A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kita sering
menghadapi masalah atau persoalan dalam kehidupan sehari-hari, maupun masalah yang menuntut pemecahan secara
sistematik. Masalah yang kita hadapi kadang kala hanya menuntut pemecahan
secara sederhana saja dan bersifat
segera serta tidak perlu ada data pendukungnya,
karena hasil pemecahan itu hanya berguna
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
bersifat awam. Pemecahan masalah hanya
melalui jalan musyawarah antara
pihak-pihak terkait. Di samping
masalah-masalah awam, ada
masalah-masalah yang bersifat kompleks
atau rumit yang pemecahannya,
menuntut dan memerlukan pengumpulan data
pendukung yang memadai dan valid yang dipakai untuk membuat keputusan dan menarik
kesimpulan.
Kita seringkali
menghadapi masalah, tapi tanpa menyadari
adanya masalah tersebut. Masalah
kadangkala hanya terlintas dalam pikiran
kita, tetapi hal ini tidaklah cukup
memberikan kontribusi terhadap
penelitian. Pikiran dan pemahaman kita terkait dengan rumusan masalah penelitian sangat menentukan akan pentingnya
nilai penelitian. Bahkan kita perlu mencurahkan waktu lebih banyak untuk menentukan masalah penelitian tersebut.
Gall, Gall
& Borg, 2003 dalam Punaji Setyosari (2010 : 52),“ proses
menemukan suatu masalah dalam penelitian merupakan suatu langkah yang sangat
penting dalam pengembangan profesi”.[1]
Bertolak pada
pendapat di atas, kami berkesimpulan bahwa Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian
merupakan hal yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari suatu penelitian,
karena dengan adanya masalah maka diupayakan pemecahannya dengan berbagai
metode ilmiah untuk menjawab atau menyelesaikan masalah tersebut, sehingga kita
kenal dengan adanya Metodologi Penelitian.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, bahwa masalah dan rumusan masalah dalam suatu
penelitian sangat penting, maka penulis dapat merumuskan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Apakah masalah dan rumusan masalah itu ?
b. Kriteria apa yang perlu diperhatikan untuk
mengidentifikasi masalah
dalam
penelitian ?
3. Tujuan Pembahasan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui definisi masalah dan rumusan masalah
b.Untuk mengetahui karakteristik
suatu masalah untuk mengidentifikasi masalah dalam penelitian ilmiah.
1. Pengertian Masalah dan Perumusan Masalah
Setiap individu
atau kelompok (organisasi) tidak terlepas dari sesuatu masalah dalam kehidupan
ini; dan setiap orang atau kelompok akan mencari jalan keluar atau solusi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik yang dilakukan sesuai dengan
pengalaman maupun penyelesaiannya melalui kajian-kajian ilmiah atau penelitian
ilmiah.
Dari pernyataan
di atas, timbullah pertanyaan apakah sebenarnya masalah itu ?
Menurut SetyosariPunaji H. (2010 : 53), “masalah adalah
keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap
antara kebutuhan yang dinginkan dan kebutuhan yang ada”.[2]
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa :“masalah adalah sesuatu hal yang
harus dipecahkan”. [3]
Menurut (John
Dewey, 1993; dan Kerlinger, 1986) dalam Sukardi, bahwa :
-
Permasalahan diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya
tujuan.
-
Permasalahan adalah sesuatu yang dijadikan target yang telah
ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena sesuatu hal target tidak dapat
tercapai.
Menurut
Suharputra Uhar:
masalah
secara sederhana sering diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang ada (Das
sein) dengan apa yang seharusnya (Das sollen). Masalah sebagai situasi atau
keadaan yang saat kita mengalami tidak memiliki cukup informasi untuk menjawab
suatu pertanyaan atau saat kita
mengalami bahwa pengetahuan yang kita miliki kacau balau sehingga tidak mampu
menjawab persoalan yang sedang kita hadapi.[5]
Dari beberapa
definisi di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa masalah adalah sesuatu yang
menghalangi tercapainya tujuan yang harus diupayakan untuk menyelesaikannya melalui
suatu proses yang dilakukan secara sistematis.
Sebelum
melakukan penelitian, peneliti harus memilih dan memilah problematika atau masalah
yang ditemuinya, apakah masalah tersebut benar-benar permasalahan yang layak
diteliti dan memenuhi kriteria penelitian ilmiah atau tidak.Misalnya memenuhi
ciri-ciri dapat diukur dengan instrument penelitian, sering ditemui di lapangan
dan mempunyai manfaat yang berguna bagi masyarakat dan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Sudarman Danim,
dalam Uhar Suharsaputra (2012 : 190), bahwa :
Titik
tekan perumusan masalah adalah pada apa masalah penelitian itu, sedangkan
pertanyaan penelitian lebih teknis sifatnya, yaitu mengacu pada tujuan, asumsi,
hipotesis, dan bahkan instrument secara sangat spesifik, meskipun dalam
praktiknya terkadang tidak dibedakan, karena keduanya mengacu pada tujuan
penelitian yang sama. [6]
Menurut
Sukardi, sebelum permasalahan dapat dirumuskan dengan baik, permasalahan
penelitian dapat dinilai dengan beberapa pertanyaan atau pernyataan seperti berikut :
a. Problem penelitian
sebaiknya dapat memberikan kontribusi terhadap
teoriyang ada dan bidang ilmu peneliti yaqng berkepentingan.
b. Setelah dilakukan studi terhadap permasalahan penelitian yang
ada, problematikan hendaknya memberikan motivasi timbulnya permasalahan baru
untuk dilakukan studi dalam kegiatan penelitian berikutnya.
c. Permasalahan peneliti dapat dirumuskan dalam
statemen pertanyaan .
d. Dalam bentuk kesenjangan
antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada.[7]
Menurut KasiramMoh.
(2008 : 221), “satu topik atau judul dapat berisi beberapa masalah yang semuanya
harus dirumuskan secara operasional. Sebelum masalah dapat dirumuskan, maka
masalah harus diidentifikasi lebih dahulu”.[8]
Fraenkel dan
Wallen (1990) dalam H. Moh. Kasiram, mengemukakan sebagai
berikut :
a. Masalah harus fleksibel,
artinya rumusan masalah tersebut harus dapat dijawab melalui sumber yang jelas,
tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
b. Rumusan masalah harus
jelas, artinya semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah
tersebut.
c. Rumusan masalah harus
signifikan, artinya jawaban masalah yang diberikan harus memberikan kontribusi
terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan ini.
d. Rumusan masalah harus
etis, artinya masalah tersebut tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.[9]
Dari beberapa pendapat di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa
suatu problematika atau masalah
penelitian harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataansecara
operasional dengan jelas, fleksibel, signifikan serta tidak berkaitan dengan
hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan.
2. Kriteria Dalam
Mengidentifikasi Masalah Penelitian
Sebagaimana telah diutarakan dalam bagian pendahuluan bahwa tidak
semua masalah dapat diselesaikan melalui suatu penelitian ilmiah.Masalah yang
diteliti dan diselesaikan atau mendapatkan jawaban setelah melalui suatu kajian
dan penelitian ilmiah adalah masalah-masalah yang memenuhi kriteria-kriteria
tertentu.
Setiap orang yang akan melakukan penelitian ilmiah, terlebih dahulu
harus mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Mengidentifikasi dan
merumuskan masalah merupakan hal yang sangat penting, karena rumusan masalah
harus disesuaikan dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Misalnya
penelitian kuantitatif, kualitatif, studi pustaka, eksperimen, historis dan
lainsebagainya.
Menurut Kasiram Moh. Masalah dapat dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu :
“masalah deskriptif, korelatif, analitik atau kausal,
fungsional, komparatif, dan asosiatif”. [10]
-
Masalah deskriptif yaitu, bila kejadian itu belum jelas, belum bisa
digambarkan atau dilukiskan dengan
gambling fenomenanya seperti apa adanya.
-
Masalah korelatif yaitu bila munculnya fenomena itu berkaitan
dengan ada tidaknya hubungan antara dua
factor (variabel) atau lebih.
-
Masalah analitik atau kausal yaitu bila adanya fenomena itu adalah
hasil dari proses sebab akibat.
-
Masalah fungsional , terjadi bila kita dihadapkan pada pilihan mana
yang lebih baik dari dua alternatif.
-
Masalah asosiatif ialah suatu permasalahan yang berhubungan antara
dua variabel atau lebih. Ada tiga macam hubungan yaitu hubungan simetris,
hubungan kausal dan hubungan interaktif. Hubungan simetris yaitu suatu hubungan
dua variable atau lebih yang bersifat kebersamaan. Hubungan kausal yaitu
hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi ada variable dependen dan independen.
Sedangkan hubungan interaktif, yaitu hubungan yang saling mempengaruhi antara
satu variabel dan variabel lainnya.
Ada beberapa jenis penelitian dengan masing-masing karakteristik
permasalahannya, akan tetapi secara garis besar ada beberapa karakteristik yang
harus diperhatikan dalam mengidentifikasi suatu rumusan masalah penelitian
ilmiah, yaitu sebagai berikut :
Sukardi mengemukakan bahwa“ciri-ciri permasalahan yang baik
serta layak untuk diteliti di antaranya
yaitu dapat diteliti, mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat praktis,
dapat diukur, sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti”.[11]
Menurut Tuckman
(1999) dalam Setyosari Punaji, bahwa suatu masalah yang dipilih harus memiliki
ciri-ciri khusus (karakteristik) sebagai berikut :
Masalah
menanyakan dua atau lebih variable, dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan
tidak ambigius, dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (atau, kalau tidak,
dalam bentuk suatu pernyataan secara implisit seperti : tujuan penelitian ini
adalah ingin menentukan apakah …), dapat diuji melalui metode empiris; artinya
adanya kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan, dan masalah tidak menyangkut moral dan etika. [12]
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, kami dapat menyimpulkan
bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah untuk merumuskan
suatu masalah penelitian ilmiah, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Masalah menanyakan dua
atau lebih variabel.
b. Masalah dinyatakan atau
dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius
c. Masalah dapat didukung
dengan data empiris.
d. Masalah tidak
menyangkut moral dan etika
e. Sesuai dengan keinginan
dan kemampuan peneliti.
f. Dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat.
Seorang peneliti dalam
merumuskan masalah harus menetapkan dua variabel atau lebih yang akan dijadikan
obyek formal penelitian, sehingga arah dan sasaran penelitian akan menjadi
jelas, dan hal ini sangat penting untuk menentukan instrument penelitian yang
akan dipergunakan dalam melakukan pendekatan untuk memperoleh data maupun untuk
pengukuran.
Suatu
permasalahan dikatakan dapat diteliti apabila masalah tersebut dapat diungkap
kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan tidak ambigius, kemudian
dianalisis. Untuk memperoleh jawaban atas suatu permasalahan tersebut dilakukan
dengan mencari informasi dengan beberapa cara misalnya bertanya pada responden
dengan melakukan wawancara, melakukan observasi langsung atau menggunakan
angket dan menyebarkannya kepada responden terkait. Data berkaitan dengan
masalah penelitian yang diperoleh tersebut
harus bisa dipecahkan melalui kerangka berpikir ilmiah serta menjangkau
banyak hal dalam proses penyelesaiannya.
Masalah dapat
didukung dengan data empiris dan dapat
diukur, artinya fenomena masalah
tersebut dapat diukur secara kuantitatif
maupun secara empiris. Ukuran empiris atau ukuran yang didasarkan pada fakta
yang dapat dirasakan oleh orang yang terlibat mempunyai peranan penting.Karena
dukungan data empiris memberikan hubungan yang erat antara fakta dan konstruk
suatu fenomena.
Masalah tidak menyangkut moral dan etika, artinya masalah yang akan
diteliti tersebut tidak berkaitan dengan moral atau etika individu atau
kelompok yang merupakan responden perolehan data dalam variabel tersebut.
Sesuai dengan
kemampuan dan keinginan peneliti, artinya peneliti perlu menyesuaikan kemampuan dan keinginannya, peneliti harus
mempunyai kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan di lapangan akan berhasil, karena data yang ada di
lapangan dan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan kemudian menganalisisnya
sampai hasil penelitian dapat diperoleh.
Mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat praktis, artinya masalah
tersebut mempunyai kontribusi signifikan, mempunyai manfaat bagi peneliti
maupun bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.Manfaat teoritis yang berkaitan
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, dan manfaat praktis yang langsung dapat
digunakan atau dirasakan oleh masyarakat.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kegiatan penelitian merupakan aktifitas manusia untuk memenuhi rasa ingin tahu terhadap
sesuatu. Rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu, karena hal tersebut
dirasakan sebagai masalah atau hal yang menantang seseorang untuk mengetahui
hal yang sebenarnya dan factor-faktor
yang mempengaruhinya. Kumpulan sesuatu yang diketahui itulah yang disebut
dengan pengetahuan.
Dalam kegiatan penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu harus
mengetahui masalah yang merupakan sasaran penelitian. Setelah mengetahui suatu
masalah, maka peneliti harus mengidentifikasi masalah tersebut apakah memenuhi
kriteria penelitian ilmiah atau tidak, bila ciri-ciri masalah itu memenuhi
kriteria masalah yang memerlukan jawaban atau penyelesaiannya melalui suatu
penelitian ilmiah, maka peneliti harus merumuskan masalah tersebut secara operasional
agar dapat menentukan metode dan langkah-langkah ilmiah pemecahannya.
Apabila cara yang digunakan untuk mencari pengetahuan itu
menggunakan metode ilmiah, maka hasil penelitian itu disebut pengetahuan
ilmiah.
Demikianlah pemaparan makalah ini,
bila terdapat kekurangan dan kelemahan baik yang berkaitan dengan
sistematika penulisan maupun isinya, kami sangat mengharapkan pemikiran dan
pendapat pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Setyosari Punaji H, 2010 Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, cet. I
Tim
Pustaka Phoenix, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, PT. Media Pustaka Phonix
Sukardi,
2013, Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta, Bumi Aksara, Cet. Ke 12
Suharsaputra
Uhar, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, Bandung, PT.
Refika Aditama, Cet. I
Kasiram
Moh. H, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang, UIN Malang
Press, Cet. I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar