A.
Biografi
Al-Qabisi
Nama lengkap Al-Qabisi
adalah Abu Al-Hasan Muhammad bin
Khalaf Al-Ma‘arifi Al-Qairawaniy.
Al-Qabisi adalah penisbahan kepada sebuah bandar yang terdapat di Tunis.
Kalangan ulama lebih mengenal namanya dengan sebutan Al-Qabisiy. Ia lahir di
Kota Qairawan Tunisia (wilayah Maghribi, sekarang Maroko, Afrika Utara) pada
hari senin bulan Rajab tahun 324 H-935M.beliau wafat pada tanggal 3 Rabbiul
Awal Tahun 403 H. Bertepan pada tanggal 23 Oktober 1012. Literatur-literatur
tidak menyebutkan perihal kedudukan orang tuanya. Barangkali Al-Qabisi bukan
dari keturunan ulama yang termasyhur, atau bangsawan ataupun hartawan sehingga
asal keturunannya tidak banyak digambarkan sejarah, namun namanya terkenal
setelah ia menjadi ilmuan yang berpengaruh dalam dunia Islam.
Al-Qadhi’iyah pernah mengatakan bahwa Abu Hasan ini bukanlah dari
kafilah Al-Qabisy, tetapi karena pamannya mengenakan surban di kepalanya
rapat-rapat yang bertentangan dengan kebiasaan dari orang Qabisy, maka ia
diberi nama Al-Qabisi. Sebenarnya ia adalah penduduk Qaeruan. Pendapat ini sesuai
dengan keterangan As-Shafdi yang menyatakan bahwa nama Al-Qabisi itu diberikan
kepadanya karena pamannya mengenakan surban terlalu ketat di kepalanya.
Semasa kecil dan remajanya belajar di Kota Qairawan. Ia mulai
mempelajari Al-Qur’an, hadits, fikih, ilmu-ilmu bahasa Arab dan Qira’at dari
beberapa ulama yang terkenal di kotanya. Di antara ulama yang besar sekali
memberi pengaruh pada dirinya adalah Abu Al-‘Abbas Al-Ibyani yang amat
menguasai fikih mazhab Malik. Al-Qabisiy pernah mengatakan tentang gurunya ini:
“saya tidak pernah menemukan di Barat dan di Timur ulama seperti Abu al-‘Abbas.
Guru-guru lain yang banyak ia menimba
ilmu dari mereka adalah Abu Muhammad
Abdullah bin Mansur Al-Najibiy, Abdullah bin Mansur Al-Ashal, Ziyad bin Yunus
Al-Yahsabiy, Ali Al-Dibagh dan Abdullah
bin Abi Zaid.[1]
Al-Qabisiy pernah sekali melawat ke wilayah Timur Islam dan
menghabiskan waktu selama 5 tahun, untuk menunaikan ibadah haji dan sekaligus
menuntut ilmu. Ia pernah menetap di bandar-bandar besar seperti Iskandariyah
dan Kairo (Negara Mesir) serta Hejaz dalam waktu yang relatif tidak begitu
lama. Di Iskandariyah ia pernah belajar pada Ali bin Zaid Al-Iskandariy,
seorang ulama yang masyhur dalam meriwayatkan hadits Imam Malik dan mendalami
mazhab fikihnya. Al-Qabisiy mengajar pada sebuah madrasah yang diminati oleh
penunut-penuntut ilmu. Madrasah ini lebih memfokuskan pada ilmu hadits dan
fikih. Pelajar-pelajar yang menuntut ilmu di madrasah ini banyak yang datang
dari Afrika dan Andalus. Murid-muridnya
yang terkenal adalah Abu Imran Al-Fasiy, Abu Umar Al-Daniy, Abu Bakar bin
Abdurrahman, Abu Abdullah Al-Maliki, Abu Al-Qasim Al-Labidiy Abu Bakar ‘Atiq
Al-Susiy dan lain-lain.
Al-Qabisi hidup dalam kondisi sosial keagamaan yang semarak dan
sangat mantap dengan mempelajari, menyebarluaskan dan mengajarkannya.Dimana
lebih banyak diwarnai aliran Mazhab Maliki, satu aliran yang tergolong
ahlussunnah, sehingga tuntutan masyarakat dalam bidang pendidikan cenderung
pada masalah-masalah keagamaan.
Dunia pendidikan diwaktu itu banyak diwarnai oleh pemikir Islam
klasik yang konsen terhadap masalah pendidikan yaitu Ibnu Sahnun, dengan
karyanya bernama "Adabal al-Mualllimin" sebuah kitab kecil tentang
pendidikan yang akhirnya nanti, banyak mempengaruhi pemikiran Al-Qabisi.
Al-Qabisiy terkenal luas pengetahuannya dalam bidang hadits dan
fikih di samping juga sastera Arab.Ia menjadi rujukan ummat dan dibutuhkan
untuk menjawab masalah-masalah hukum Islam, maka ia diangkat menjadi mufti
dinegerinya. Sebenarnya, ia tidak menyukai jabatan ini, karena ia memiliki
sifat tawadlu‘ (merendah diri), wara‘ (bersih dari dosa) dan zuhud (tidak
mencintai kemewahan hidup duniawi). Salah satu karyanya dalam bidang pendidikan
Islam yang sangat monumental adalah kitab “Ahwal al-Muta’allim wa Ahkam Mu’allimin
wa al-Muta’allimin”, sebagai kitab yang terkenal pada abad 4 dan sesudahnya.[2]
Al-Qabisi merupakan seorang ulama yang produktif dalam mengarang
kitab-kitab.la menghasilkan 15 karya dalam bidang fiqh maupun hadist,
diantaranya al-Mumahid fi al-Fiqh dan al-I'tiqadat.Sedangkan karyanya dalam
bidang pendidikan berjudul: "al-Mufassal li Ahwal al-Mutha' alaimin wa
Ahkam al-Maulimmin wa al-Muta'allamin', sebuah kitab rincian tentang keadaan
para pelajar, serta hukum-hukum yang mengatur para guru dan pelajar. Kitab ini
terdiri dari 80 halaman dan dibagi ke dalam 3 juz.
Sebagaimana lazimnnya para pelajar muslim pada masa kerajaan Islam
dalam mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan berpindah-pindah tempat belajar
dan mencari sejumlah guru dengan disiplin ilmu yang berbeda pula. Tak
terkecuali al-Qabisi yang hidup pada zaman keemasan Islam ketika itu.Dengan
demikian tidak mengherankan jika ulama terdahulu memiliki banyak disiplin ilmu
pengetahuan.
Di Kairawan Afrika beliau belajar kepada sejumlah ulama ternama di
antaranya :
1.
Abul 'Abbas
at-Tamimy (w.352 H) seorang ahli fiqih yang bermazhab Syafi'i dari kota
Tunisia.Darinyalah al-Qabisi mendapat sejumlah nama-nama guru, baik dari Timur
maupun dari Barat dunia Islam tempat beliau melanjutkan rihlah ilmiah nantinya.
2.
Ibnu Masrur
ad-Dibagh (w.359 H)
3.
Abu 'Abdillah
bin Masrur al-'Assal (w.346 H), seorang faqih yang bermazhab Maliki di
Kairawan.
4.
Ibnu al-Hajjaj
(w.346 H)
5.
Abul Hasan
al-Kanisyi (w.347 H), seorang ulama yang disegani karena kewara'an dan kemulian
pribadinya.
6.
Durras bin
Ismail al-Fasi (w.357 H), seorang faqih yang berhaluan Asy'Ary dalam Theologi.
7.
Ibnu Zakrun,
seorang faqih yang zuhud dan seorang ulama yang produktif dalam menulis
berbagai kitab tentang ilmu Tasawuf.(w.370 H)
8.
Abu Ishak
al-Jibinyani (w.369 H) seorang ulama yang terkenal karena permohonannya.
Di Afrika
kelihatannya al-Qabisi banyak belajar tentang ilmu fiqih dan akhlak.Oleh
karenanya, pada tahun 352 H bertepatan dengan 963 M al-Qabisi berangkat ke
Timur tepatnya tanah Hijaz dan Mesir.Tujuan utama adalah menunaikan haji, di
samping belajar mencari ilmu pengetahuan. Disana beliau belajar kepada sejumlah
guru, diantaranya:
1.
Abul Qasim
Hamzah bin Muhammad al-Kinani, seorang 'alim dari Mesir, dari ulama ini
al-Qabisi belajar kitab hadist An-nasa'i.
2.
Abu Zaid
Muhammad bin Ahmad al-Marwazi seorang ulama Mekkah, darinya al-Qabisi
mempelajar kitab Shahih al-Bukhory.
3.
Abul Fath bin
Budhan (w.359) ulama Mesir ahli qiraah.
4.
Abu Bakar
Muhamma bin Sulaiman al-Nu'ali, seorang ulama terkenal di Mesir, dari beliau
al-Qabisi banyak mengambil teladan.
5.
Abu Ahmad
Muhammad bin Ahmad al-Jurjani salah seorang ulama perawi Shahih Bukhary
6.
Abu Dzar
al-Harwi (w.434 H), seorang faqih Maliki yang terkenal dengan karyanya Musnal
al-Muwaththa' darinyalah al-Qabisi mempelajari hadist Imam Maliki dengan
kitabnya al- Muwaththa’.
Pada tahun
357H/967M beliau pulang ke Kairawan untuk menerapkan ilmu yang telah
dikuasainya.Dari perjalanannya mencari ilmu pengetahuan menghantarkannya
menjadi seorang alim dalam fiqih dan hadist.Di Kairawan beliau menjadi seorang
guru sekaligus kepala madrasah al-Malikiyah yaitu madrasah al-Fikriyah
al-Aqa'idiyah menggantikan teman sepergurunnya Ibnu Abi Zaid al-Kairawan (w.389
H).Banyak murid yng belajar kepada beliau dan selanjutnya menjadi ulama besar,
bail dari Afrika maupun dari luar Afrika, terutama dari Andalusia.
Di tinjau dari
keadaan politik mada itu (324-403 H masa kehidupan al-Qabisi) Afrika dikuasai
oleh dinasty Fathimiyah yang bermazhab Syi'ah.Ketika itu dynasty Fathimiyah
dipimpin oleh kekhalifahan al-Mu'iz li Dininillah. Pada tahun 362 H Mesir ditaklukkan dan dikuasai oleh khalifah
al-Mu'iz di bawah panglima Jauhar al-Shiqli. Di bawah kekuasaan Syi'ah ekstrim
ini, al-Qabisi mampu berhaluan Asy'ary bermazhabkan fiqih Maliki. Oleh karena
itu, dapat kita lihat tidak adanya subsidi pemerintah terhadap madrasah yang
beliau pimpin.
Dari penjelasan
ditas dapat dilihat, bahwa al-Qabisi adalah seorang ahli hadist dan ulama
bermazhab Maliki serta di beliau hidup dimasa kekuasaan Syi'ah yang
ekstrim.Pengalamannya menjadi guru dan pemimpin madrasah, menghantarkan
al-qabisi sebagai ahli dalam bidang pendidikan.Latar belakang ini mempengaruhi
konsepnya tentang pendidikan Islam.Keahliannya yang begitu kuat dalam bidang
Fiqih dan hadist mrmbust sl-Qabisi telah mengambil corak pemikiran keislaman
normative, tetapi bukan berarti doktrin.Dengan demikian, maka acuan yang
digunakan dalam merumuskan pemikirannya ternasuk bidang pendidikan adalah
paradigma fiqih dan hadist.
Konsep
pemikiran tujuan pendidikannya Al-Qabisy secara umum, sebagaimana dirumuskan
oleh al-Jumbulati, yaitu: (1) mengembangkan kekuatan akhlak anak, (2)
menumbuhkan rasa cinta agama, (3) berpegang teguh terhadap ajarannya, (4)
mengembangkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang murni, dan (5) anak
dapat memiliki keterampilan dan keahlian pragmatis yang dapat mendukung
kemampuan mencari nafqah.[3]
[1]
Abdullah al-Amin al-Nu’my. 1995. Kaedah dan Tekhnik Pengajaran Menurut Ibnu
Khaldun dan Al-Qabisy. Jakarta: t.pt. hlm,184.
[2]Abuddin
Nata.2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada. Hlm, 25-26
[3]
Ali al-Jumbulati. 1994.Perbandingan Pendidikan Islam, Terj. M. Arifin.
Jakarta: Rineka Cipta. Hlm, 76.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar