1.
NEUROLOGI DAN
PSIKOPATOLOGI
2.
FASE ORAL DAN
FASE ANAL
3.
APAKAH BETUL
PENEKANAN MIMPI. ASUMSI PSIKOANALISIS KOK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan, sangat berpengaruh terhadap peradaban sebuah
bangsa. Itulah sebabnya, mengapa wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah
Subhanahu Wata’ala adalah Surah Al-Alaq 1-5:
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ -١- خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -٢- اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ -٣- الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ -٤- عَلَّمَ الْإِنسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ -٥-
1.
bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.
Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam,
5.
Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[1]
Dengan sangat tegas dan jelas, Allah Subhanahu wata’ala memberi
petunjuk kepada umat islam untukmembaca,
dan dalam arti luas adalah belajar serta
lebih memprioritaskan aspek pendidikan
dari pada aspek-aspek yang lain.
Jika kita membuka kembali lembaran
sejarah dunia, pasca peristiwa luluh lantaknya Hirosima dan Nagasaki, banyak
korban jiwa, baik yang tewas maupun cacat seumur hidup.bangunan rata dengan
tanah, termasuk gedung-gedung sekolah, menghadapi peristiwa Hirosima dan
Nagasaki, kaisar Jepang kaisar Hirohito memerintahkan supaya segera
diidentifikasi korban dari para guru. Berapa guru yang meninggal, berapa
sekolah-sekolah yang kehilangan gedung dan fasilitas.Mengapa guru dan sekolah
yang pertama ditanyakan oleh kaisar? Karena kaisar memahami bahwa pendidikan
adalah factor penentu kemajuan suatu Negara dan bangsa.
Kemudian bagaimanakah dengan
Indonesia? Lebih mengerucut lagi, bagaimanakah pendidikan Islam di Indonesia,
setelah Umat islam Indonesia terbebas dari imperialisme selama 70 tahun, dan
selama 70 tahun itu masyarakat islam membangun segala aspek kehidupan beragama,
berbangsa dan bernegara, termasuk juga aspek pendidikan. Namun hasil penelitian
menunjukan, kualitas pendidikan islam di Indonesia belum menunjukan hasil yang
signifikan. Masih banyak ditemukan
kekurangan dan ketimpangan.
Seperti
statement Winarto Surakhmad ketika menganalisa persoalan pendidikan di
Indonesia, dia mengistilahkan dengan Busung pendidikan menurut Winarto,
timbulnya fenomena busung pendidikan merupakan peringatan bahwa pemerintah
tidak boleh terus-menerus mengabaikan kewajibannya dalam pelayanan publik,
karena cepat atau lambat akan berakibat negative terhadap segala segi
kehidupan. Kondisi kependidikan yang negative di kalangan masyarakat yang
hampir tidak layak lagi disebut pendidikan-bukanlah gejala baru.Namun, selama
ini fenomena itu tidak seberapa mengusik bangsa ini, dan tampaknya justru masih
diberi toleransi. Remedinya adalah terus-menerus memperkatakan tentang tentang
peningkatan kualitas.[2]
Perlunya
evaluasi segala program terutama program pendidikan tentu sudah diakui dan
diamini seluruh fihak baik pengambil kebijakan, birokrasi, tenaga swasta, para
funding father terutama para praktisi pendidikan. Kekompakan dan ketegasan dalam
menjalankan system serta melaksanakan UU pendidikan. Ketidak tegasan yang
sangat perlu untuk diefaluasai diantaranya adalah (sebagai bukti) implementasi
pasal 12 yang sampai saat ini yakni tahun 2016, menurut pengamatan penulis
belum sesuai dengan idealisme yang termaktub dalam undang-undang. Masih banyak
siswa yang belum mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan yang
dianutnya.Terutana siswa muslim yang bersekolah di yayasan bukan yayasan islam.
Sebagai
data autentik, berikut penulis cuplikan berita yang di orbitkan oleh kantor
berita antara Jawa Timur yang judul beritanya adalah, “Pelajar Kritik Pengajaran Agama di Sekolah Non-Muslim”Kamis, 2 Mei
2013 14:47 WIB- Sekitar 100 pelajar baik SMP, SMA ataupun SMK di Kota Blitar,
Jawa Timur, unjuk rasa di kantor DPRD setempat, mengkritik penerapan pendidikan
agama di sejumlah sekolah non-Muslim."Terdapat beberapa yayasan yang tidak
memasukkan kurikulum pendidikan di sekolahnya," kata koordinator aksi
Ahmad Mustofa ditemui saat unjuk rasa, Kamis.Sejumlah sekolah yang dikritik itu
di antaranya SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, Yayasan Yohanes Gabriel Kota
Blitar, yang tercatat sebagai penyelenggara sekolah Katholik mulai dari TK, SD,
SMP dan SLTA (SMA/SMK), SD-SMP Yos Sudarso Blitar, sampai SDK Santa Maria Blitar,
dan sejumlah sekolah lain Saat unjuk
rasa, massa yang merupakan pelajar itu membawa berbagai macam spanduk yang
isinya tentang pentingnya pendidikan agama. Mereka juga membawa spanduk tentang
ketentuan sekolah yang telah menyalahi aturan pemerintah.Mereka sempat ditemui
oleh Komisi I DPRD Kota Bltar. Komisi yang membawahi bidang pendidikan itu
berjanji segera menyelesaikan masalah ini, sehingga sistem pendidikan pun bisa
berjalan dengan lancar.Anggota Komisi I DPRD Kota Blitar Supriyono mengatakan
masalah ini memang perlu ditegaskan. DPRD juga akan memanggil sekolah terkait
serta instansi terkait untuk mencari jalan keluar dari masalah itu..[3]
relitas ini hendaknya menjadi pemicu semangat upaya evaluasi dan
perbaikan-perbaikan sehingga kesahalan dan kekurangan yang terjadi tidak terus
berulang-ulang dan tidk jatuh dalam lubang yang sama.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah
pengertian analisis hasil evaluasi program kualitatif?
2.
Bagaimanakah
Aplikasikan evaluasi program?
3.
Bagaimanakah Analisis hasil evaluasi program
melalui data kualitatif?
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Untuk
mengetahui pengertian analisis hasil
evaluasi program kualitatif.
2.
Untuk
mengetahui aplikasikan evaluasi program.
3.
Untuk
mengetahui analisis hasil evaluasi program melalui data kualitatif.
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
EVALUASI PROGRAM
Evaluasi adalah
suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan.[4]
Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap evaluasi atau penilaian merupakan
suatu proses yang sengaja di rencanakan
untuk memperoleh informasi atau data,
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.
Dalam hubungan
dengan kegiatan pengajaran , Nourman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian
evaluasi sebagai berikut : Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai oleh siswa.
Menurut Suharsimi
Arikunto Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Sedangkan
pengertian program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan
yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Jika kedua
istilah tersebut digabung menjadi satu menjadi istilah evaluasi program artinya
adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang realisasi atau implementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan
keputusan.
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang
berlaku, dilakukan secara sistematis, teridentrifikasi penentu keberhasilan dan
kebelumberhasilan program, menggunakan tolok ukur baku, dan hasil evaluasi
dapat digunkan sebagai tindak lanjut atau pengambilan keputusan.
Program merupakan satu
kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling berkait untuk mencapai
tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut.
Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Masing-masing komponen terdiri atas beberapa subkomponen dan masing-masng
subkomponen terdapat beberapa indikator.
Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk
mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Perlu diketahui
bahwa ketidakberhasilan suatu kegiatan dapat juga dipengaruhi oleh komponen
atau subkomponen yang lain.
B.
MENGAPLIKASIKAN
EVALUASI PROGRAM
1.
Model-model
evaluasi program
Dalam Suharsimi Arikunto, model evaluasi menurut Kaufan dan Thomas yang
membedakan model evaluasi program menjadi delapan, yaitu:
a.
Goal Oriented
Eavaluation Model
Objek pengamatan model ini adalah tujuan dari program. Evaluasi
dilaksanakan berkesinambungan, terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian
pelaksanaan program.
b.
Goal Free
Eavaluation Model
Dalam melaksanakan evaluasi tidak memperhatikan tujuan khusus
program, melainkan bagaimana terlaksananya program dan mencatat hal-hal yang
positif maupun negatif.
c.
Formatif Summatif Evaluation Model
Model evaluasi ini dilaksanakan ketika program masih berjalan
(evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai (evaluasi sumatif).
d.
Countenance
Evaluation Model
Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya
evaluator mempertimbangkan program dengan memperbandingkan kondisi hasil
evaluasi program dengan yang terjadi di program lain, dengan objek ssaran yang
sama dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang
ditentukan oleh program tersebut.
e.
Responsif Evaluation Model
Model ini tidak dijelaskan dalam buku ini karena model ini kurang
populer.
f.
SSE-UCLA
Evaluation Model
Model ini meliputi empat tahap, yaitu
1)
Needs
assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang perlu dipetimbangkan
dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan tujuan yang dapat
dicapai.
2)
Program
planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui program disusun
sesuai analisis kebutuhan atau tidak.
3)
Formative
evaluation, evaluasi dilakukan pada saat
program berjalan.
4)
Summative
program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari program serta untuk
mengetahui ketercapaian program.
g.
CIPP Evaluation
Model (Context Input Process
Product)
1)
Evaluasi
Konteks
Evaluasi
konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik
individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas
kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program.
2)
Evaluasi
Masukan
Evaluasi
masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki oleh
institusi untuk melaksanakan sebuah program.
3)
Evaluasi Proses
Evaluasi proses
diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan sudah terlaksana sesuai dengan
rencana.
4)
Evaluasi Hasil
Ini merupakan
tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian proses
dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan tindakan yang diberikan, dan dampak
dari program.
h.
Discrepancy
Model
Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi pada
setiap komponen program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam program dengan
penampilan aktual dari program tersebut.
2.
LANGKAH-LANGKAH
EVALUASI PROGRAM
Langkah atau tahapan dalam melaksanakan
evaluasi program. Secara garis besar tahapan tersebut meliputi : tahapan
persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring. Penjelasan
tentang langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :[5]
a. Persiapan Evaluasi Program
1)
Penyusunanevaluasi
2)
Penyusunaninstrumenevaluasi
3)
Validasi
instrument evaluasi
a)
Menentukanjumlahsampelyangdiperlukan
b)
Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data
di ambil
c)
Penyusunan terkait dengan model diantaranya; model
CIFF, model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model
Glaser, model Michael Scriven, model Evaluasi Kelawanan, dan model Need
Assessment.
b.
Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan
instrument evaluasi :
1)
Merumuskan tujuan yang akan dicapai
2)
Membuat kisi-kisi
3)
Membuat butir-butir instrument
4)
Menyunting instrument
5)
Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi
6)
Dapat dilakukan dengan metode Sampling
7)
Beberapa hal yang perlu disamakan : tujuan
program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan program, wilayah generalisasi,
teknik sampling, jadwal kegiatan
c. Pelaksanaan Evaluasi Program
1)
Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi
reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Keempat jenis
evaluasi tersebut mempengaruhi evaluator dalam mentukan metode dan alat
pengumpul data yang digunakan.
2)
Dalam pengumpulan data dapat menggunakan
berbagai alat pengumpul data antara lain : pengambilan data dengan tes,
pengambilan data dengan observasi ( bias berupa check list, alat perekam suara
atau gambar ), pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan
wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan artifak atau
dengan teknik lainya.
3.
Obyek Evaluasi Program
Pendidikan
Diantara aspek yang perlu mendapat perhatian serius adalah evaluasi
program-progran pendidikan. Sebagai gambaran kongkrit dalam pelaksanaan
evaluasi, yaitu perlu penentuan obyek evaluasi sebagai focus pelaksanaan evaluasi. Focus evaluasi pendidikan yaitu:
a)
Delapan
Standard Nasional Pendidikan
1)
Standard Sarana
Prasarana
2)
Standard Isi
3)
Standard Proses
4)
Standard
Penilaian
5)
Standard
Kompetensi Lulusan
6)
Standard
Pengelolaan
7)
Standard
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
8)
Standard
Pembiayaan
b)
Program/Rencana
Pengembangan Sekolah
1)
Rencana
Operasional (Renop) merupakan program tahunan.
2)
Rencana
Strategis (Renstra) merupakan program 4 tahunan
c)
Program
Pembelajaran
1)
Unit lesson
plan (terdiri beberapa RPP)
2)
Lesson plan
(terdiri 1 RPP)
d)
Program
Analisis Hasil Pembelajaran
1)
Program
Perbaikan
2)
Program
Pengayaan
3)
Program tindak lanjut
e)
Program
Bimbingan dan Konseling
1)
Program
Bimbingan Klasikal
2)
Program
Bimbingan Individual
Dari program pendidikan yang ada belum banyak yang melakukan
evaluasi terhadap program-program tersebut, sehingga banyak kesempatan untuk
memperbaiki kinerja, meningkatkan profesionalisme melalui diantaranya menyusun,
melakukan dan mengevaluasi program-program pendidikan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
C.
Analisis hasil evaluasi program melalui data
kualitatif
Data adalah
catatan atau kumpulan fakta yang berupa hasil pengamatan empiris pada variable
penelitian. Data dapat berupa angka, kata, atau dokumen yang berfungsi untuk
menjelaskan variable penelitian sehingga memiliki makna yang dapat dipahami.
Data penelitian bentuknya bermacam-macam, antara lain data bentuk teks, data
bentuk gambar, data bentuk suara, dan data bentuk kombinasi.[6]
Kata analysis
berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan “lysis“. Ana
artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan. Agar data bisa dianalisis maka data tersebut
harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut element atau
struktur), kemudian menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang
baru. Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian.
Menurut Nasution, Pengertian
Analisis Data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Menyusun
data berarti bahwa menggolongkannya di dalam pola atau tema. Tafsiran atau
interprestasi artinya memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan kategori
atau pola, serta mencari hubungan antara berbagai konsep.[7]
Terkait dengan menganalisis hasil
evaluasi program kualitatif, yang perlu dipersiapkan adalah data-data hasil
evaluasi dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan Data dalam Analisis Kualitatif
Menurut patilima ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan analisis kualitatif, yakni menganalisis data-data
kualitatis yang diantaranya yaitu:[8]
a.
Transkrip wawancara
b.
Transkrip diskusi kelompok
c.
Catatan lapangan dan pengamatan
d.
Catatan harian peneliti
e.
Catatan kejadian penting dari lapangan
f.
Rekaman video, kamera, gambar
Semua data di
atas akan mempermudah pengevaluasi untuk melakukan kategorisasi dan reduksi
data. Setelah data direduksi dan dikategorisasikan maka analisis kualitatif
akan lebih terarah dan terfokus sesuai dengan masalah penelitian.
Langkah-langkah inilah yang dapat mengurangi subjektifitas peneliti dan data
penelitian menjadi reliable dan substansif.
2.
Langkah-langkah analisis data evaluasi program kualitatif
Setelah data
terkumpul peneliti dapat melakukan langkah-langkah analisis, sebagai berikut:[9]
a.
Editing
Dalam tahapan
ini dilakukan reduksi data, pemilahan data sesuai focus penelitian, transliting
data (konversi data). Selanjutnya data yang belum bisa dibaca dilakukan
penerjemahan agar mudah dibaca dan dipahami.
b.
Kategorisasi/Coding
Pada tahap ini
peneliti melakukan kategorisasi dengan focus masalah penelitian. Kategorisasi
ini dapat dilakukan secara domain, yaitu kategorisasi data sesuai domain-domain
yang akan dianalisis. Selain kategorisasi data juga mempertimbangkan aspek
kesamaan dan perbedaan dalam masalah penelitian.
c.
Meaning
Langkah ini juga disebut langkah interpretasi
data, yaitu melakukan kegiatan menghubungkan, membandingkan, dan mendeskripsikan
data sesuai focus masalah untuk diberi makna.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan
yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Analisis Evaluasi Program Pendidikan adalah suatu kegiatan
menganalisis data dari evaluasi yang telah dilakukan terhadap program-program
pendidikan. Adapun tujuan dari analisis evaluasi program pendidikan adalah
untuk mengethaui tingkat keberhasilan program itu setelah dilaksanakan. Karena
program adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama, sehingga dengan
kata lain analisis evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tinggi keberhasilan dari suatu kegiatan yang direncanakan.
DAFTAR RUJUKAN
Al-qur’an dan terjemahnya, 1424 H. Mujamma’ Almalik Fahd Lithibaat
Al-Mushaf Assyariif Madinah
H.M, Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:
PT.Prestasi Pustakaraya, 2015), hlm.149.
http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-analisis-data-tujuan-dan.html#, diakses tanggal 05 Mei 2016.
Purwanto, Evaluasi
Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet. 3
Dahlan Ahmad, “pengertian dan peranan evaluasi Pembelajaran”,
http//eurekapendidikan.com, di akses 05 Mei 2016.
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/109506/pelajar-kritik-pengajaran-agama-di-sekolah-non-muslim akses; 05 Mei 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar