TEORI KEPEMIMPINAN AUTENTIK DAN TRANSFORMASIONAL
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia,
sesuai kodratnya, dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan
sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia diberi tugas sebagai Khalifah
fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 30.
Artinya,
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Pemimpin
adalah hal yang sangat sering kita dengar, segala sesuatu didunia ini pasti
memerlukan pemimpin, dari manusia,
hewan, dan lain-lain. pemimpin adalah hal yang sangat vital dalam kehidupan, coba
anda bayangkan jika kita tidak memiliki pemimpin contoh kecil saja pemimpin
dalam kelas atau suatu forum maka segala program yang ada tidak akan pernah
bisa berjalan dengan baik karena tidak ada yang mengendalikan, mendorong serta
menggerakkan untuk bersama-sama melaksanakan program itu. Jadi perlu kiranya
kita menelaah bersama dan belajar bersama apa hakikat dari seorang pemimpin,
utamanya pemimpin dalam pendidikan yaitu kita sebut saja disini kepala sekolah.
Kepala
sekolah dalam dunia pendidikan sangatlah penting karena dia yang memiliki
tanggung jawab penuh dalam proses perkembangan sekilah yang dipimpinya. Realitas
sosial memastikan bahwa pemimpin adalah orang yang dipilih, ditunjuk dan
diberikan kepercayaan untuk memimpin selalu organisasi atau kelompok. Pemimpin
terdapat pada organisasi formal dan informal baik dalam bidang kenegaraan,
pendidikan, sosial dan keagamaan. Pemimpin adalah imam. Imam berarti ikutan
bagi makmum (orang yang dipimpinnya) dalam kebaikan. Dalam konteks agama imam
adalah orang yang berdiri di depan jama'ah dan memimpin ibadat. Dalam konteks
politik imam berarti kepala negara dan semua penyelenggara negara, eksekutif,
legeslatif, yudikatif dan lembaga yang terkait dengan pengambilan keputusan
yang menentukan hajat hidup orang banyak. Pemimpin adalah orang yang berada di
depan, mempunyai otoritas kepada masyarakat dan juga kepada urusan-urusan
mereka, memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Pendidikan
Islam sebagai sebuah sistem, membutuhkan pemimpin yang mampu melaksanakan
apa-apa yang diserahkan kepadanya dengan baik. Mampu pula mengetahui cara
mengerjakan yang ditugaskan kepadanya dan harus amanah, sehingga senang
(tenteram) hati orang dengan kepemimpinannya. Pemimpin adalah orang didahulukan
orang karena kelebihannya.
Disisi
lain, kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari kepengikutan (followership),
karena kepemimpinan menjadi tidak berarti jika tanpa adanya peran serta
pengikut[1].
Tingginya rasa
kepengikutan akan terpengaruh pada sejauh mana pemimpin pendidikan sebagai
seorang pemimpin, dan melibatkan semua personel pendidikan dalam menjalankan
program maupun keterlibatan dalam menyusun program akan berpengaruh terhadap
keikutsertaan personel pendidikan pada setiap program. Namun perlu dipahami
bahwasanya walaupun semua pemimpin memiliki tujuan dasar yang sama, mereka
tetaplah individu yang berbeda. Maka tidak aneh jika setiap pemimpin memiliki
cara yang berbeda. Inilah yang sering kita kenal dengan kepemimpinan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka
dapat disimpulkan setiap pemimpin memiliki gaya atau jenis kepemimpinan yang
berbeda. Jika ada seribu pemimpin maka akan ada pula seribu gaya kepemimpinan
yang juga ikut terbentuk. Diantara jenis kepemimpinan itu adalah kepemimpinan Autentik
dan transformasional. Kedua gaya kepemimpinan itu akan dibahas dieksplorasi
dalam makalah ini dari perspektif pendidikan Islam.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
ada beberapa hal yang menjadi focus perhatian dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apa
definisi kepemimpinan autentik itu?
2.
Bagaimana
karakter pemimpin autentik?
3.
Apa
definisi kepemimpinan transformasional itu?
4.
Bagaimana
karakter pemimpin transformasional itu?
5.
Bagaimana
efektivitas kepemimpinan autentik dan transformasional dalam pendidikan Islam?
C.
TujuanPembahasan
Sesuai dengan fokus masalah, makalah
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui definisi kepemimpinan
autentik
2. Mengetahui definisi kepemimpinan transformasional
3. Mendeskripsikan karakter pemimpin
autentik dan transformasional
4. Mendeskripsikan efektivitas
kepemimpinan autentik dan transformasional dalam pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan Autentik
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, autentik berarti
1. Dapat dipercaya, 2. Asli, tulen, 3. Sah.[2]
Sedangkan kepemimpinan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dan
situasi tertentu. [3] Dari
kedua hal tersebut, maka kepemimpinan autentik secara bahasa bisa diartikan
sebagai kemampuan seseorang yang tidak dibuat-buat / asli untuk mempengaruhi
perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dan
situasi tertentu.
Secara bahasa, kepemimpinan autentik tampak mudah
didefinisikan. Sebenarnya, ini adalah proses kompleks yang sulit untuk
digambarkan. Di kalangan pakar kepemimpinan, tidak ada satu definisi yang
diterima tentang kepemimpinan autentik. Ada banyak definisi lain, masing-masing
dari sudut pandang yang berbeda dan dengan penekanan yang berbeda. Beberapa
prespektif itu antara lain :
1.
Shamir
& Eilam tentang kepemimpinan
autentik menurut pendekatan antar pribadi, dinyatakan bahwa pemimpin yang
autentik adalah menampilkan kepemimpinan yang asli, memimpin dengan
autentisitas hati, dan asli, bukan palsu. Perspektif ini menekankan pengalaman
hidup pemimpin dan makna yang dikaitkan dengan pengalaman tersebut, sebagai hal
penting untuk pengembangan pemimpin yang autentik.
2.
Eagly,
tentang kepemimpinan autentik menurut proses antar pribadi. Perspektif ini
mendeskripsikan kepemimpinan autentik sebagai sesuatu yang bersifat antar
pribadi, diciptakan oleh pemimpin dan pengikut secara bersama. Hal itu tidak
dari upaya pemimpin sendiri, tetapi jug respons dari pengikut. Autentisitas
muncul dari interaksi antara pemimpin dan pengikut. Hal itu adalah proses
timbal balik karena pemimpin mempengaruhi pengikut dan pengikut mempengaruhi
pemimpin.
3.
Avolio
& rekan, tentang kepemimpinan autentik menurut perspektif perkembangan.
Perspektif ini melihat kepemimpinan autentik sebagai sesuatu yang bisa didorong
dalam diri pemimpin, bukan seperti sifat yang pasti. Kepemimpinan autentik
berkembang di dalam diri manusia selama hidupnya dan bisa dipicu oleh peristiwa
besar dalam hidupnya.
Walumba et.al, dengan menggunakan
pendekatan perkembangan membuat konsep kepemimpinan autentik sebagai pola
perilaku pemimpin yang berkembang dari dan didasarkan pada karakter psikologis
positif pemimpin serta etika yang kuat. Mereka menyatakan kepemimpinan autentik
terdiri dari 4 komponen yang berbeda tetapi terkait: pemahaman diri, prespektif
moral yang digunakan, pengolahan yang seimbang, serta transparansi hubungan.
Selama hidupnya pemimpin autentik belajar dan mengembangkan empat jenis
perilaku ini.[4]
B. Karakter Pemimpin Autentik
Menurut
Bill George, pemimpin yang autentik menunjukkan 5 karakter utama, yakni :
1.
Tujuan
(purpose)
Pemimpin yang autentik memiliki
pemahaman akan tujuan. Mereka mengetahui siapakah diri mereka dan arah yang
mereka tuju. Selain mengetahui tujuannya, pemimpin yang autentik diinspirasi
dan secara intrinsik dimotivasi oleh tujuan mereka. Mereka adalah individu yang
antusias dan memiliki minat mendalam terhadap apa yang mereka lakukan dan
benar-benar peduli dengan pekerjaan mereka.
2.
Nilai
(values)
Pemimpin yang autentik memahami
nilai diri mereka dan berperilaku terhadap orang lain berdasarkan pada nilai
ini. Pemimpin yang autentik mengetahui “arah yang mereka tuju”. Mereka memiliki
ide yang jelas tentang siapa mereka, kemana mereka akan melangkah, dan hal
benar apa yang harus dilakukan. Ketika diuji dalam situasi yang sulit, maka
pemimpin yang autentik tidak melanggar nilai mereka, tetapi menggunakan situasi
tersbut untuk memperkuat nilai mereka.
3.
Hubungan (relationship)
Pemimpin yang autentik memiliki
kemampuan untuk membuka dirinya dan membuat hubungan yang kuat dengan orang
lain. Mereka bersedia untuk berbagi cerita dengan orang lain dan mendengarkan
cerita orang lain. Lewat tindakan yang saling membuka diri ini, pemimpin dan
pengikut mengembangkan rasa percaya dan kedekatan.
4.
Disiplin
Diri (self-discipline)
Disiplin diri memberikan konsentrasi
dan kekuatan tekad. Ketika pemimpin menetapkan tujuan dan standar yang harus
dicapai, maka disiplin diri membantu untuk mencapai tujuan ini dan membuat
semua orang bertanggungjawab. Disiplin diri juga memberikan pemimpin energi
untuk melakukan pekerjaan dalam kesesuaian dengan nilai permimpinnya.
5.
Hati
(heart)
Simpati dan hati sebagai aspek
penting dalam kepemimpinan autentik. Simpati merujuk pada sikap peka terhadap
kesulitan yang dialami orang lain, membuka diri terhadap orang lain dan
bersedia untuk membantu mereka.[5]
Sedangkan menurut Hubert K.
Rampersad menyebutkan bahwa kriteria Authentic Personal Branding yang efektif
adalah :
1. Keontetikan
2. Integritas
3. Konsistensi
4. Spesialisasi
5. Otoritas
6. Keberbedaan
7. Relevan
8. Visibilitas
9. Persistensi
10.
Goodwill
11.
Kinerja
Dari sebelas kriteria tersebut maka
3 (tiga) kriteria pertama sangat relevan untuk dipraktekkan menjadi pemimpin
yang autentik, yaitu :
1) Keotentikan (Authenticity)
Menjadi merek kita sendiri. Kita adalah CEO hidup kita.
Merek yang kita bangun harus dibangun dari kepribadian sejati dan harus
mencerminkan karakter, perilaku, nilai, serta visi kita. Oleh karena itu Merek
Pribadi harus diselaraskan dengan Ambisi Pribadi.
2) Integritas (Integrity)
Kita harus berpegang pada pedoman moral dan perilaku yang
sudah ditetapkan oleh Ambisi Pribadi.
3) Konsistensi (Consistency)
Kita memerlukan konsistensi dalam berperilaku. Untuk
konsisten memerlukan keberanian. Dapatkah orang lain selalu berpegang dan
mengandalkan kita. [6]
C. Definisi Kepemimpinan
Transformasional
Istilah transformasional berinduk dari
kata “to transform”, yang bermakna mentransfer atau mengubah nilai, mindset, kemampuan, kewenangan dari sebagai
pengikut menjadi pemimpin. Seorang pemimpin transormasi berupaya mentranfer nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki,
mindset sebagai pemimpin, kewenangannya sebagai pemimpin kepada bawahan atau
pengikut agar bawahan atau pengikut mampu berperan sebagai pemimpin baik bagi
diri sendiri, dalam menjalankan tugas maupun bagi orang lain. Bagi seorang
pemimpin transformasional, memimpin para pemimpin akan lebih mulia, lebih hebat
dan lebih berhasil daripada memimpin pengikut. Karena itu tugas pemimpin
transformasi bukan melanggengkan hubungan pemimpin-pengikut atau
atasan-bawahan, melainkan merubah dan menciptakan para pemimpin baru di semua
lini. Kepemimpinan transformasional biasa
didefinisikan sebagai:
“Transformational leadership
is
defined as a leadership approach that causes change in individuals and social
systems. In its ideal form, it creates valuable and positive change in the
followers with the end goal of developing followers into leaders”.[7]
Kepemimpinan transformasional pertama kali digagas oleh
Burns tahun 1978. Istilah transformasional berinduk dari kata to transform
yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda.[8]
Sebagai contoh adalah mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi
energi, laten menjadi manifest dimana terjadi perubahan bentuk atau action dari
sebelumnya.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang
pemmpin dalam bekerja dengan melalui orang lain untuk menstransformasikan
secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.[9]
Sumber daya ini melingkupi SDM, fasilitas,dana, dan factor- factor
eksternal keorganisasian. Kepemmpinan transformasional menggiring SDM
yang dipimpin kearah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan
organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan
kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi yang menjadi keharusan dalam
skema restrukturasi sebuah lembaga.
Menurut Bass sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan
bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang
mengutamakan pemberian kesempatan atau mendorong semua unsure yang ada di
lingkup sekolah untuk bekerja atas dasar system nilai yang luhur, sehingga
semua unsur yang ada di sekolah (guru, staf, pengajar, orang tua dan masyarakat)
bersedia tanpa paksaan berpartisipasi secara optimal dalam rangka mencapai
tujuan sekolah.[10]
Menurut Salder sebagaimana yang dikutip oleh Wuradji
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu proses
kepemimpinan dimana pemimpin mengembangkan komitmen pengikutnya dengan berbagi
nilai- nilai dan berbagi visi organisasi[11]Transformasional
merupakan perubahan yang besar dan menyeluruh, bukan sekedar perubahan secara
alami (change), akan tetapi seorang pemimpin harus memiliki ambisi besar untuk melakukan
perubahan- perubahan yang diperlukan dalam sebuah organisasi, agar diperoleh
tingkat produktivitas organisasi yang lebih tinggi. Dengan demikian pemimpin
transformasioal harus visioner dan futuristik yaitu pemimpin yang memiliki
pandangan jauh ke depan.
Kepemimpinan transformasional adalah suatu proses, yaitu
pemimpin dan pengikutnya saling merangsang diri satu sama lain untuk penciptaan
level yang tinggi dari moralitas dan motivasi yang dikaitkan dengan tugas pokok
dan fungsi mereka. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran
para pengikut (followers) dengan memunculkan ide- ide produktif,
hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional, cita-
cita bersama dan nilai- nilai moral (moral values).[12]
Kepemimpinan ini merupakan jenis kepemimpinan yang menekankan pentingnya sistem
nilai untuk meningkatkan kesadaran pengikut serta mampu mengerakkan pengikut
untuk terlibat aktif dalam proses perubahan.[13]
Oleh karena itu, pemimpin transformasional biasanya memiliki kepribadian yang
kuat sehingga mampu membangun ikatan emosional pengikut untuk mewujudkan tujuan
ideal institusi.
Kepemimpinan transformasional menurut para ahli
didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan
yang mendorong semua unsur atau elemen sekolah (guru,siswa, pegawai/staf, orang
tua siswa, masyarakat sekitar dan lainnya) untuk bekerja atas dasar sistem
nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah
tersebut bersedia untuk berpartisipatif secara optimal dalam mencapai visi
sekolah. Kepemimpinan ini memperhatikan nilai-nilai kolektif umum seperti
kebebasan, kesamaan, komunitas, keadilan, dan persaudaraan.[14]
sehingga mengundang perhatian orang pada tujuan pokok organisasi. Tercapai
tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang
diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personel sekolah.[15]
Untuk menjadi pemimpin transformasional, sebagimana
dijelaskan oleh, Wuradji, harus melakukan tugasnya melalui dua ciri yakni
sebagai berikut:
1. Membangaun kesadaran pengikutnya
akan pentingnya semua pihak untuk mengembangkan, dan perlu semua pihak harus
berkerja keras untuk meningkatkan produktivitas organisasi.
2. Mengembangkan komitmen berorganisasi
dengan menegembangkan kesadaran ikut memiliki organisasi (sense of belogin),
kesadaran ikut bertanggungjawab menjaga keutuhan dan kehidupan organisasi,
serta berusaha memelihara dan memajukan organisasi (sens of responsibility).[16]
D. Karakter Pemimpin Transformasional
Adapun karakteristik kepemimpinan transformasional
menurut Avolio dkk adalah sebagai berikut:[17]
1. Idealized Influence or charismatic
influence
Idealized
influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin transformasional menunjukan
perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang
kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan
menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role
model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.
Pemimpin
yang demikian memiliki, menunjukkan dan mampu menularkan ide besar, keyakinan,
niat kuat, optimis, komitmen, konsisten, fokus, all out, siap berkorban dan
kebanggaan.Perilaku ini diperoleh pemimpin tersebut apabilaselalu berfikir
positif dan optimis sertamempunyai pengalaman sukses dalam kepemimpinan.[18]
2.
Inspirational
Motivation
Inspirational
motivation berarti pemimpin yang mampu menerapkan standar yang tinggi, tetapi
sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut.Karakter
seperti ini mampu membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari para
bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan
inspirasi dan memotivasi bawahannya.
Untuk
menimbulkan inspirasi dan motivasi bagi karyawannya, pemimpin transformasional
menjadi orang terdepan dalam melakukan sesuatu, dengan jargon ibda’ binafsik (memulai
dari diri sendiri). Dia juga mempercepat keberhasilan (menghasilkan bukti bukan
janji) akan visinya untukmenginspirasi dan memotivasi mereka.[19]
Wujud nyata dari pemimpin yang demikian adalah menjadikan dirinya teladan,
komunikasi meyakinkan, mengajak ke perubahan dan perbaikan, menampilkan visi
menarik, mengampanyekan action, memberikan makna pada pekerjaan, membandingkan
kerja, dan memberikan solusi.
3.
Intellectual
Stimulation
Intellectual
stimulation merupakan karakter seorang pemimpin transformasional yang mampu
mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan
rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk menemukan cara
baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pemimpin
transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif
dan inovatif. Wujud nyata dalam karakter pemimpin ini adalah mengajak bermimpi,
studi lanjut, menentang status quo, mengajak tidak berfikir prosedural,
mengajak ke perspektif baru, mempertanyakan asumsi lama, dan menggunakan simbol
inovasi
4.
Individualized
Consideration
Individualized
consideration berarti karakter seorang pemimpin yang mampu memahami perbedaan
individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan
mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan.Selain itu,
seorang pemimpin transformasional mampu melihat potensi prestasi dan kebutuhan
berkembang para bawahan serta memfasilitasinya.
Dengan
kata lain, pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan
berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestasi dan
berkembang para bawahan. Wujud nyata karakter ini adalah memperhatikan
kebutuhan, bertukar pengalaman, selalu menghadirkan dirinya, memberikan
penghargaan dan hukuman, memperhatikan potensi dan kemampuan.
E. Efektivitas Kepemimpinan Autentik
Dan Transformasional Dalam Pendidikan Islam
1.
Efektivitas
Kepemimpinan Autentik
Pada
dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang
lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendak
atau gagasannya. Adapun kepemimpinan pendidikan Islam merupakan roses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisasi dalam usaha-usaha
menentukan tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapainya, yaitu untuk
membentuk manusia menjadi insan paripurna, baik didunia maupun di akhirat.[20]
Dalam
kerangka pemikiran Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Ahmad Warid Khan,[21]
lebih menyederhanakan tujuan pendidikan Islam ke dalam tujuan pokok. Pertama,
membentuk individu muslim, kedua membentuk umat muslim. Dan ketiga, dakwah
Islam di dunia. Maka, kepemimpinan pendidikan Islam merupakan segmen (bagian)
penting dari organisasi atau lembaga pendidikan Islam, dimana organisasi
tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi yang berbeda serta harus
dilaksanakan.
Dalam
definisi lain, pendidikan Islam merupakan system pendidikan yang
diselenggarakan atau didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan
nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikannya.[22]
Kata niat
mengandung pengertian suatu usaha yang direncanakan dengan sungguh-sungguh,
yang muncul dengan hati yang bersih dan suci karena mengharap ridha-Nya. Niat
tersebut ditindak lanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha dengan
seungguh-sungguh untuk mewujudkan niat serta berusaha melakukan kebaikan atau
konsisten dengan sesuatu yang direncanakan. Kemudian dilakukan muhasabah, yakni melakukan control dan
evaluasi terhadap rencana yang telah dilakukan.
Kemudian,
yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah kekuatan kunci kepemimpinan
pendidikan Islam seperti yang diungkapkan Allah SWT dalam Q.S Ali Imran (3) :
159 bahwa :
”Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[23]
Ada
beberapa ciri kepemimpinan efektif yang bisa disebutkan dalam ayat tersebut,
seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Djalaluddin, bahwa sifat-sifat tersebut
antara lain adalah :[24]
a. Lemah lembut
b. Menghindari ucapan keras dan kasar
c. Menghindari ghalidzatu al qalbi
(kekerasan hati)
d. Al ‘afwu (pemaaf)
e. Memohon ampunan
f. Bermusyawarah
g. Tekad kuat (‘azimah) dan
tidak ragu
h. Tawakkal kepada Allah
Sifat-sifat
tersebut dalam kerangka pendidikan Islam diterjemahkan dalam bentuk perilaku
kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif yang termuat dalam empat wilayah,
yaitu :
1) Kepemimpinan Instruksi (directif
leadership)
Penerapannya pada bawahan (guru) yang masih baru atau baru
bertugas untuk terus mengikuti peraturan, prosedur, mengatur waktu dan
mengkoordinasi pekerjaan mereka.
2) Kepemimpinan yang mendukung (supportive
ledership)
Memberi perhatian pada kebutuhan bawahan, memperlihatkan
perhatian terhadap kesejahteraan mereka dan menciptakan suasana yang bersahabat
dalam unit kerja mereka.
3) Kepemimpinan partisipasi (prtisipatif
leadership)
Berkonsultasi pada para bawahan dan memperhitungkan opini
dan saran mereka.
4)
Kepemimpinan yang berorientasi pada keberhasilan (aviechement oriented leadership)
Menetapkan
tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, menerapkan pada
keunggulan dalam kinerja, dan
memperlihatkan kepercayaan pada bawahan akan mencapai standar yang tinggi.[25]
Dari
uraian diatas, apabila kemudian kita tarik benang merah terdapat korelasi
antara kepemimpinan pendidikan Islam dengan pengertian, komponen dan karakter
kepemimpinan autentik.
Dalam
definisi pendidikan Islam merupakan system pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam
kegiatan pendidikannya. Kata niat mengandung pengertian suatu usaha yang
direncanakan dengan sungguh-sungguh, yang muncul dengan hati yang bersih dan
suci karena mengharap ridha-Nya. Jika dihubungkan dengan definisi kepemimpinan
autentik menurut pendekatan antar pribadi, dinyatakan bahwa pemimpin yang
autentik adalah menampilkan kepemimpinan yang asli, memimpin dengan
autentisitas hati, dan asli, bukan palsu. Akan terjadi korelasi yang sangat
kuat. Karena niat itu timbul dari hati, dan tidak mungkin seseorang itu
mengada-ada akan sebuah niat.
Dan untuk
mencapai hal ini, dari karakter utama
pertama kepemimpinan autentik yakni purpose dimana pemimpin yang
autentik memiliki pemahaman akan tujuan. Mereka mengetahui siapakah diri mereka
dan arah yang mereka tuju. Maka niat yang ada akan menjadi sebuah tujuan, yang
akan dapat dicapai dengan kepemimpinan autentik.
Kemudian
niat tersebut ditindak lanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha
dengan seungguh-sungguh untuk mewujudkan niat serta berusaha melakukan kebaikan
atau konsisten dengan sesuatu yang direncanakan. Untuk dapat melakukan
mujahadah ini, diperlukan nilai (values) sebagai karakter kepemimpinan
autentik yang kedua. Karena pemimpin yang autentik memahami nilai diri mereka
dan berperilaku terhadap orang lain berdasarkan pada nilai ini. Pemimpin yang
autentik mengetahui “arah yang mereka tuju”. Mereka memiliki ide yang jelas
tentang siapa mereka, kemana mereka akan melangkah, dan hal benar apa yang
harus dilakukan. Ketika diuji dalam situasi yang sulit, maka pemimpin yang
autentik tidak melanggar nilai mereka, tetapi menggunakan situasi tersebut
untuk memperkuat nilai mereka.
Kemudian
dilakukan muhasabah,
yakni melakukan control dan evaluasi terhadap rencana yang telah dilakukan. Hal
ini memerlukan Hubungan (relationship) sebagai karakter pemimpin
autentik yang ketiga Pemimpin yang autentik memiliki kemampuan untuk membuka
dirinya dan membuat hubungan yang kuat dengan orang lain. Hal ini akan
memudahkan control dan evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan dan
dilaksanakan.
Dari
uraian tersebut, dapat di ketahui, bahwa
kepemimpinan autentik sangat efektif jika diterapkan dalam kepemimpinan
pendidikan Islam. Karena kebutuhan-kebutuhan dalam kepemimpinan pendidikan
Islam, mampu dijawab oleh kepemimpinan autentik, dengan demikian apa yang
menjadi tujuan yang telah ditentukan dalam kepemimpinan pendidikan Islam dapat
dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan apabila dalam pelaksanaannya menggunakan
teori kepemimpinan autentik.
2.
Efektivitas
Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin
yang Transformasional memandang nilai-nilai organisasi Pendidikan islam sebagai
nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan diterapkan oleh seluruh komponen
organisasi sehingga para komponen organisasi mempunyai rasa memiliki dan
komitmen dalam pelaksanaannya.Hal tersebut menjadi tugas pemimpin untuk
mentransformasikan nilai organisasi pendidikan islam untuk membantu mewujudkan
visi lembaga pendidikan islam secara institusi dan visi pendidikan Islam secara
etik-normatif.[26]Oleh
sebab itu,seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang mempunyai
keahlian diagnosis,selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian dalam
upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek serta mempersiapkan sesuatu
di masa yang akan datang untuk kepentingan lembaga pendidikan Islam sendiri.Hal
ini secara ilustratif dideskripsikan dalam QS Al-Anfal (8):60 bahwa:
Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan
pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak
akan dianiaya (dirugikan).[27]
Dalam
kepemimpinan transformasional di lembaga pendidikan islam paling tidak
mengangkat tujuh prinsip untuk menciptakan transformasional yang sinergis,
sebagaimana berikut ini.[28]
a. Simplifikasi, keberhasilan dari
kepemimpinan pendidikan islam diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi
cermin dan tujuan pendidkan islam.Kemampuan dan keterampilan mengungkapkan visi
secara jelas,praktis dan tentu saja transformasional dalam mengungkapkan visi
secara jelas,”Kemana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang penting untuk di implementasikan.
b. Motivasi,kemampuan untuk mendpatkan
komitmen dari setiap komponen organisasi pendidikan Islam yang terlibat
terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang harus dilakukan.
c. Fasilitas,dalam pengertian kemampuan
untuk secara efektif memfasilitasi”pembelajaran”yang terjadi di dalam
organisasi pendidikan islam secara kelembagaaan,kelompok ataupun individual.Hal
ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelekyual dari setiap
komponen organisasi pendidikan islam yang terlibat di dalamnya.
d. Inovasi,yaitu kemampuan untuk secara
secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan bilaman
diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi.
e. Mobilitas,yaitu pengerahan semua
sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap komponen pendidikan
Islam yang terlibat di dalamnya dalam mencapai misi dan tujuan.Pemimpin yang
transformasional akan mengupayakan pengikut yang penuh dengan
dedikasi,loyal,dan bertanggung jawab.
f. Siap siaga,yaitu kemampuan untuk
selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan
paradigm baru yang pisitif.
g. Tekad, yaitu tekad bulat untuk terus
sampai pada akhir,tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan
tuntas.untuk ini tentu perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin
spritualitas,emosi,dan fisik serta komitmen.
Ketujuh
prinsip transformasional tersebut bersinergi satu denga yang lain secara utuh.
Dengan ketujuh prinsip tersebut kepemimpinan transformasional di lembaga
pendidikan Islam untuk terus menggiring komponen lembaga pendidikan Islam yang
di pimpinnya ke arah stage pertumbuhan sensitivitas pembinaan dan pengembangan
organisasi pendidikan Islam,pengembangan visi pendidikan Islam secara
bersama,pendidstribusian kewenangan kepemimpinan terhadap anggota atau staf
lembaga pendidikan islam dan membangun kultur peningkatan mutu di organisasi
lembaga pendidikan Islam yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi
lembaga.Jadi, pada bagian ini, kepemimpinan transformasional akan terus
membangun dan memotivasi bawahan untuk bekerja demi tercapainya sasaran
organisasi pendidikan islam dan juga terus memuaskan kebutuhan mereka pada
tingkat yang lebih tinggi.
Selain
itu, pada tahun 1990-an,B.M. Bass dan B.J.Avolio,seperti yang di kutip oleh
Gari Yukl,mencoba untuk mengkritisibperilaku kepemimpinan transformasional
dengan menambahkan sat uteri perilaku transformasional baru yang di sebut
dengan”inspirasi”(atau motivasi inspirasional),yaitu sejauh mana seorang
pemimpin mengomunikasikan sebuah visi yang menarik,menggunakan symbol-simbol
untuk memfokuskan usaha-usaha bawahan,dan memodelkan perilaku-perilaku yang
sesuai.[29]Hal
ini dalam islam harus di wujudkan dalam bentuk amal,fakta ini dijelaskan dalam
QS At-Taubah(9):105 bahwa:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS-Al-Taubah(9):105)[30]
Dalam
sebuah riwayat diceritakan bahwa Umar didapati sedang menangis, di sela-sela
itu, ia ditanya oleh istrinya mengapa ia menangis. Umar menjawab,”Ketahuilah
wahai Fatimah, sesungguhnya aku mengemban amanah urusan umat ini, aku berfikir
tentang orang-orang fakir yang lapar dan tidak berpakaian, orang-orang sakit
yang terlantar, anak yatim yang terluka (kehilangan kasih sayang), orang yang
terzalimi serta tertindas. Orang-orang jompo dan janda-janda,yang banyak
tanggungan anak sementara rezekinya sedikit, dan sesama dengan merka yang ada
di penjuru bumi. Sungguh kelak pada hari kiamat, Tuhanku (Allah) akan bertanya
kepadaku dan aku berharap dengan Nabi Muhammad Saw. Maka akupun takut, khawatir
tidak akan mampu menjawab dan beralasan. Maka akupun menangis.”
Sekelumit
kisah ini mengisyaratkan bahwa simbol-simbol nilai yang tertuang dalam ajaran
Islam mampu diintegralisasikan dalam diri pemimpin dengan perilaku-perilaku
yang dapat dijadikan contoh bagi bawahannya (keluarga, staf pemerintahannya
atau sahabat-sahabatnya).[31]Penulis
berasumsi sekiranya setiap pemimpin memiliki sifat kepedulian terhadap
bawahannya yang memiliki latar belakang kehidupan sosial yang berbeda-beda,
seperti diceritakan dalam kisah Umar tersebut, maka akan terciptalah suasana
yang tentram,damai dan sejahterah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
kita cita-citakan yakni bangsa yang “Baldhatun Toyyibatun waRobbun ghofur”.
Dengan
demikian dapat ditarik benang merah, bahwa kepemimpinan transformational sangat
efektif jika diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam. Karena visi misi
pendidikan Islam mampu untuk di transformasikan oleh kepemimpinan transformational,
dengan demikian apa yang menjadi tujuan yang telah ditentukan dalam
kepemimpinan pendidikan Islam dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan
apabila dalam pelaksanaannya menggunakan teori kepemimpinan transformational.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
- Kepemimpinan autentik dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang tidak dibuat-buat/asli untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dalam situasi tertentu
- Karakter kepemimpinan autentik :
a. tujuan (purpose)
b. nilai (values)
c. hubungan (relationship)
d. disiplin diri (self-discipline)
e. hati (heart)
- Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangangan dan rangsangan, pemimpin seperti ini selalu mencurahkan perhatian pada kebutuhan pengikutnya dan bisa mengubah kesadaran persoalan, dan juga mementingkan organisasai dari pada diri sendiri
- Dalam model kepemimpinan transformasional mempunyai karakteristis masing-masing sebagai berikut:
a. Idealized Influence (or charismatic
influence)
b. Inspirational Motivation
c. Individualized Consideration
d. Intellectual Stimulation
- Efektifitas kepemimpinan autentik dan transformasional dalam pendidikan Islam
Kepemimpinan autentik sangat efektif
jika diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam, karena kebutuhan-kebutuhan
dalam kepemimpinan pendidikan Islam mampu dijawab oleh teori kepemimpinan
autentik. Demikian juga kepemimpinan transformational sangat efektif jika
diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan Islam. Karena visi misi pendidikan
Islam mampu untuk di transformasikan oleh kepemimpinan transformational, dengan
demikian apa yang menjadi tujuan yang telah ditentukan dalam kepemimpinan
pendidikan Islam dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan apabila dalam
pelaksanaannya menggunakan teori kepemimpinan transformational.
B. Saran
Berpijak pada kajian dan pembahasan
yang telah dikemukakan maka terdapat beberapa hal yang bisa diajukan sebagai
saran-saran terkait dengan kepemimpinan autentik dan transformational dalam
pendidikan Islam. Diantaranya:
1. Bagi kepala sekolah, baik teori
kepemimpinan autentik maupun transformational dapat di implementasikan dalam
lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
2. Bagi pengawas, model atau gaya
kepemimpinan autentik maupun transformational perlu diketahui dan dipahami
untuk memetakan tipe-tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah yang
diawasi dengan harapan dapat segera mengidentifikasi sebuah permasalahan dan
dengan segeran dapat memberikan solusi dan penyelesaiannya.
[1]
Rohmad, Kepemimpinan
Pendidikan (Strategi Menuju Sekolah Efektif), (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2010),
hlm.59
[3]
Veithzal Rivai dkk, Pemimpin dan
Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta:Raja grafindo Persada, 2013), hlm:5
[4]
Peter G. Northouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik (Jakarta
Barat:Indeks,2013),hlm.240
[5]
Peter G. Northouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik (Jakarta
Barat:Indeks,2013),hlm.246
[6]
Raampesad K Huberd, Authentic Personal Branding – A New
Blueprint for Building and Aligning a Poweful Leadership Brand (Sukses
Membangun Authentic Personal Branding- Konsep baru Membangun Personal Brand
yang Kuat dan Unggul, dan Mengembangkan Company Brand dengan Pendekatan
Holistik), (Jakarta:PPM Pusat Pengembangan Manajemen, 2008), Hlm.150
[8] Sudarman Danim, Menjadi
Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi
Pembelajaran), (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2005) hlm. 54.
[9] Sudarman Danim, Menjadi
Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi
Pembelajaran), hlm.54.
[10]
Sudarwan Danim,
Manajamen dan Kepemipinan Transformasional Kekepalasekolahan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), hlm. 53.
[11] Wuradji, The Educational
Leadership (Kepemimpinan Transformasional), (Yogyakarta: Gama Media, 2009),
hlm.48.
[12]
Sudarwan Danim, Menjadi
Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi
Pembelajaran), ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hlm.58.
[13]
Sudarwan Danim, Menjadi
Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi
Pembelajaran), ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hlm.58.
[14]
Robert J. Starratt, Menghadirkan Pemimpin Visioner Kiat Menegaskan Peran Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 2007), hlm. 140.
[15]
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan : untuk
Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung, Pustaka Setia, 2005), hlm. 119.
[16] Burhanuddin. hlm.31.
[18] Mohammad
Karim, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam (Malang:
UIN-Maliki Press, 2010), hlm.158.
[20] Djamaludin dan Abdullah Aly,Kapita
Selekta Pendidikan Islam: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah Komponen
MKK, (Bandung:CV.Pustaka Setia, 1999), hlm:15
[21] Ahmad Warid Khan, Membebaskan
Pendidikan Islam (____ : Istawa, 2002), hlm. 178
[22] Muhaimin, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014),
hlm. 8
[23]
Al Quran ,Terjemah,Departemen Agama RI,2001
[24]
Ahmad Djalaluddin, Manajemen Qur’ani : Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan ( Malang : UIN Malang Press, 2007) hlm. 46-51
[25]
Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan
Pendidikan Islam (Jogjakarta : AR RUZZ MEDIA, 2012), hlm. 109
[26]Baharuddin&Umiarso’’KepemimpinanPendidikanIslam”.(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2012),hlm.224.
[27] Alquran dan terjemahan Mushaf
Al-Azhar,hlm.184.
[28] Baharuddin &Umiarso, KepemimpinanPendidikanIslam
,hlm.225-226.
[29]
Baharuddin &Umiarso,
KepemimpinanPendidikanIslam ,hlm.227.
[30] Alquran dan terjemahan Mushaf
Al-Azhar,hlm.203.
[31] Baharuddin &Umiarso, KepemimpinanPendidikanIslam
,hlm.227-228.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar