LAILATUL QADAR
A.
Definisi
Malam Lailatul Qadar
Malam
lailatul qadar adalah salah satu malam bulan Ramadan yang paling
agung derajatnya karena malam itu lebih baik dari seribu bulan (QS 97:3)
menurut beberapa sumber referensi terpercaya
yaitu memiliki makna malam ketetapan (dalam bahasa arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ). Lailatul Qadar
atau Lailatul Qad'r merupakan salah satu malam penting yang terjadi di sebuah
malam pada bulan Ramadhan.
Beberapa pendapat meyakini bahwa
terjadinya malam Lailatul Qadar
adalah di saat-saat 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan, hal ini berdasarkan
hadits dari Aisyah yang mengatakan : " Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa
sallam beri'tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadan dan beliau bersabda:
"Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir
bulan Ramadhan" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169) dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Lailatul_Qadar.
Dalam Al Qur'an dijelaskan mengenai makna serta keistimewaan dari Malam
Lailatul Qadar yaitu suatu malam yang dimana malam ini adalah
merupakan malam yang memiliki keutamaan dan keistimewaan yang luar biasa, yaitu
malam yang lebih baik daripada 1000 bulan atau bisa juga dikatakan sebagai
malam yang penuh kemuliaan. Mulia disini karena memiliki pemahaman malam
diturunkannya Al Quran yang memiliki kemuliaan, lewat Malaikat yang juga
memiliki kemuliaan yang diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW seorang
manusia yang paling mulia di muka bumi ini.
Dikisahkan dalam sebuah riwayat,
Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabat mengenai seorang Bani Israil yang
sangat saleh. Dikisahkan bahwa Bani Israil tersebut telah menghabiskan waktunya
selama 1.000 bulan untuk berjihad fi sabilillah di jalan Allah. Saat mendengar
cerita dari Sang Baginda Rasulullah kemudian para sahabat pun merasa iri karena
mereka tak akan pernah bisa memiliki kesempatan untuk beribadah dalam kurun
waktu selama itu. Hal tersebut dikarenakan umur umat Nabi Muhammad jauh lebih
pendek dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Dalam riwayat yang lain pernah
dikisahkan bahwa Rasulullah pernah merenungi hal itu. Nabi Muhammad SAW pun
bersedih hati karena sangatlah mustahil jika umatnya dapat menandingi amal
ibadah dari umat-umat terdahulu yang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.
Kemudian hadirlah Malam Lailatul
Qadar yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad pada sebuah
malam di bulan puasa Ramadhan.
(Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha'il Ramadhan.).
Menurutnya, Lailatul Qadar adalah suatu malam dimana karunia Allah dengan
segala kebaikan serta keberkahan didalamnya.
B.
Dalil
Dasar Lailatul Qadar
Dalil dari Al-Quran dan hadits
(sunnah) tentang malam lailatul qadar adalah sebagai berikut:
QS Al-Qadar 97:1-5
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
(3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ
أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
QS Al-Dukhan 44: 3-5
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ
مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ
حَكِيمٍأَمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
Artinya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,
QS
Al-Baqarah 2:185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً
لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
QS
Al-Thariq 86: 2-3
وَما أَدْراكَ مَا الطَّارِقُ
النَّجْمُ الثَّاقِبُ
Artinya: tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus.
Hadits
riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
من صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه، ومن قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه
Artinya: Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan maka diampuni dosanya di masa lalu. Barang siapa yang beriabadah pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan pada Allah maka dimaafkan dosanya di masa lalu.
Hadits
riwayat Muslim:
وأمارتها أن تطلع الشمس في صبيحة يومها بيضاء لا شعاع لها
Artinya: Tanda lailatul qadar adalah
terbitnya matahari pada esok harinya berwarna putih tanpa sinar (sinarnya
lemah).
C.
Waktu
Malam Lailatul Qadar
Waktu datangnya malam lailatul qadar
adalah 10 (sepuluh) hari terakhir bulan Ramadan lebih spesifik lagi pada
malam-malam ganjil bulan Ramadan yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, 29. Hal ini
berdasarkan sebuah hadits riwayat Bukhari & Muslim:
تحروا
ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان.
|
|
Dari Ibnu Umar ra, ada beberapa
orang sahabat Nabi Saw yang bermimpi bahwa Lailaitul Qadar akan datang pada
pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda: "Aku juga
melihat ru'yah kalian pada tujuh malam terakhir bulan tersebut. Maka barang
siapa yang menginginkannya, dapatkanlah malam tersebut pada tujuh malam
terakhir"
Lailatul Qadar mempunyai kedudukan
yang istimewa dalam Islam, karena malam tersebut diakui sebagai malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Pada malam tersebut turunlah para malaikat
(termasuk malaikat Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam tersebut akan penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar.
Seperti halnya kematian, malam
Lailatul Qadar juga dirahsiakan
keberadaannya oleh Allah supaya manusia mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah dan mengingatnya dengan tetap mempersiap diri setiap saat, selalu berbuat kebaikan dan taat kepada Tuhannya.
keberadaannya oleh Allah supaya manusia mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah dan mengingatnya dengan tetap mempersiap diri setiap saat, selalu berbuat kebaikan dan taat kepada Tuhannya.
"Aku juga melihat Lailatul
Qadar dalam mimpi seperti kalian yaitu
pada tujuh malam terakhir" (dengan mempergunakan kalimat Tawaata'a). Hadis ini bersamaan dengan sebuah hadis yang berbunyi: "Seseorang telah melihat malam Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan, maka Nabi bersabda: "Dapatkanlah malam mulia itu, pada tujuh malam erakhir" (Dengan mempergunakan kata Ra'a). Riwayat Muslim menyatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tujuh malam terakhir sedang riwayat Bukhari ada yang melihat jatuh pada malam ketujuh dan ada yang melihat sepuluh terakhir.
pada tujuh malam terakhir" (dengan mempergunakan kalimat Tawaata'a). Hadis ini bersamaan dengan sebuah hadis yang berbunyi: "Seseorang telah melihat malam Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan, maka Nabi bersabda: "Dapatkanlah malam mulia itu, pada tujuh malam erakhir" (Dengan mempergunakan kata Ra'a). Riwayat Muslim menyatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tujuh malam terakhir sedang riwayat Bukhari ada yang melihat jatuh pada malam ketujuh dan ada yang melihat sepuluh terakhir.
Karena perbedaan kalimat pada kedua
hadis tersebut (dalam riwayat Muslim mempergunakan kalimat Tawata'a sedangkan
riwayat Bukhori tidak mempergunakan kalimat tersebut), timbullah perbedaan
pendapat di antara para ulama dalam menentukan datangnya malam Lailatul Qadar,
ada yang mengatakan pada tujuh malam terakhir dan ada juga yang mengatakan
sepuluh malam terakhir. Padahal secara tidak langsung bilangan tujuh masuk ke
dalam sepuluh, maka Rasulullah pun menentukan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh
pada tujuh malam terakhir, karena makna Tawaata'a pada hadis yang diriwayatkan
Muslim berarti Tawaafuq (sesuai atau sama).
Sebagian ulama berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan tujuh di sini adalah tujuh malam terakhir bulan Ramadhan.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ali ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Dapatkanlah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan,
seandainya kalian kehilangan hari-hari sebelumnya maka jangan sampai kalian
melewatkan malam-malam terakhir bulan tersebut"
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, ia
berkata, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: "Dapatkanlah Lailatul Qadar
pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, apabila kalian merasa lemah atau
tidak mampu melaluinya maka jangan sampai kalian kehilangan tujuh malam
berikutnya" Dari berbagai versi hadis yang ada, telah terbukti bahwa
Lailatul Qadar jatuh pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
Sebagian ulama berpendapat bahwa
Lailatul Qadar jatuh pada malam dua puluh dua dan paling akhir jatuh pada malam
dua puluh delapan, berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dari
Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Dapatkanlah Lailatul Qadar
pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi malam Lailatul Qadar
sendiri jatuh pada malam ke sembilan, tujuh dan lima Ramadhan (bilangan
ganjil).
Dari riwayat hadis yang berbeda
lahirlah pendapat para ulama yang beragam (tidak kurang dari empat puluh
pendapat). Malam Lailatul Qadar mempunyai ciri dan keistimewaan tersendiri yang
tidak dapat kita kenali kecuali setelah berlalunya malam tersebut.
Salah satu ciri atau keistimewaan
tersebut adalah; terbitnya
matahari seperti biasa akan tetapi memancarkan cahaya redup (tidak bersinar terang seperti biasa), berdasarkan sebuah hadis: dari Zur Bin Hubaisy, ia berkata: "Aku mendengar Ubay Bin Ka'ab berkata: "Barang siapa yang bangun di tengah malam selama satu tahun ia akan mendapatkan Lailatul Qadar" Ayahku berkata: "Demi Allah tidak ada Tuhan selain dia, malam itu terdapat di bulan Ramadhan, demi Tuhan aku mengetahuinya, tapi malam manakah itu? Malam dimana Rasulullah memerintahkan kita untuk bangun untuk beribadah. Malam tersebut adalah malam ke dua puluh tujuh, yang ditandai dengan terbitnya matahari berwarna putih bersih tidak bercahaya seperti biasanya".
Diriwayatkan dari Ibnu Khuzaimah dari hadis Ibnu Abbas: "Ketika
Lailatul Qadar pergi meninggalkan, bumi tidak terasa dingin, tidak
juga panas, dan matahari terlihat berwarna merah pudar" dan dari Hadits Ahmad: "Pada hari itu tidak terasa panas ataupun dingin, dunia sunyi, dan rembulan bersinar" Dari hadis kedua kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri tersebut hanya ada pada waktu malam hari.
matahari seperti biasa akan tetapi memancarkan cahaya redup (tidak bersinar terang seperti biasa), berdasarkan sebuah hadis: dari Zur Bin Hubaisy, ia berkata: "Aku mendengar Ubay Bin Ka'ab berkata: "Barang siapa yang bangun di tengah malam selama satu tahun ia akan mendapatkan Lailatul Qadar" Ayahku berkata: "Demi Allah tidak ada Tuhan selain dia, malam itu terdapat di bulan Ramadhan, demi Tuhan aku mengetahuinya, tapi malam manakah itu? Malam dimana Rasulullah memerintahkan kita untuk bangun untuk beribadah. Malam tersebut adalah malam ke dua puluh tujuh, yang ditandai dengan terbitnya matahari berwarna putih bersih tidak bercahaya seperti biasanya".
Diriwayatkan dari Ibnu Khuzaimah dari hadis Ibnu Abbas: "Ketika
Lailatul Qadar pergi meninggalkan, bumi tidak terasa dingin, tidak
juga panas, dan matahari terlihat berwarna merah pudar" dan dari Hadits Ahmad: "Pada hari itu tidak terasa panas ataupun dingin, dunia sunyi, dan rembulan bersinar" Dari hadis kedua kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri tersebut hanya ada pada waktu malam hari.
Malam Lailatul Qadar bukanlah malam
yang penuh dengan bintang yang bersinar (sebagaimana diperkirakan orang) akan
tetapi Lailatul Qadar adalah malam yang mempunyai tempat khusus di sisi Allah.
Dimana setiap Muslim dianjurkan untuk mengisi malam tersebut dengan ibadah dan
mendekatkan diri padanya.
Imam Thabari mengatakan: "Tersembunyinya
malam Lailatul Qadar sebagai bukti kebohongan orang yang mengatakan bahwa pada
malam itu akan datang ke dalam penglihatan kita sesuatu yang tidak akan pernah
kita lihat pada malam-malam yang lain sepanjang Tahun, sehingga tidak semua
orang yang beribadah sepanjang tahunnya mendapat Lailatul Qadar" Sedangkan
Ibnu Munir mengatakan bahwa tidak sepantasnya kita menghukumi setiap orang
dengan bohong, karena semua ciri-ciri tersebut dapat dialami oleh sebagian
golongan umat, selayaknya karamah yang Allah berikan untuk sebagian hambanya,
karena Nabi sendiri tidak pernah membatasi ciri-ciri yang ada, juga tidak pernah
menafikan adanya karamah.
Ia meneruskan: Lailatul Qadar tidak
selamanya harus diiringi
keajaiban atau kejadian-kejadian aneh, karena Allah lebih mulia
kedudukannya untuk membuktikan dan memberikan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Sehingga ada yang mendapatkan malam Lailatul Qadar hanya dengan beribadah tanpa melihat adanya keanehan, dan ada sebagian lain yang melihat keanehan tanpa di sertai ibadah, maka penyertaan ibadah tanpa disertai keanehan kedudukannya akan lebih utama di sisi Tuhan.
keajaiban atau kejadian-kejadian aneh, karena Allah lebih mulia
kedudukannya untuk membuktikan dan memberikan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Sehingga ada yang mendapatkan malam Lailatul Qadar hanya dengan beribadah tanpa melihat adanya keanehan, dan ada sebagian lain yang melihat keanehan tanpa di sertai ibadah, maka penyertaan ibadah tanpa disertai keanehan kedudukannya akan lebih utama di sisi Tuhan.
Ada sebagian pendapat yang
mengatakan bahwa salah satu ciri
datangnya malam Lailatul Qadar adalah melihat segala sesuatu yang ada di bumi ini tertunduk dan sujud ke hadirat-Nya. Sebagian lain mengatakan pada malam itu dunia terang benderang, dimana kita dapat melihat cahaya dimana-mana sampai ke tempat-tempat yang biasanya gelap. Ada juga yang mengatakan orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar dapat mendengar salam dan khutbahnya malaikat, bahkan ada yang mengatakan bahwa salah satu ciri tersebut adalah dikabulkannya do'a orang yang telah diberikannya taufik.
datangnya malam Lailatul Qadar adalah melihat segala sesuatu yang ada di bumi ini tertunduk dan sujud ke hadirat-Nya. Sebagian lain mengatakan pada malam itu dunia terang benderang, dimana kita dapat melihat cahaya dimana-mana sampai ke tempat-tempat yang biasanya gelap. Ada juga yang mengatakan orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar dapat mendengar salam dan khutbahnya malaikat, bahkan ada yang mengatakan bahwa salah satu ciri tersebut adalah dikabulkannya do'a orang yang telah diberikannya taufik.
D.
Tanda-Tanda/Ciri-Ciri
Lailatul Qadar
Setidaknya ada 4 (empat) tanda bahwa
pada malam itu adalah malam lailatul qadar yaitu:
1. Malam itu tidak panas dan tidak dingin.
2. Malam itu terang walaupun tanpa cahaya lampu.
3. Banyak malaikat pada malam lailatul qadar.
4. Matahari terbit pada pagi harinya sinarnya agak lemah.
Hal ini berdasar hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban:
1. Malam itu tidak panas dan tidak dingin.
2. Malam itu terang walaupun tanpa cahaya lampu.
3. Banyak malaikat pada malam lailatul qadar.
4. Matahari terbit pada pagi harinya sinarnya agak lemah.
Hal ini berdasar hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban:
ليلة
القدر ليلة طلقة لا حارة ولا باردة ، تصبح الشمس يومها حمراء ضعيفة
E.
Amalan
Pada Malam Lailatul Qadar
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh
seornag muslim pada malam lailatul qadar adalah memperbanyak beribadah kepada
Allah dengan i'tikaf, shalat sunnah
seperti witir dan tahajud, membaca Quran dan
berdzikir.
F.
Fadhilah/Keutamaan
Malam Lailatul Qadar
Allah Ta’ala telah memberikan
kekhususan dan kemuliaan yang banyak terhadap bulan Ramadhan serta mengutamakannya dari
bulan-bulan yang lainnya. Di dalamnya, Allah Ta’ala menurunkan Al-Quran
Al-Karim sebagai petunjuk dan cahaya bagi hamba-hambaNya. Allah Ta’ala
menurunkannya di malam yang penuh kemuliaan, yaitu malam Lailatul Qadar. Malam yang kedudukannya
lebih baik dari seribu bulan.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ
مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ
رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS
Al-Qadr [97]: 1-5)
Di antara keistimewaan malam Lailatul Qadar
adalah:
1. Satu
malamnya lebih baik dari seribu bulan
Maknanya adalah satu malam Lailatul Qadar itu lebih
baik dari 30.000 (tiga puluh ribu) malam, atau setara dengan 83 (delapan puluh
tiga) tahun lebih. Andai saja kita dipanjangkan umurnya hingga mencapai 83
tahun, maka belum tentu kita bisa menghabiskannya hanya untuk beribadah dan
berbuat ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, Lailatul Qadar merupakan kesempatan emas yang Allah Ta’ala berikan kepada
kita untuk meraih keutamaan yang agung dariNya.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan lebih baik dari
seribu bulan adalah keutamaannya
yang setara dengan seribu bulan. Maka dari itu, amalan yang dikerjakan di malam tersebut lebih
baik dari amalan yang dikerjakan pada seribu bulan yang tidak ada malam
Lailatul Qadar-nya. (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman,
cetakan Ad-Dar Al-‘Alamiyyah, halaman 1186.)
2. Para
malaikat turun pada malam Lailatul Qadar
Di malam Lailatul Qadar yang mulia, para malaikat turun dari
langit dikarenakan keberkahan yang begitu banyak yang terdapat pada malam itu.
Para malaikat turun bersamaan dengan turunnya keberkahan dan rahmat dari Allah,
sebagaimana juga mereka turun pada majelis-majelis dzikir dan halaqah Al-Quran.
3.
Diselimuti kesejahteraan hingga fajar
Di dalam malam Lailatul Qadar terdapat begitu banyak
kesejahteraan yang akan senantiasa ada hingga tiba waktu fajar. Dan ini
tentunya tidak terjadi di malam-malam yang lainnya.
4. Pada
malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah
Syaikh ‘Abdurrazaq Al-Badr hafidzahullah menjelaskan bahwa
pada malam Lailatul Qadar yang penuh berkah, Allah mentakdirkan apa-apa yang
akan terjadi di tahun tersebut, tentu semuanya dengan seizinNya. Maksud dari
takdir di sini adalah takdir yang sifatnya tahunan (taqdir sanawiy). Adapun takdir
secara umum telah ditentukan dan dituliskan di Lauhul Mahfudz sejak 50.000
tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Hal ini sebagaimana disebutkan di
dalam hadits-hadits yang shahih.
5. Shalat
di malam Lailatul Qadar bisa menghapus dosa-dosa yang telah lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (untuk melaksanakan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh
keimanan dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampunilah dosa-dosanya yang
telah lalu.” (HR Al-Bukhari, no. 1901 dan An-Nasai, no. 2195)
6. Malam
diturunkannya Al-Quran
Hal ini dijelaskan oleh Allah Ta’ala di beberapa ayat, di
antaranya adalah firmanNya:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam
kemuliaan.” (QS Al-Qadr [97]: 1)
Dan juga firmanNya:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ
مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam
yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS
Ad-Dukhan [44]: 3)
Kapan Terjadinya Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di
bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي
الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah malam Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir
dari bulan Ramadhan.” (HR Al-Bukhari, no. 2020 dan Muslim, no. 1169)
Lebih memungkinkan lagi terjadi pada malam-malam yang ganjil
dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, yaitu pada sembilan, tujuh,
atau lima malam yang tersisa. Namun perlu diperhatikan, bahwa Allah Ta’ala
sengaja menyembunyikan (merahasiakan) kapan waktu terjadinya Lailatul Qadar agar kita
bersemangat dalam mencarinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ
الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي
سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari
bulan Ramadhan, yaitu pada sembilan, tujuh, atau lima malam yang tersisa.” (HR
Al-Bukhari, no. 2021 dan Muslim, no. 1165)
Hikmah Dirahasiakannya Waktu
Terjadinya Lailatul Qadar
Para ulama telah menjelaskan bahwa hikmah dari
dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah agar kaum Muslimin
bersungguh-sungguh dalam beribadah di seluruh malam terakhir dari bulan
Ramadhan tersebut, baik itu dalam mengerjakan shalat, membaca Al-Quran, berbuat
kebaikan, atau bentuk-bentuk ketaatan yang lainnya.
Jika seandainya waktu terjadinya Lailatul Qadar
diberitahukan, maka manusia bisa jadi hanya akan bersungguh-sungguh dalam
beribadah di malam itu saja. Sedangkan di malam yang lainnya, mereka akan
malas-malasan dan tidak bersemangat.
Karena keutamaannya yang sangat agung, maka setiap dari kita
hendaknya bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mencari malam Lailatul Qadar
ini. Sungguh beruntung bagi mereka yang bisa menjumpai malam yang penuh
kemuliaan ini, dan sungguh merugi bagi mereka yang tidak bisa menjumpai malam
tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ
حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ
حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، وَلَا يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ
“Sesungguhnya bulan Ramadhan ini telah menghampiri kalian.
Dan di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa
yang terhalang dari menjumpainya, maka sungguh dia telah terhalang dari seluruh
kebaikan. Dan tidaklah terhalang dari menjumpainya kecuali orang-orang yang
merugi.” (HR Ibnu Majah, no. 1644)
Doa ketika Menjumpai Malam Lailatul
Qadar
Seorang Muslim disunnahkan untuk memperbanyak doa ketika
dirinya menjumpai malam Lailatul Qadar. Hal tersebut dikarenakan saat itu
adalah waktu dikabulkannya doa. Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, bahwasanya beliau berkata:
يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ
وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو؟ قَالَ:
“”Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai malam Lailatul Qadar,
doa apa yang harus aku baca?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Ucapkanlah …
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ
تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkanlah aku.””” (HR
Ibnu Majah, no. 3850)
Seperti disebut dalam hadits di atas, ibadah pada malam
lailatul qadar akan dimaafkan dosa-dosa di masa lalu. Yang dimaksud dosa masa
lalu adalah dosa-dosa kecil. Sedang dosa-dosa besar harus melalui proses taubat nasuha.
Ada dua pendapat dalam masalah ini:
1. Yang dapat hanyalah yang
beribadah di malam itu dalam keadaan dia mengetahui bahwa malam itu adalah
Lailatul Qadr. Ini adalah pendapat mayoritas ulama dan yang dikuatkan oleh
Al-Hafizh Ibnu Hajar.
2. Pahala
yang dijanjikan tetap akan didapatkan bagi orang yang beribadah di dalamnya walaupun
dia tidak mengetahui kalau malam itu adalah Lailatul Qadr. Ini adalah pendapat
Ath-Thabari, Al-Muhallab, Ibnul Arabi, dan sekelompok ulama lainnya.
Rasul bersabda, “Barangsiapa yang
melakukan qiyamullail pada Lailatul Qadr karena iman dan mengharapkan pahala
maka akan diampuni semua dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah) Jadi syaratnya hanya iman dan mengharapkan pahala, beliau
tidak mempersyaratkan orang itu harus tahu bahwa malam itu adalah Lailatul
Qadr.rYang kuat adalah pendapat yang kedua dan ini yang dikuatkan oleh
Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin. Karena Nabi [Lihat Al-Fath no. 2022, Subulus
Salam: 4/192, dan Asy-Syarhul Mumti’: 6/497]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar