar-Ruzz   Media,2012),hlm.224.
[27] Alquran dan terjemahan Mushaf Al-Azhar,hlm.184.
[28] Baharuddin &Umiarso, KepemimpinanPendidikanIslam ,hlm.225-226.
[29] Baharuddin &Umiarso, KepemimpinanPendidikanIslam ,hlm.227.
[30] Alquran dan terjemahan Mushaf Al-Azhar,hlm.203.
[31] Baharuddin &Umiarso, KepemimpinanPendidikanIslam ,hlm.227-228.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar